Resting star⭐.
Setelah diguncang badai semalam tadi, mereka cukup kewalahan. Pukul dua pagi, Barga, Satria, dan Alana sama-sama terlelap diruang tamu, hari pun berganti seperti biasa.
Yura mampir ke ruang tamu, memastikan selimut yang ia berikan semalam tetap menghangatkan mereka. Wanita yang tetap terjaga sejak insiden menimpa anak-anaknya terjadi. "Ibu harap kalian bisa lalui ini bersama." Bisiknya sembari mengelus rambut Barga yang terlelap.
Sentuhannya yang lembut langsung menyentakkan Barga, ia langsung terduduk dan menggosok-gosok matanya. "Ibu? Ibu ga tidur?" Tanya Barga langsung.
"Ibu mana yang bisa tidur kalo anaknya ditimpa musibah?" Yura tersenyum.
Beberapa saat kemudian Barga duduk dilantai dan bersandar dikaki ibunya. Jujur, disaat seperti ini ia sangat membutuhkan ibunya. "Barga masih kurang yakin bisa lalui semua ini." Adu nya pada sang ibu.
"Kenapa? Apa Barga gak yakin sama diri Barga sendiri?"
"Bukan begitu, rasanya gak kuat aja, apa karena sebelumnya hidup Barga baik-baik aja sebelum dapat masalah kayak sekarang?" Ujar Barga.
Yura tersenyum lagi, ucapan anaknya langsung mengingatkannya pada seseorang. "Jika hidup hanya berjalan mulus, untuk apa Tuhan menciptakan masalah? Itulah tujuan manusia diciptakan dan tinggal di dunia. Tuhan menguji seberapa mampu manusia menyelesaikan masalah. Sama seperti ibu dulu, saat ibu dinyatakan lumpuh, ibu merasa takkan kuat menjalani hidup berikutnya, tapi ternyata ibu salah, justru karena ditimpa musibah ibu jadi lebih kuat dan punya kebiasaan baru. Jadi, anggap saja cobaan itu sebagai cara untuk menghadapi kebiasaan baru dihadapan kita."
Sedetik kemudian Barga langsung memeluk ibunya, melepaskam segala beban yang ada dipundaknya ke udara. Memang, energi seorang ibu benar-benar sangat berpengaruh pada anaknya sendiri. Ia lalu menatap manik mata indah ibunya, kemudian timbullah satu fakta bahwa masalahnya tak seberapa dengan apa yang ibunya ini alami di masa lalu.
"Haha, kenapa Barga jadi se cengeng ini, padahal ada seseorang yang sangat kuat menahan beban dihadapan Barga, ternyata Barga sendiri yang naif dan merasa masalah ini terlalu berat." Barga tertawa kecil sembari menepuk jidatnya.
Yura hanya mencubit hidung Barga dengan gemas. "Kuatin pundaknya lagi ya, nak. Semakin kamu dewasa, semakin beragam masalah yang mampir di hidupmu." Lalu Yura menyentuh pundak anaknya, menepuk-nepuk kecil seakan mentransfer energi positif kepada anaknya.
Tak lama kemudian, Alana menggeliat, ia langsung bangun begitu mendengar ada dua manusia sedang bercengkrama. "Ha? Siapa?" Tanyanya dengan nyawa yang belum terkumpul.
Barga terkekeh, ia kemudian menutup mulut Alana yang menganga dengan telapak tangannya, alhasil, mata Alana langsung membuka lebar. "Cuihh, pait." Titah Alana langsung melempar tangan Barga.
"Hahaha, dasar." Yura tertawa lebar.
Melihat tingkah Alana yang seperti anak-anak, Barga jadi gemas sendiri. Ia langsung memeluk Alana dan memperlakukannya seperti anak kecil.
"Imut banget sih." Ujar Barga gemas sendiri.
Alana menikmati pelukannya, memang sih, dipeluk tiba-tiba itu damage nya bukan main. Ia tersenyum, meski dalam keadaan setengah sadar, kehangatannya terasa sangat luar biasa. "Gue sayang sama Lo," ucap Alana pura-pura menutup mata.
Adegan romantis ini tampaknya membuat pihak lain risih, maksudnya satu manusia lagi yang tengah menutupi wajahnya dengan selimut. Ia merasa kesal mendengar ucapan Alana pada Barga.
Dengan sigap ia berdiri, memasang tampang marah yang seketika membuat semua orang terpelongo. "Kalo kalian berdua, gue sama ibu aja berdua."
Kecemburuan di diri Satria tampaknya tak bisa disembunyikan. Ia terus memeluk Yura dan sesekali merengek. Semua orang terkekeh melihat tingkahnya, terutama Barga yang berhasil membuat sahabat satunya ini cemburu akibat ulahnya. Karena sesungguhnya inilah caranya mendekatkan Satria dan Alana.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELLIFLOUS [END]
FanfictionWarning!🔞 (CERITA BELUM DIREVISI) Barga, mengukir prestasi gemilang diusianya yang baru menginjak dua puluh tahun. Suara khas miliknya menjadikan pemuda tampan ini primadona diberbagai kalangan. Sepintas hidupnya terlihat bahagia seperti alur cerit...