Melliflous: 27

13 2 0
                                    


Hanging star⭐

.

6 tahun yang lalu

Flashback on

"Woi cungkring! Beliin kita makanan dong." Sahut Adriel pada Barga.

Barga mendengus, ini sudah kesekian kalinya ia diperbudak begini, tepatnya seminggu setelah mos selesai.

Disamping Barga ada Alana, ia merasa kasihan pada Barga. Sebagai perempuan yang lemah, Alana hanya bisa memarahi Adriel serta komplotannya dan itupun selalu dicekal Barga, bilangnya agar masalahnya dengan Adriel tak tambah parah.

"Yaudah, apa?" Balas Barga pasrah.

"Ada cimol baru buka tuh di depan gerbang, beli seporsi dan sebanyak kita. Uangnya ntar nyusul." Jawab Adriel begitu enteng lalu bergegas ke kelas.

Lagi-lagi Barga mendengus, ini sudah terlalu keseringan. Tak bisakah orang-orang itu tidak memperbudak Barga sehari saja?

"Gue temenin ya," ujar Alana bermaksud menolong Barga.

"Gausah, gak bakal lama kok, Lo duluan aja ke kelas." Barga tersenyum, tapi senyuman itu membuat Alana khawatir.

"Hati-hati ya." Alana melambai.

Langkah pemuda itu melesu, dalam hati Alana berharap agar penderitaan Barga berakhir.

Barga langsung berlari dan membeli 'pesanan' Adriel. Sampai disana Barga langsung mengumpat, banyak manusia yang berkerumun dan berdesakan kepada abang cimol. Barga pun jadi bingung, sebentar lagi jam istirahat akan berakhir.

10 menit kemudian..

Alana langsung terperanjat mendapati Barga yang banjir keringat memasuki kelas. Semua fokus mata yang semula bertumpu pada papan tulis teralihkan pada Barga yang ngos-ngosan.

"Kenapa terlambat Barga?" Tanya Bu medeia lembut.

"Maaf Bu, tadi Barga kebelet banget." Ucapnya bohong.

Satu kelas tiba-tiba menertawakannya, Barga hanya pura-pura tersenyum lagi.

"Yasudah, silahkan duduk." Ujar Bu Medeia.

Barga langsung ke kursinya, ia menyerahkan pesanan Adriel yang ia simpan tadi tanpa berbicara sedikit pun.

Adriel langsung menyambarnya, "Lo tau gue udah laper dari tadi, kenapa lama? Ohh, atau Lo sengaja lama-lama in? Yaudah, gue gak bakal bayar gara-gara Lo lelet."

"Maaf," hanya kata itu yang bisa Barga ucapkan.

"Lo gapapa kan?" Tanya Alana cemas.

"Gapapa,"

Barga dan Alana jadi canggung, mereka hanya fokus pada pelajaran yang sesekali tergaduh oleh Adriel serta komplotannya dibelakang.

Jam pelajaran lalu berganti lagi, kali ini pelajaran prakarya. Dan sialnya Barga harus sekelompok bersama Adriel dan teman-temannya, Barga lagi-lagi pasrah, untuk tugas Minggu besok, bisa dipastikan Barga akan kerja sendiri.

"Baiklah, karena jam pelajaran habis, kita sambung lagi besok." Ucap guru sesaat setelah bel pulang berbunyi.

Seminggu kemudian,

Barga berjalan dengan kesusahan karena bahan-bahan prakarya yang ia bawa. Bagaimanapun nilainya harus bagus meski harus berkerja sendiri. Inipun modal berbohong pada sang ibu, Barga menjelaskan jika tugas ini adalah tugas pribadi.

Pada jam pelajaran prakarya semua kelompok bekerja dengan baik dan kompak, sementara Barga dipojok hanya menggunting-gunting kertas sendirian. Anehnya, Adriel serta teman-temannya tak masuk kelas setelah bel berbunyi, entah Barga harus senang atau sedih dengan ketidakhadiran mereka.

MELLIFLOUS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang