Awakened star⭐.
‘‘
Ada yang berusaha melepas, ada yang berusaha meraih, ada yang ingin dilihat, dan ada juga yang ingin segera dilupakan. Hitam putihnya begitu terasa, tapi sekali saja, setidaknya aku bisa merasakan posisimu yang selalu diagung-agungkan itu.
‚‚.
Pagi-pagi buta Calya sudah bersiap dengan outfit olahraganya. Pukul lima subuh, ia kebingungan karena Wulan tidak ada dikamarnya. Calya terkejut saat mendapati ibunya tertidur diatas pianonya.
Hebat ya wanita ini, ruangan yang semalam berantakan bukan main, disulap jadi bersih dan kinclong bak ruang kerajaan. Calya tersenyum melihat kegigihan wanita ini, ia duduk disamping ibunya yang tidur dalam keadaan kedinginan.
"Ibu? Ayok kita pindah ke kamar, disini dingin, ntar masuk angin lho." Calya berujar sangat lembut.
Wulan menggeliat, ketika sadar ia ketiduran diruang utama, ia langsung mengangkat kepalanya.
"Hoammm.." Wulan meregangkan tangannya, "ibu siap-siap dulu ya," ujarnya kemudian mencoba menyeimbangkan langkah, ingat ketika ada janji dengan anaknya ini.
Jalannya terhuyung-huyung, bahkan sempat menabrak barang-barang disana. Calya pun langsung membantu Wulan berjalan. "Hari ini ibu istirahat aja ya, ibu baru aja datang, malah bersih-bersih sampai capek, istirahat di kamar aja ya."
Wulan mengangguk-angguk, matanya juga kadang terpejam. Sampai di kamar, wanita itu menguap lebar-lebar, ia merebahkan diri ke kasur, memeluk selimut dan kembali tertidur.
Nampaknya Calya harus pergi sendiri kali ini. Sebelum pergi, ia membereskan sisa bersih-bersih Wulan di ruang inti tadi. Ia ambil bekas kain lap, kemoceng, dan alat-alat lainnya. Calya lalu menatap panjang grand piano miliknya yang sudah bersih dari debu.
Ia mengitari piano itu yang masih terlihat berkilau meski sudah sangat lama ia tinggalkan. Ia kemudian duduk tepat di depan pianonya. Lalu ia kebingungan, melihat rangkaian tuts yang langsung mengingatkannya pada kejadian amat buruk enam tahun lalu.
Piano ini nampaknya punya daya tarik yang kuat. Calya yang sudah berusaha keras menahan jarinya perlahan tergoda. Ia mengangkat tangannya, mengambil ancang-ancang untuk memainkan satu lagu saja, tapi tangannya bergetar hebat, detak jantungnya juga ikut berdebar tak keruan.
"Huft, tenang." Katanya pada diri sendiri sembari menutup mata.
Calya menenangkan pikirannya, mencoba menembus rasa cemas dan takut terhadap benda didepannya. Ia menutup mata, menghembus napas panjang dan menekan tuts-tuts itu perlahan tapi pasti.
The most beautiful & relaxing piano piece (vol 1), jarinya menekan nada dari lagu dengan nada cukup sedih itu. Permainan amat indah, caranya menyelaraskan chord, juga timing penginjakan pedal membuat bulu kuduk merinding.
Calya semula syok ketika mendapati chord-chord basic yang sudah lama ia hafalkan masih teringat dengan sangat jelas, tapi ia sadar jika otaknya mampu mengingat segala hal setelah kepalanya cukup terbentur keras.
Semakin lama chord nya semakin cepat, tak disangka air mata turun begitu saja. Ia terisak, mengingat dulu ada dua sosok yang selalu bertepuk tangan jika ia mampu memainkan piano dengan sangat baik, dua sosok yang selalu mengagung-agungkan anak kesayangannya ini karena kehebatannya. Tapi sekarang itu hanya terlintas seperti mimpi, disaat mata dunia menganggapnya ada, seketika semuanya pupus karena mereka berdua, mama, papa. Bisakah kalian memutar waktu kembali?
KAMU SEDANG MEMBACA
MELLIFLOUS [END]
FanfictionWarning!🔞 (CERITA BELUM DIREVISI) Barga, mengukir prestasi gemilang diusianya yang baru menginjak dua puluh tahun. Suara khas miliknya menjadikan pemuda tampan ini primadona diberbagai kalangan. Sepintas hidupnya terlihat bahagia seperti alur cerit...