Melliflous: 3

66 12 1
                                    


Be a star⭐

.

Malam ini cukup menguras tenaga, beberapa lagu dilantunkan disertai iringan kompak dari para penggemar. Barga sesekali tersenyum, menyapa, dan melambai-lambai kepada para fan-nya.

Sampai kira-kira pukul sebelas malam, lagu melow ini jadi penutup kesenangan malam ini. Akhirnya konser ini berjalan dengan baik tanpa gangguan yang berarti.

"Huhh, akhirnya kelar." Seru Barga saat balik ke backstage sembari mengangkat kedua tangannya.

"Terbaik lah Lo," Satria sengaja menyikut dada bidang Barga.

"Yuk, istirahat dulu, empat jam nyanyi tanpa jeda, ga sakit tu kerongkongan?" Ujar Alana sedikit khawatir mengingat Barga yang sejak tampil tidak ada jeda.

Satria kemudian merangkul mereka berdua, "diruangan udah kami siapin makanan, sekalian tuh, baca surat penggemar yang tingginya kek gunung Everest."

Ketika mereka sampai diruang artis, Barga geleng-geleng kepala melihat tumpukan surat yang memenuhi lantai ruangan ini. Merasa capek sehabis konser, Barga malah duduk dan meneguk air sampai ludes.

"Maafin gue ya, bukannya gue ga mau baca surat kalian, tapi gue ga kuat baca ini semua," Barga mengambil salah satunya, membaca detail tulisan tangan yang rapih dan sangat bersih. Isinya pujian mengenai prestasi dan wajah Barga, terakhir sang penggemar ini menuliskan id Instagram dan meminta Barga untuk folback instagramnya. Yah, Barga bisa menebak, mayoritas isi surat ini pasti seperti ini.

Alana datang dengan membawa sepuluh surat khusus yang bisa disebut surat penggemar VIP, kelebihan dari surat ini adalah, surat akan dibaca dan dibalas langsung oleh sang idol, surat ini bisa masuk kategori dengan berbagai cara, bisa karena diundi, dibayar, atau memiliki kontrak khusus Barga.

"Ada sepuluh surat yang musti Lo bales, nih pulpennya, jawab dengan hati yang terdalam." Alana menyodorkan pulpen pada Barga.

Barga mulai membaca dan menulis balasan dari masing-masing surat, ketika Barga membaca surat terakhir, mata agak memelotot membaca isi suratnya.

Teruntuk Barga Adysta Pasha

Selamat atas keberhasilan konser kesekian buat Lo. Ini gue, yang terpaksa bungkam melihat senyum palsu dari seorang penjahat, ketahuilah Barga, gue selalu mengawasi Lo, sampai ketika Lo mau akui semua, gue ga jahat, gue cuma mau Lo sadar diri, -princessC

Entah mengapa tangan Barga jadi gemetar luar biasa, keringat dipelipisnya perlahan turun. Satria dan Alana yang melihat perubahan wajah Barga langsung bertanya.

"Lo kenapa?" Tanya Alana.

Alana langsung melihat kearah surat yang Barga pegang, begitu juga Satria. Mereka saling bertatapan dan menggosok punggung Barga agar merasa lebih baik.

"Kok gini sih isi suratnya?" Alana mendadak jengkel.

"Mungkin cuma orang iseng, udahlah, pasti ni orang pengen perhatian dari Lo." Satria coba meyakinkan.

Tidak, bukan itu yang Barga takuti. Disurat ini tertulis jika dia tahu kejahatan Barga, pemuda itu langsung flashback dengan kejadian enam tahun lalu. Jika benar pengirim surat ini adalah orang yang ada dipikiran Barga, bisa dipastikan karirnya dipertangguhkan.

Barga tetap bengong, matanya nyaris tak berkedip. Apa-apa yang sahabatnya utarakan nampaknya tidak didengar Barga.

Seketika Alana merampas surat itu, meremasnya sampai berkerut kemudian mengakhirinya ditempat sampah.

"Udah, jangan dipusingin. Yuk, pulang! Udah larut banget." Ujarnya agar suasana tidak mencekam lagi.

Diperjalanan pulang mereka terus meyakinkan pada Barga tentang surat tak waras tadi, Barga mulai menimbang-nimbang persepsinya, terakhir gadis itu datang dengan kepala ter perban, sambil berkata hidupnya tidak lama lagi.

Jiwa iblis Barga menekankan bahwa gadis waktu itu sudah lama meninggal. Tidak akan ada yang mampu mempertaruhkan karir nya.

Pemuda itu menghembuskan napas panjang, "lain kali surat VIP nya lebih di filter lagi ya, males gue ledenin orang kek begituan." Barga mulai tersenyum.

"Siap bos, apapun demi buat Lo senang." Ujar Satria sembari memberi hormat.

Mereka sampai pada rumah yang luar biasa megah. Bisa ditebak, diluar banyak para fan menunggu diluar pagar. Kerumunan itu bersorak ketika mobil Barga masuk, Barga hanya bisa menyembunyikan wajahnya dari balik Hoodie karena takut akan diserang.

Mereka memasuki rumah, saat tiba didalam terlihat sosok wanita paruh baya yang duduk di kursi roda dengan senyuman, Yura. "Sudah selesai konser nya?" Tanya wanita cantik itu.

"Sudah Bu, Alhamdulillah." Balas Barga mencium punggung tangan ibunya.

Alana dan Satria langsung memeluk wanita itu dengan rasa gembira, seperti ibu kandung sendiri. "Kok Masi belum tidur jam segini Tante?" Basa-basi Satria.

"Tante nungguin kalian, kita makan bareng yuk, udah disiapin." Yura memutar roda kursinya untuk bergerak.

Hampir enam tahun Yura menggunakan kursi roda sebagai alat untuk membantunya melakukan aktivitas. Semenjak kecelakaan waktu itu, Yura dinyatakan lumpuh dan dipecat dari pekerjaannya sebagai dokter saraf.

Tak berselang lama, sekitar satu tahun pasca Yura kecelakaan, suaminya tega mengajukan kata pisah, seperti tidak ada rasa tanggung jawab, ayah Barga meninggalkan mereka berdua.

Barga sejak saat itu menjadi sosok yang pendiam, tapi mulai berani melawan setiap ada yang mem-bully nya. Saat itu Barga serasa akan jadi gelandangan bersama ibunya, ternyata Tuhan punya rencana lain.

Mama Alana selalu membantu Yura melakukan aktivitas, sampai ketika Barga dan Alana beranjak dewasa, memasuki fase putih abu-abu, bertemu Satria dan menciptakan keajaiban lewat media sosial, begitulah sejarah singkat perjalanan hidup Barga.

Malam ini, seperti tanpa beban, mereka tertawa dengan riuh dan riang.

Setelah bersantap, mereka saling memegang selimut dan berbaring di outdoor khusus dekat taman air mancur. Menatap kilau bintang-bintang sembari tertawa terbahak-bahak.

"Bolos yuk besok, males banget masuk kelas," ujar Satria sembrono.

"Hm, bole juga tuh, sekalian nih, rencananya gue mau abisin waktu sama kalian, gimana kalo besok kita keliling Bandung? Mayan, cuci mata." Ujar Barga.

Alana langsung menepuk lengan kedua pemuda ini. Kegiatan bolos berjamaah seperti ini nampak seperti rutinitas saja. Mereka tidak takut-takut nya akan dijadikan masalah semasa wisuda nanti.

"Nanti ga lulus, tau rasa noh." Gerutu Alana.

"Masalah lulus itu mah belakangan, intinya kita seneng-seneng dulu, kan masi Maba, ya ga?" Satria meyakinkan.

Barga mengangguk cepat, "Kita jarang-jarang gini lho, titip absen kan bisa?"

"Ya tapi jangan keseringan bolos dong, bolos itu ga baik." Kekeuh Alana

"Yaudah, Lo mau ikut apa kagak?" Tanya Satria langsung.

"Ya ikut lah." Jawab gadis itu mengeras.

Barga dan Satria langsung mencubit pipi Alana karena gemas. Gadis ini terkadang tingkahnya seperti orang dewasa kadang juga seperti anak-anak.

"Untung cantik."

•••

To be continued~
.

Masi abstrak gitu masalahnya kan? Ayolo, siapa yang ngira Barga bukan anak kuliahan? Multitalent dia mah:)
.

Vote+comment jangan lupa😚
Salam,
rosaekavania💕





MELLIFLOUS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang