Fallen stars⭐.
Barga lalu kembali ke belakang panggung, disana keadaan sangat kacau, bisa Barga bayangkan bagaimana kecewanya para crew yang telah susah payah mengatur ini semua. Beruntung api itu hanya membakar bagian panggung saja, tidak menjalar apalagi sampai ke backstage.
Diruangan para bintang, Barga langsung ditatap bingung oleh Satria yang saat itu tengah mengobati lengan Alana yang terluka. Alana yang sadar Barga berdiri didepan pintu langsung bangkit dan memeriksa keadaannya. "Lo gapapa kan?" Raut wajah Alana panik.
"Gapapa," jawab Barga singkat.
Satria disana hanya diam dan memperhatikan, ia tahu ada sesuatu yang terjadi padanya barusan.
Sedetik dua detik suasana tampak hening, sampai Alana sadari dari telapak tangan Barga, menetes cairan merah dan pastinya membekas dilantai. "Tangan Lo kenapa?!"
Oke, kali ini Alana panik, ia lihat telapak tangan kirinya didominasi darah, ia tak peduli pada luka bakar yang ia terima, saat melihat Barga berdarah ia merasa dirinya telah gagal dalam menjaga Barga.
"I-ini bukan apa-apa," Barga langsung menarik tangannya, pergi dan duduk untuk membersihkan sisa darahnya.
Mata Satria langsung membesar saat melihat luka Barga yang tengah ia bersihkan. "Gue tau ada yang terjadi sama Lo," suara Satria berat dan terdengar mengintimidasi.
Alana dan Satria lalu duduk tepat didepan Barga. Barga hanya diam tertunduk dan sekuat tenaga menahan tangisnya. Ia tak tahan lagi dengan semua yang terjadi, bagaimanapun ini semua terjadi atas kesalahannya, banyak pihak terkena imbas apalagi Alana, sahabat kecilnya sendiri.
Semakin ia pikirkan, semakin besar rasa bersalah yang ia rasakan. Air matanya yang sejak tadi ia tahan akhirnya turun bagai hujan, Barga menutup erat wajahnya, tak kuasa melihat wajah sahabat-sahabat yang ia kecewakan. "Maaf.." nadanya pilu, dan terdengar sangat sakit.
Dengan sigap Alana beralih kesamping Barga, matanya juga mulai berkaca-kaca, "Ga, jangan nangis..." Alana memegang tangan Barga yang gemetar.
"Maaf, karena gue ini semua terjadi." Ujarnya dengan tetap tertunduk,
Alana langsung menghapus air matanya, "ini semua hanya terjadi karena kecelakaan, bukan salah siapapun." Alana coba meyakinkan.
Diluar dugaan, Satria yang dari tadi diam langsung memeluk Barga dari sebelah kanan, Barga terkejut, lalu disusul Alana yang duduk disamping kirinya. "Dalam hidup pasti ada yang namanya kegagalan, contohnya hari ini. Tapi gagal bukan berarti kalah, malah gagal yang bikin kita tambah dewasa dan tegas," ujar Satria dalam pelukannya, "dan kegagalan lah yang membawa kita semakin besar hati, lebih dekat dan lebih saling memahami." Sambung Alana.
"Udah ya, jangan nangis lagi." Alana mengusap air mata Barga.
Ketika mereka selesai dengan tangisannya, datanglah sang manager konser ini dengan raut wajah yang entah bagaimana lagi cara mendiskripsikannya. "Tangan Lo baik-baik aja kan?" Rasya, bisa di lihat ia tengah menahan ragam emosi saat itu, ia perhatikan tangan Alana yang terbakar.
Alana hanya diam dan mengikuti keinginan Rasya, Rasya kemudian beralih pada Barga dengan tatapan cukup tajam, ternyata bukan cuma Satria yang sadar Barga pergi begitu saja sewaktu insiden itu, Rasya juga melihat Barga yang kala itu berlari dan sepertinya mengejar seseorang. "Lo abis dari mana?" Tanyanya dengan nada super dingin.
Mata Barga memelotot, "uhm, maaf. Ada orang yang hanya diam waktu semuanya kacau, gue punya dugaan kalo dia adalah pelakunya, trus gue kejar tapi malah jatuh dan beginilah tangan gue sekarang, gue kehilangan jejak."
KAMU SEDANG MEMBACA
MELLIFLOUS [END]
FanfictionWarning!🔞 (CERITA BELUM DIREVISI) Barga, mengukir prestasi gemilang diusianya yang baru menginjak dua puluh tahun. Suara khas miliknya menjadikan pemuda tampan ini primadona diberbagai kalangan. Sepintas hidupnya terlihat bahagia seperti alur cerit...