Melliflous: 44

13 2 0
                                    


The star who finally realized

.

"Kenapa jadi pusing gini sih?" Gerutu Wulan sembari menstabilkan langkahnya dengan memegangi dinding.

Lima menit yang lalu ia memang terpaku pada tempat tidur, wanita itu berusaha untuk bangkit dan akhirnya berhasil.

Langkahnya masih belum terlalu stabil, tapi Wulan tetap berjalan dan mencari dimana Calya berada.

Ruang demi ruang ia jajahi, tapi sang anak belum juga ia temukan.

Sampai pada ruang tengah, Wulan mendadak kaget begitu melihat bangkai ponselnya tergeletak dilantai, ia pun jadi punya firasat jika Calya lah yang melakukannya.

"Calya.. apa dia marah?" Terka Wulan

Antara cemas dan penasaran, Wulan pun akhirnya mencari lagi anaknya, jalannya yang semula lambat berubah jadi cepat dan kadang berlari.

"Pelayan pada kemana sih?" Wulan akhirnya menyadari sesuatu yang tidak beres disini.

"Mati adalah satu-satunya pilihan yang tepat, Barga!"

Samar-samar Wulan mendengar suara Calya, tapi ia mendadak cemas ketika gadis itu menyinggung kata 'mati'

Suara itu berasal dari ruang utama, Wulan berlari dan langsung menganga saat melihat Calya menghadang Barga yang tak berdaya dengan pisau.

Saat itu juga Calya ambil ancang-ancang ingin menusuk perut Barga, Wulan ingin berteriak, tapi entah kenapa ia tak mampu saking takutnya.

Tanpa ambil pusing ia langsung berlari, berdiri tepat didepan Barga yang terpejam dan mendapati luka dalam dari anaknya.

Ia mencengkeram kuat pundak Calya karena rasanya sangat sakit. Darah segar keluar dari luka diperutnya, ia merasa lumpuh saat itu juga.

Calya didepan sepertinya sudah menyadari kehadirannya, ia perlahan membangkitkan wajahnya, berteriak sangat kencang ketika melihat wajah ibunya yang pucat tersenyum kearahnya sembari menahan rasa sakit.

"IBU!!!!"

Mendengar teriakan Calya membuat Barga jadi membuka matanya lebar-lebar, pantas saja ia tak merasakan sakit, ternyata Wulan melindunginya.

Wulan pun akhirnya tak kuat menahan rasa sakitnya, ia jatuh berlutut. Calya pun yang banjir air mata memeluk dan mencoba menutupi luka diperut ibunya dengan tangannya.

"Ja-jadi.. lah, a-nak yang baik." Mata Wulan terkatup, membuat Calya jadi lebih cemas.

Sementara Barga disana langsung ambil langkah cepat, ia menutupi wajahnya dengan penutup kepala hoodienya, membopong Wulan dengan cepat dan membawanya keluar.

"Kita harus cepat ke rumah sakit." Ujar Barga sembari berjalan tanpa henti.

Sampai didepan pintu, "buka pintunya cepat!" Seru Barga pada Calya.

Calya membuka pintu rumah sembari sesugukan, ia melangkah cepat dan langsung membuka pintu mobil.

"Biar gue yang nyetir, Lo pegang terus Tante Wulan dan tutup terus lukanya." Ujar Barga yang langsung beralih pada kemudi.

Calya mengangguk kaku, ia mencoba untuk tidak histeris, sepanjang jalan ia terus memeluk Wulan yang tak sadar dan berdoa terus dalam hati.

Dengan kecepatan penuh Barga akhirnya sampai di rumah sakit, ia terus menunduk karena takut dikenali orang.

"Panggil medis kesini! Biar gue yang gendong Tante Wulan." Kata Barga lagi pada Calya.

Calya mengangguk dan langsung berlari kedalam, setelahnya keluar troli pembawa pasien.

MELLIFLOUS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang