The two stars that meet⭐
.Dikediaman Barga, terlihat Yura yang menantikan kepulangan anaknya. Hari sudah semakin gelap, tapi Barga belum juga pulang. Biasanya Barga pulang tepat waktu dan selalu makan siang bersama dengan Yura, setelah makan siang, Yura juga biasanya langsung kerumah sakit untuk menemui pasiennya.
Hari itu Yura berjanji akan membawa Barga kerumah sakit, bertemu dengan teman barunya. Yura terus menunggu dan akhirnya mengontak Alana karena ponsel Barga sejak tadi tidak aktif.
Alana bilang, jika Barga ada tugas tambahan. Yura memutuskan untuk menunggu anaknya sebentar lagi.
Ia duduk di kursi balkon lantai dua, karena suasananya lumayan sejuk, ia pun akhirnya tertidur. Yura tertidur sangat pulas, siang berganti malam, tak terasa jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh.
Akhirnya ia tersentak saat rumah sakit menelponnya, memberi tahu jika Calya kabur dari rumah sakit.
Segera Yura berlari dalam keadaan masih belum sepenuhnya sadar, ia tergesa-gesa melangkahi anak tangga, tiba-tiba wanita itu kehilangan keseimbangan dan jatuh dari ketinggian yang lumayan. Yura langsung tak sadarkan diri saat itu, dan tidak ada seorangpun yang tahu.
.
.
.Calya melangkah dengan pikiran mengambang, kenapa hari ini dokter itu tak mengunjunginya? Apa ia berniat meninggalkan Calya sama seperti orangtuanya?
Sesekali ia berpikir begitu, sesekali juga ia tepis pemikiran aneh itu. Ia yakin dokter itu takkan pergi meninggalkannya begitu saja, jikapun demikian, Calya akan patah hati dibuatnya. Karena perpisahan tanpa adanya pamit akan menimbulkan tanda tanya besar.
Gadis itu lalu melihat dari sebalik gang setelah mendengar ada suara seseorang. Ia mengendap-endap dan mendapati ada empat orang yang sedang merundung satu orang.
Calya hanya terus diam dan menyaksikan apa yang terjadi saat itu, terlihat seorang anak laki-laki yang tubuhnya lebih kecil ketakutan dan langsung marah besar saat para perundung itu membicarakan tentang ibunya.
"Gue udah muak!!" Kata anak laki-laki itu kelewatan marah.
Ia terlihat seperti mengambil sesuatu dari tasnya, sial! Dia mengambil sebuah gunting yang nampak sangat tajam.
"Eh, Lo mau apa?" Adriel langsung cemas begitu melihat Barga mengacungkan guntingnya.
"Habis takut terbitlah berani,"
Hati Calya disana langsung bergetar begitu mendengarnya, ia beranggapan bahwa anak laki-laki cungkring itu benar-benar akan melakukan sesuatu.
Benar saja, anak laki-laki itu melawan satu persatu pembully itu. Mereka mengaduh karena sudah salah berhadapan dengannya.
"Hahaha, mana keberanian kalian? Kenapa diam aja?" Barga bersimpuh dihadapan Adriel yang terkapar.
"Dasar gila Lo!"
Plakk..Adriel langsung menampar pipi Barga, Barga langsung membara saat itu, ia menikam perut Adriel dengan gunting miliknya.
"Gue udah gak tahan lagi sama kalian semua! Gue diam bukan berarti gue takut, tapi kalian selalu menyalahartikan diam nya gue, yaudah, sekalian aja kalian susul bos kalian." Mata Barga membara, ia lalu berjalan angkuh dan mulai menyelesaikan tugasnya.
Andra, Abiyu, dan Tama langsung takut bukan main. Mereka mencoba kabur dari Barga yang berubah jadi monster. Tapi usaha mereka gagal, Barga berkali-kali menghabisi mereka dan langsung menembus perut mereka satu persatu dengan senjatanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELLIFLOUS [END]
FanfictionWarning!🔞 (CERITA BELUM DIREVISI) Barga, mengukir prestasi gemilang diusianya yang baru menginjak dua puluh tahun. Suara khas miliknya menjadikan pemuda tampan ini primadona diberbagai kalangan. Sepintas hidupnya terlihat bahagia seperti alur cerit...