Melliflous: 31

17 3 0
                                    


Dim star⭐

.

Alana mengecup punggung tangan Susan saat tiba didepan pintu gerbang sekolahnya. Gadis manis itu melambai pada mama dan Barga yang duduk di mobil.

Dari kaca mobil Barga memperhatikan pintu gerbang tempat biasa Adriel dan teman-temannya mangkal untuk mengganggu dan menunggunya, sekarang gerbang itu tampak hampa. "Maafin gue, Adriel."

Susan dan Barga melanjutkan perjalanan, mereka sampai di rumah sakit dan memeriksa keadaan Yura.

.

Sementara Alana merasa aneh saat memasuki gerbang sekolahnya, ia merasa ada sesuatu yang lepas dan membuatnya lega. Alana tak tahu perasaan spontan tadi memiliki maksud apa.

"Mereka tadi malam ditemukan udah meninggal, kasihan banget ya mereka Adriel sama teman-temannya."

Adriel? Alana langsung memperlambat jalannya ketika mendengar hal itu. Setiap ia berpapasan dengan seseorang, pasti mereka berdesas-desus membicarakan tentang Adriel. Ada apa ini?

Untuk menuntaskan penasarannya, Alana langsung berlari ke kelas. Ketika sampai terlihat semua orang tengah mengerubungi sesuatu disana, sebuah rekaman evakuasi Adriel beserta teman-temannya. "Gimana bisa?" Alana langsung syok bukan main.

"Mereka kayaknya diserang brutal, mukanya babak belur, terus perutnya ditusuk, ngeri banget gak sih." Tukas seorang siswa disana.

"Iya juga sih, mereka itu emang berandal mungkin berantem sama anak sekolah lain, biasalah geng bikin onar." Kata siswa satunya lagi.

Disana Alana hanya mendengar asumsi-asumsi teman-temannya dan mulai berpikir tentang apa yang terjadi. Kejadian ini sangat-sangat mendadak.

Ia kemudian duduk dengan wajah tak percaya, mengigit jarinya dan menimbang-nimbang apa yang terjadi.

"Eh, Al? Sendirian aja, Gak bareng Barga?" Sapa seorang teman bernama Ranti, suaranya sengaja dikeraskan, sengaja untuk memancing perhatian orang-orang disini.

"Enggak, kebetulan Barga juga dapat musibah, jadi gak bisa hadir hari ini." Jawab Alana apa adanya.

"Oh, bisa sama gitu ya kejadiannya." Ujar Ranti lagi.

"Maksudnya gimana ya?" Alana begitu polos.

Ranti lalu berdiri dihadapan Alana, "Adriel sama komplotannya itu cuma ganggu Barga disekolah ini. Gue tau banget mereka kek gimana, mereka emang pembuat onar, tapi mereka gak sampai main ke sekolah-sekolah lain. Gue jadi punya filing kalo.."

"Kalo apa?" Alana langsung memotong pembicaraan Ranti, ia langsung berdiri angkuh didepannya.

"Kalo Barga lah yang udah habisin mereka." Ranti berterus terang.

"Apa? Barga? Jangan aneh-aneh deh, mikirnya terlalu kelewatan." Alana langsung marah saat itu juga.

"Santai Al, gue cuma mikir-mikir aja, Lo liat kan perlakuan mereka ke Barga gimana? Bisa jadi Barga gelap mata kan karena udah gak tahan lagi ngeladenin mereka? Apa Lo gak punya filing ke sana?" Ujar Ranti lagi.

Pernyataan Ranti sukses membuat semua orang disana terhasut.

Seketika Alana langsung terdiam, ia juga agak bingung dengan tindakan-tindakan Barga setelah kejadian ini. Tapi rasanya itu gak mungkin, apa Barga yang kurus begitu mampu menumbangkan empat orang sekaligus?

"Jangan ngaco, se kenal-kenalnya Lo sama Adriel, gue lebih dalam mengenal Barga. Jadi jangan pikir aneh-aneh, mana mungkin kelinci bisa memangsa kawanan ular? Mikir itu pake otak dong." Kali ini Alana jadi badmood.

Alana membalikkan keadaan, pemikiran orang-orang disini jadi rancu, mereka tau perbedaan antara Barga juga Adriel.

Karena kelewatan kesal, Alana langsung berlari keluar kelas, ia amat marah karena asumsi tak masuk akal barusan, bisa-bisanya dia menganggap Barga pelakunya?

.
.

Di rumah sakit, Barga sangat lega, setidaknya ibunya sadar dan kembali sehat. Namun, masalah baru kembali muncul, Yura dinyatakan lumpuh dan hidupnya kini bergantung pada kursi roda.

Tak hanya itu, sang suami yang seharusnya ada disisinya meninggalkan Yura begitu saja, pikirnya Yura tidak berguna lagi. Inilah musibah terberat di hidup Yura. Wanita itu sangat sedih, ia juga sempat kehilangan semangat hidup.

Setelah dinyatakan boleh pulang, Yura mengunjungi rumah sakit tempat ia bekerja. Ia begitu rindu dengan Calya, ia langsung masuk ruangan tempat Calya dulu dirawat.

Saat tiba disana ruangan kosong, Yura langsung bertanya pada dokter disana, "mana Calya?"

"Baru pulang kemarin, yang sabar ya Yura, saya yakin kamu kuat." Kata dokter tersebut sembari bersimpati.

"Enggak, seharusnya kita pamitan dulu kan?" Yura langsung menggeleng cepat, ia yakin Calya kecewa sekarang.

Barga disana terlihat sedih, karena ibunya sendiri sering bercerita tentang pasiennya ini, tentang bagaimana ia berusaha bertahan saat orang-orang meninggalkannya.

Tentu saja Calya kecewa, ia terus menanti kehadiran Yura, tapi lagi-lagi gadis itu dipatahkan oleh penantian semu. Tepat dihari kecelakaan Yura terjadi, Yura berjanji akan memperkenalkan Calya kepada Barga, tapi bagaimana lagi, semua plan terhempaskan begitu saja.

Calya dan Barga memang akhirnya bertemu, meskipun mereka saling mengenal dalam keadaan yang tak seharusnya.

Gadis itu kini masih trauma, lebih tepatnya trauma untuk percaya pada seseorang. Semuanya seolah berbalik meninggalkannya.

Suasana hati Calya mudah berbolak-balik, ia pegang audio pemberian Yura, ia dengar lagi suara-suara menenangkan dari mantan dokternya tersebut. "Kenapa dokter tega ninggalin Calya?"

Ia kemudian berjalan-jalan diruang musiknya, ia tatap grand pianonya yang masih mengkilat.

Wulan ternyata memperhatikan gadis itu yang kini duduk dihadapan pianonya, tersenyum saat Calya mulai menekan tuts dan bermain sangat lambat dan gemulai. Namun semakin lama permainannya semakin kencang dan tak terkendali, Wulan bisa merasakan emosi yang membara dari diri Calya, perasaan hancur tepatnya.

Benar saja, Calya langsung berteriak dan menekan-nekan tuts pianonya dengan kasar. Wulan langsung memegang tangan Calya yang kini memerah dan panas.

"Kendalikan Calya!" Wulan menggenggam tangan Calya.

Calya langsung menangis, ia tak tahan menahan semuanya lagi. Gadis itu merasa hancur, semuanya direnggut paksa oleh orangtuanya, kebahagiaan sampai harga dirinya.

"Calya mau hidup dengan semestinya, Bu." Kata-kata itu sukses membuat Wulan terpukul.

Sejak saat itu hidup Calya berubah, keceriaannya tak lagi terpancar, lama kelamaan sifatnya berubah arogan, saat melihat seseorang yang menyepelekan sebuah tanggung jawab, Calya jadi marah dan membara, ada beberapa diantaranya sudah ia penjarakan.

Istilah 'gadis iblis' begitu melekat didirinya. Perawakan serta caranya mengintimidasi membuat gadis itu patut ditakuti. Bahkan sepupu satu-satunya sendiri tak mau mendekati Calya.

Begitulah semesta bekerja, banyak orang-orang yang kehilangan, banyak juga diantaranya sengaja meninggalkan. Tapi ada masa dimana semua berbalik, yang sering meninggalkan akan merasakan kehilangan, dan yang sering kehilangan akan segera meninggalkan.

Flashback off

***

To be continued..
.

Dear readers,
Plis leave vote and comments🙆
Love you:)

.

Salam,
rosaekavania❤️

MELLIFLOUS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang