Strongest star⭐.
Barga langsung menyuci barang bukti miliknya di wastafel dapur belakang, keadaannya sangat kacau saat itu.
Setelah darahnya hilang, Barga masuk dengan perasaan amat gamang. Tapi siapa sangka masalah baru akan muncul, ia tengok sang ibu kini terkapar dan keningnya mengeluarkan darah.
"Ibu!!" Barga langsung ketakutan lagi saat itu juga.
Ia beberapa kali mengguncang tubuh Yura, tapi wanita itu tidak kunjung bangun. Barga pun langsung menghubungi Alana dan meminta bantuan.
"Alana! Bantuin ibu.."
"Kenapa ga?"
"Ibu jatuh dari tangga."
Susan dan Alana langsung sigap membawa Yura ke rumah sakit terdekat dan bukan tempat ia bekerja, karena keadaannya sangat genting.
Sampai dirumah sakit Barga hanya duduk termenung dipojokan, Alana sampai tak tegaan melihatnya. Bekas darah dibaju sekolahnya menunjukkan seberapa parah luka yang Yura dapati.
Tunggu, baju sekolah?
"Ga? Lo baru pulang dari sekolah?" Tanya Alana lembut.
Barga hanya tertunduk, ia sangat malu melihat wajah Alana. Alana disana langsung memeluk Barga yang sepertinya syok bukan main.
"Tenang ya ga, semuanya akan baik-baik aja, Lo jangan khawatir, ada gue disini."
Seketika Barga langsung menangis, ia tak tahu seperti apa perasaannya saat ini. Apa kecelakaan yang menimpa ibunya adalah karma atas perbuatan yang Barga lakukan?
Barga jadi bingung harus berbuat seperti apa, ia tak ingin merahasiakan ini, tapi keadaan menghalanginya."Maafin gue.." Barga menelungkupkan wajahnya, menangis dengan nada pilu.
"Lo gak salah apa-apa, jangan nangis." Alana berusaha menenangkan Barga.
Barga terus membungkam mulutnya, ia menjerit dalam hati, rasa semenyedihkan ini belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Malam itu adalah malam terpanjang bagi Barga. Ia saat ini tengah menunggu ibunya sadar, diluar ia mulai terkantuk-kantuk, Alana juga demikian, mereka terkadang saling bersandar karena sudah menahan kantuknya.
"Alana, Barga, kita pulang dulu yuk. Biarin Yura disini dulu, besok pagi kita balik kesini lagi." Ujar Susan,
Mereka pulang selarut ini, Susan dan Alana sengaja menginap dirumah Barga agar anak itu tidak merasa kesepian. "Tidur ya nak, semuanya bakal baik-baik aja." Susan menyelimuti Barga dan berujar lembut.
Barga hanya mengangguk,
Disana Barga terus terjaga dan ia tak bisa tidur, itu wajar, karena otaknya kini dipenuhi berbagai pikiran.
Malam itu juga ia tatap keluar jendela, dari sini terdengar bunyi sirine ambulance yang membuat detak jantung Barga berdetak sangat kencang. "Maafin gue, atas semuanya." Barga kembali menangis.
Ia lalu duduk sambil terperangah, pasti sebentar lagi berita tentang kematian Adriel dan teman-temannya akan menjadi trending disekolah, tapi bukan itu hal terburuknya, jika saja polisi bisa melacaknya, bisa dipastikan Barga akan masuk penjara.
"Jangan sampai." Matanya memerah saat memikirkan tentang itu, Barga lalu berniat kabur, malam itu juga ia kabur melalui jendela berlari tanpa alas kaki. Barga tak ingin polisi tau dimana keberadaannya.
Sialnya Barga terlalu lemah, kakinya mulai pegal dan telapaknya juga sakit karena menginjak kerikil. Ia kemudian duduk dipinggir jalan, udara diluar sini sangat dingin, Barga menggigil karenanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELLIFLOUS [END]
FanfictionWarning!🔞 (CERITA BELUM DIREVISI) Barga, mengukir prestasi gemilang diusianya yang baru menginjak dua puluh tahun. Suara khas miliknya menjadikan pemuda tampan ini primadona diberbagai kalangan. Sepintas hidupnya terlihat bahagia seperti alur cerit...