Burning star⭐
.Akhirnya perjalanan sekitar dua jam lebih terhenti. Mereka memijakkan kaki di tanah Abang Jakarta dan sama-sama melihat begitu spektakulernya panggung dihadapan mereka.
Tak tanggung-tanggung, diarea penonton berdirilah beberapa kerumunan yang standby dan sepertinya tengah membicarakan sang idola yang bakal manggung lebih kurang enam jam lagi, Yap, siapa lagi kalau bukan para fans Barga.
Barga tersentak, lupa siapa dirinya dimata para penggemar. Ia dan yang lain langsung bergegas pergi sebelum kerumunan itu menyerang.
"Ayok, kita langsung kebelakang." Rasya menuntun arah, berhenti saat sampai di belakang panggung.
"Huhh, akhirnya.." Satria langsung menjatuhkan dirinya ke kursi.
"Karena baru sampai, kalian bisa santai dulu. Kalo bisa ya, latihan harmonisasi lagi," Ujar Rasya, "gue tinggal dulu ya, mau urus yang lain." Sambungnya lalu pergi.
Di siang yang cukup terik mereka berlatih lagi. Diruangan tersebut mereka melepas beban dan tak henti-hentinya merasa senang akan konser nanti, ya walaupun Satria dan Alana cuma dapat satu babak.
Saat tengah asyik mengadu suara, tiba-tiba terdengar gubrakan pintu cukup keras dari luar. Seketika mata mereka menuju kesana, masih memerhatikan pintu putih mulus itu sampai gubrakan lebih keras menyambar lagi.
"Siapa sih?" Gubris Alana sedikit kaget.
Barga dan Satria masih memerhatikan, Barga tiba-tiba berdiri dan berniat memeriksa apa yang terjadi.
Satria langsung menghambatnya, "biar gue aja yang lihat." Lalu perlahan menuju pintu.
Sebenarnya Satria cukup takut, gubrakannya lumayan keras dan sepertinya dilakukan oleh orang bertubuh besar.
Gagang pintu diturunkan dengan perlahan. Ketika diluar Satria tak menemui apa-apa, pikirnya mungkin cuma orang iseng.
Eh, tunggu. Saat hendak melangkah, dari sisi kanan pintu ia melihat sebuah buket bunga mawar, lebih tepatnya berisi tiga tangkai bunga mawar besar dan hiasan mawar lebih kecil disekelilingnya. Ia mengambil buket bunga itu, ini dari siapa ya? Setelah dilihat-lihat ada sebuah catatan kecil didalamnya.
"Siapa, Sat?" Seru Barga dari dalam.
Satria langsung tersentak, "Oh, ini. Orang iseng, kek nya buat Lo deh, Ga."
Seketika ia langsung menyembunyikan catatan itu.Buket itu diserahkan pada Barga, ia terlihat senang. Ia suka bunga mawar karena warna merahnya sangat menawan.
"Bagus banget." Puji Alana sembari menyentuh kelopaknya.
"Tapi ini yakin buat gue? Kok ga ada nama sama tujuan pengirimannya?" Kata Barga sembari memeriksa isi dalam buket tersebut.
Alana menyaut, "mereka kesini karena pengen liat elo, kabar kita bikin band cuma beberapa komunitas yang tau. Jadi fix dong ini dari penggemar rahasia Lo."
Satria hanya tersenyum, sebab catatan di buket itu sengaja ia simpan. Cowok itu tersentak melihat sesuatu yang janggal, ia langsung mengambil buket itu dan menyadari jika salah satu bunganya ada yang rusak, seperti dibakar.
"Kok hitam sih bunganya?" Satria mencopot mawar yang dimaksud, ternyata benar bunga ini terbakar.
Ketiganya mangut-mangut, berpikir kalau pengirim ini kurang teliti dalam memilih buket. Mereka tetap berniat menyimpan pemberian fans tersebut agar merasa dihargai.
"Yaudahlah, kita simpan aja." Barga menyimpannya dalam laci meja.
Mawar memang menarik dimata orang-orang. Tapi sadar kah kita jika didalam keindahannya terdapat duri yang melekat pada batangnya dan bisa saja menyakiti sesiapa yang memeganginya. Jika berpikir lebih rancu lagi, apakah mawar dengan salah satu bunganya cacat adalah murni pemberian fans? Terlebih lagi cara pemberiannya yang terlihat seolah-olah memaksa? Percaya tidaknya hanya Satria yang memikirkan hal ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELLIFLOUS [END]
FanfictionWarning!🔞 (CERITA BELUM DIREVISI) Barga, mengukir prestasi gemilang diusianya yang baru menginjak dua puluh tahun. Suara khas miliknya menjadikan pemuda tampan ini primadona diberbagai kalangan. Sepintas hidupnya terlihat bahagia seperti alur cerit...