An oscillating star⭐.
Mata Calya akhirnya terbuka, ia melirik jendela dan menyaksikan langit yang semula terang kini berubah menjadi gelap, apa selama itu ia tak sadarkan diri?
Dalam keadaan setengah sadar, ia bangkit.
Brukk..
Calya langsung terjatuh saat menginjak lantai, ia kemudian menstabilkan diri dengan bersandar disamping ranjang, tatapannya menuju keluar, lampu-lampu kota metropolitan membuat pikirannya sedikit lega.
Akhirnya gadis itu keluar dari kamar, sepintas dirinya teringat dengan perkataan mamanya tadi siang, Calya jadi menangis lagi.
Dengan pikiran yang dikuasai ribuan emosi, Calya keluar dan pergi dari rumah, pikirannya menerawang, langkahnya juga tak memiliki tujuan. Ia tak peduli dengan tampang dan keadaannya saat ini, yang bisa disamakan dengan mayat hidup.
.
.Susan bilang pesawatnya akan landing jam 8 malam waktu Indonesia barat. Barga, Alana, Satria, dan Yura tiba di bandara setengah jam lebih cepat.
"Jam 8 kan?" Tanya Yura singkat, ia sangat menantikan teman dekatnya ini sejak lama, diantara semua orang, ia yang paling tak sabaran.
"Kata mama iya, tapi kita tunggu dulu aja," jawab Alana.
Mereka terus menunggu, sampai satu jam lamanya. Tentu saja mereka jenuh, akhirnya Alana bertanya pada petugas bandara tentang keberadaan pesawat Susan.
"Permisi, pesawat jurusan Kanada-indonesia yang dijadwalkan landing setengah jam yang lalu, kenapa belum sampai ya?"
"Maaf nona, pesawat akan tiba sekitar setengah jam lagi, karena terjadi delay sebelum pesawat berangkat." Tutur petugas.
Alana mengangguk, "oh begitu, terimakasih."
Wajah cemberut Alana membuat semua orang bertanya-tanya, "gimana?" Tanya Satria.
"Di delay, kabarnya setengah jam lagi." Alana kemudian membanting tubuhnya ke kursi.
Mereka sama-sama mendengus, ingatkan Susan akan datang lebih cepat, mereka juga menunda makan malam agar bisa makan bersama dengan Susan.
Dan akhirnya suara perut Satria mampu menyuarakan aspirasi kelaparan mereka saat ini, "laper bos?" Goda Yura.
"Hehe, iya nih Bu," Satria menggaruk tengkuknya.
Barga langsung berdiri, "kalo gitu, Barga coba cari makanan dulu ya Bu, kasian cacing diperut Satria kelaparan." Barga tertawa kecil.
"Pergi sendirian?" Tanya Alana,
"Iya, kalo sama-sama ntar ketauan lagi." Ujar Barga.
"Oh, yaudah, hati-hati ya." Alana melambai.
"Beli yang banyak!" Tukas Satria.
Barga mengisyaratkan jempolnya ke udara, ia lalu pergi dan tak terlihat lagi.
Pemuda itu mengendarai mobil dengan lumayan cepat tapi tetap stabil, saat sudah di supermarket, ia pilih beberapa makanan dan minuman segar, lalu pergi begitu selesai.
Jalanan hari ini cukup ramai, maklum, malam minggu. Barga hanya mendengus saat melihat beberapa pasang kekasih menikmati malam ini dengan bahagia.
Lalu fokusnya beralih pada seorang gadis yang berjalan dengan tatapan amat kosong, Barga melongo, sepintas gadis itu mirip dengan Calya.
Untuk memastikannya, Barga keluar. Ia ikuti gadis itu yang terus berjalan tanpa henti dari belakang.
Tiba-tiba gadis itu membelokkan tubuhnya ke jalanan, tanpa menoleh kiri kanan ia terus melangkah, Barga langsung tersentak dan berlari saat mobil dengan kecepatan cukup kencang mendekati gadis itu, seketika Barga langsung menarik tubuh gadis itu hingga jatuh menghimpit tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELLIFLOUS [END]
FanfictionWarning!🔞 (CERITA BELUM DIREVISI) Barga, mengukir prestasi gemilang diusianya yang baru menginjak dua puluh tahun. Suara khas miliknya menjadikan pemuda tampan ini primadona diberbagai kalangan. Sepintas hidupnya terlihat bahagia seperti alur cerit...