"Dulu aku mengharapkanmu untuk segera pergi, tapi sekarang berbagai cara aku lakukan untuk membuatmu tetap disini."
Unified constellation⭐
.Diruang persidangan, Calya nampak memberi kesaksian dengan sangat berwibawa, ia secara spesifik menceritakan kejadian yang ia lihat malam itu.
Sesekali ia melirik Barga yang duduk didepannya, cowok itu tersenyum simpul mendengar bisikan-bisikan setuju dari orang-orang ketika mendengar kesaksian Calya, gadis ini sungguh punya aura pemikat yang baik.
Menimbang segala yang ada, akhirnya hakim memutuskan kurungan 4 tahun penjara, waktu yang cukup lama bagi Barga untuk merindu.
Meskipun begitu, Barga menerimanya dengan lapang dada. Semakin lama ia disini, maka semakin berkuranglah beban dalam hatinya.
.
.Jalan seminggu kemudian, Calya mulai merasakan perubahan dalam dirinya, ia sedikit demi sedikit mulai sadar dengan apa yang menimpanya dulu, yang seharusnya dijadikan pelajaran bukan pembalasan.
Gadis itu balik dari kantor polisi setelah selesai menjenguk sang kekasih, ia melakukan ini setiap hari, bagi Calya, tidak melihat Barga sehari saja membuatnya merasa tidak tenang.
Diperjalanan pulang, Calya merasakan sesuatu yang berbeda dalam hatinya, antara sedih tapi juga lega, karena hari ini orangtuanya datang, untuk melepas Calya seutuhnya.
Akhirnya ia sampai dirumah, ia langsung terperanjat melihat Wulan yang sibuk sendiri dengan koper bawaan mereka. "Eh, ibu jangan banyak gerak dulu, kan belum pulih." Calya menuntun Wulan untuk duduk.
"Udah gapapa kok ini, lagian ibu bosan duduk mulu." Celoteh Wulan.
"Enggak! Ibu harus duduk diam disini, biar Calya yang urus sisanya," bantahnya, "Calya ngecek diatas dulu ya." Ucap gadis itu kemudian naik ke lantai atas.
Semua barang sudah selesai ia kemasi. Diruang musik, Satu koper besar siap dibawa turun.
Calya menyapu pandangan ke seluruh sudut ruangan, merasa sedih karena akhirnya ia harus berpisah dengan ini semua.
Disini alat-alat musik tetap dipajang pada tempatnya, termasuk grand piano didepannya.
Gadis yang dulu sangat takut pada piano perlahan mulai tergugah lagi untuk memainkannya, akhir-akhir ini juga ia sering memainkannya dirumah Barga, dan ia rasa bermain untuk terakhir kalinya dirumah ini bukan masalah.
Calya lalu duduk didepan pianonya, tuts ditekan dengan lembut, Calya mula-mula melakukan pemanasan pada intro lagu.
Dari lantai bawah, terdengar dentingan piano, Wulan dibawah jadi tersenyum sangatlah lebar, Calya akhirnya bisa menerima semuanya dengan baik.
Makin lama permainannya semakin indah, Wulan yang mendengar jadi benar-benar terbuai.
Selang beberapa saat kemudian terdengar ketukan pintu dari luar, Wulan membukakan pintu, ekspresi nya langsung berubah datar ketika bertatapan langsung dengan pasutri gila ini.
"Kita belum terlambat kan?" Tanya Rama mula-mula.
"Belum, dan timing kalian datang sangat pas." Wulan langsung tersenyum, "silahkan masuk, tuan dan nyonya." Wulan menuntun mereka masuk.
Dayana dan Rama langsung disuguhkan dengan suara lembut dari tuts piano yang memenuhi ruangan, Dayana pun langsung terperanjat, "ini gak mungkin kan Calya yang main?" Tanya Dayana dengan ekspresi sangat tidak yakin.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELLIFLOUS [END]
FanfictionWarning!🔞 (CERITA BELUM DIREVISI) Barga, mengukir prestasi gemilang diusianya yang baru menginjak dua puluh tahun. Suara khas miliknya menjadikan pemuda tampan ini primadona diberbagai kalangan. Sepintas hidupnya terlihat bahagia seperti alur cerit...