Sleeping star⭐
.
"Dokter.." panggil Calya lagi, ia menutup mulutnya tak percaya, menangis dan bersimpuh dihadapan Yura.
Dokter bukan lagi panggilan yang pantas untuk Yura, tapi dengan memanggilnya seperti itu, Yura jadi sadar, gadis dihadapannya sekarang adalah Calya, pasien kesayangannya yang ia cari-cari selama ini.
"Calya? Ini kamu nak?" Tanya Yura memastikan dugaannya.
"Iya! Ini Calya, dokter." Kata Calya sembari terisak.
Alhasil Yura jadi ikut menangis, menatap terus menerus gadis dihadapannya, ia tak percaya akan dipertemukan lagi dengan gadis kecil yang telah menganggapnya sebagai ibu sendiri.
"Dokter kenapa? Kenapa sekarang duduk di kursi roda? Kenapa dokter gak pamitan sama Calya waktu itu? Calya pikir, Calya bukan anak yang baik, makanya dokter pergi." Tanya Calya sambil terisak.
Yura langsung meredakan tangisan Calya, "Calya adalah anak yang sangat baik," wanita itu lalu tertunduk, "maafin dokter ya, hari itu dokter jatuh dari tangga makanya harus pakai kursi roda sampai sekarang, dokter juga udah jemput Calya waktu itu, cuma.. Calya udah pulang."
Mendengar hal itu, Calya malah jadi merasa bersalah. Ternyata Barga benar, asumsi buruknya selama inilah yang membuat Calya terus merasakan sakit, asumsi yang sebenarnya tak pernah terjadi di dunia nyata.
"Enggak dokter, seharusnya Calya yang minta maaf, Calya selalu merasa dikhianati dan selalu berpikir buruk, maafin Calya." Ujar Calya sesugukan.
Yura jadi terseyum bahagia, "kita berpisah tanpa pamit, wajar kalau Calya bertanya-tanya, tapi sekarang kita udah ketemu lagi, siapa yang bawa Calya kesini?" Tanya lembut wanita itu.
Calya tidak langsung menjawab, ia hanya memalingkan wajahnya kehadapan Barga yang berdiri jauh di dekat pintu.
Tatapan Calya mengunci kearah Barga, mengerti dengan maksud Calya, Yura pun ikut melihat kearah yang dituju Calya.
Tubuhnya langsung melemas begitu melihat anaknya berdiri sembari tersenyum kecil kearahnya, "nak.." panggil kecil Yura kepada Barga.
Barga mendekati ibunya, Calya langsung berdiri dan mempersilahkan mereka bertemu.
Sementara kini Alana, Satria, dan Rasya juga ikut menyaksikan apa yang terjadi, masih terpaku ditempat dan tidak ingin merusak suasana disini.
Kini Barga berlutut dihadapan ibunya yang masih terlihat syok, Barga lalu menarik tangan ibunya dan menciumnya dengan lembut. "Barga pulang, Bu." Ucapnya sambil menahan kesedihan dihatinya.
Yura malah mulai terisak lagi, ia lekatkan tangannya pada pipi Barga yang dingin, "Barga kemana aja nak? Barga baik-baik aja kan? Gak ada yang terluka kan?" Tanya Yura sembari intens melihat wajah anaknya.
"Barga baik-baik aja, malah sekarang Barga bahagia, karena ibu dan Calya akhirnya bisa ketemu lagi," Balas Barga, "maafin Barga ya, Bu. Barga udah menyimpan kebohongan besar ini dari ibu dan semuanya."
Yura hanya bisa menangis, ia tak bisa bicara banyak, "menyesal lah nak, jangan minta maaf ke ibu, tapi minta maaflah ke keluarga korban, ibu tau Barga gak mungkin bertindak tanpa alasan."
Barga mengangguk kikuk, "Barga akan urus semuanya, Bu. Tapi ibu ikhlas kan melepaskan Barga sebentar? Barga bakal perbaiki semuanya."
"Lakukan jika itu benar." Yura langsung setuju karena tau apa maksud dari anaknya tersebut.
Disaat-saat terakhirnya, Barga mulai merasakan sakitnya. Ia dengan begitu keras menahan rasa sakit dihatinya, cowok itu langsung menciumi kening Yura, meminta izin untuk pergi. "Doain Barga selalu ya, Bu."
KAMU SEDANG MEMBACA
MELLIFLOUS [END]
FanfictionWarning!🔞 (CERITA BELUM DIREVISI) Barga, mengukir prestasi gemilang diusianya yang baru menginjak dua puluh tahun. Suara khas miliknya menjadikan pemuda tampan ini primadona diberbagai kalangan. Sepintas hidupnya terlihat bahagia seperti alur cerit...