Find the star⭐.
Hari kembali bergulir, Alana dan Barga bangun dengan keadaan hati yang tidak tenang. Dan, hari ini hari Minggu, mereka berencana untuk fokus mencari keberadaan Satria jika belum juga ditemukan.
Pagi-pagi sekali mereka langsung ke kantor polisi. Melaporkan kasus Satria yang menghilang, hampir 48 jam lamanya.
"Gue harap dia ga papa," Alana sejak kemarin berusaha untuk tenang.
"Kita harus yakin dia baik-baik aja, dia kuat, ga bakal ada kejadian buruk yang menimpa dia."
Polisi melakukan pencarian di tempat-tempat yang pernah Satria kunjungi. Seperti rumahnya, kampus, dan tempat sepupunya tinggal.
Alana jadi heran pasca menjelajahi perumahan elite itu, ia dengan persis mengantar Satria dan melihatnya masuk kesana. Tapi, dari sekian rumah tak ada yang memiliki hubungan keluarga dengan Satria.
"Pak, tolong lakukan pencarian khusus ke perumahan pusat kota, saya rasa kemungkinan besar jejak Satria ada disana." Ujar Alana pada pihak polisi.
"Tolong kerjasamanya ya pak, kami bergantung pada satuan polisi, tolong selamatkan sahabat kami." Barga menutup percakapan.
Mereka pulang sejenak, dalam perjalanan, menerawang lah pemikiran buruk dipikiran masing-masing mereka. Takut Satria kenapa-napa, takut Satria diculik atau dikirim keluar negeri, takut Satria benar-benar menghilang selama-lamanya.
Oh Tuhan, sebenarnya cowok itu ada dimana sekarang?.
.Tempat ini hampir dua hari ia tinggali. Selama itu juga Calya tidak memberinya apapun selain obat. Perutnya mati rasa, tangannya terjuntai sementara matanya kini benar-benar mengabur.
Dalam hati Satria terus berdoa, bermohon agar segera keluar dari tempat ini.
Mulutnya bergerak-gerak, berusaha mengeluarkan suara dan menjerit sekencang mungkin. Air matanya terus menetes menahan sakit.
"Calya, keluarin gue."
Pintu perlahan terbuka, saklar lampu ditekan sehingga seluruh ruangan menjadi terang.
Mata Satria berkedip-kedip, cahaya lampu ini membuat matanya sakit.
"Satria.." Calya langsung memeluk Satria,
Pemuda itu langsung mendorong tubuh Calya, merasa jijik karena sudah bersentuhan dengan gadis gila ini.
"Kenapa?"
Satria yang tertunduk langsung melirik kearah Calya dengan wajah memerah. Ia pandangi sepupunya yang gila ini seakan ingin menerkam.
Calya lagi-lagi tersenyum, wajahnya benar-benar cantik dihiasi jepit rambut merah yang melekat di rambutnya. Tunggu, jepit rambut?
"Gue ga takut ada disini, yang gue takutkan adalah sahabat-sahabat gue cemas karena gue ga ada," ucap Satria sedikit mengigil.
"Yaudah, biar gue anter lo ke sahabat-sahabat Lo, tapi gue ragu, yang gue anter nanti adalah jasad." Gadis itu tersenyum miring.
Napas Satria menggebu-gebu, dengan hati yang panas ia jambak rambut Calya dengan sangat keras. Ia menginginkan sesuatu yang menggantung disana.
Calya mengerang kesakitan, berusaha melepaskan cengkeraman tangan Satria yang hanya sebelah.
Cengkeraman tangan itu kemudian terlepas, rambut Calya yang mulanya lurus rapih jadi sangat berantakan sekarang.
"Kirim aja jasad gue ke mereka, yang penting mereka bisa liat gue untuk terakhir kalinya." Satria tersenyum sumringah, ucapannya menjelaskan bahwa ia sama sekali tak gentar menghadapi gadis ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELLIFLOUS [END]
FanfictionWarning!🔞 (CERITA BELUM DIREVISI) Barga, mengukir prestasi gemilang diusianya yang baru menginjak dua puluh tahun. Suara khas miliknya menjadikan pemuda tampan ini primadona diberbagai kalangan. Sepintas hidupnya terlihat bahagia seperti alur cerit...