Melliflous: 37

26 4 0
                                    


The hidden feeling of the star⭐

.

Hati Barga benar-benar hancur setelah pulang dari rumah sang nenek. Akhirnya Barga benar-benar tahu bagaimana rasanya ditinggalkan oleh orang yang kita cintai.

Barga terus menyalahkan dirinya dan mengutuk perbuatannya dulu. Ia tak menduga akan jadi seperti ini pada akhirnya, kepedihan dihati sang nenek tadi begitu menyiksa Barga hingga kini.

"Gue jadi tau rasanya Calya, rasa yang selama ini lo tangisi, kehilangan ternyata bukan perkara yang mudah." Barga menatap langit-langit mobil agar air matanya tidak jatuh.

"Maafkan gue untuk semuanya," Barga akhirnya tak mampu menahan tangisnya, ia sesekali berteriak dan terisak.

Kemudian Barga menyalakan mobilnya, ia menuju ke tempat pemakaman umum dekat sana, tepatnya tempat peristirahatan terakhir teman-temannya.

Barga keluar dengan perasaan campur aduk, ditambah dengan suasana pemakaman yang sedikit mencekam.

Lalu sampailah Barga pada Adriel, yaa.. seorang anak laki-laki yang pernah menganggunya dulu. Nisannya terlihat sudah lusuh, sudah enam tahun lamanya ia tinggal disini.

"Apa kabar Adriel? Gue habis balik dari rumah nenek Lo, hati gue amat sesak begitu dengar kesedihan hatinya." Sapa Barga terduduk sembari membersihkan sedikit makamnya.

Kemudian Barga menunduk dan membenamkan wajahnya dengan penuh penyesalan, setelahnya Barga tatap jajaran   makam disamping makam Adriel yang tak lain adalah Andra, Tama, dan Abiyu. Disaat itulah air matanya menitik.

"Dulu gue berharap kalian gak ganggu gue lagi, gue pengen bebas dari keusilan kalian. Ya, Tuhan mengabulkannya, tapi dengan cara yang gak disangka-sangka." Barga terisak dihadapan makam Adriel.

Nada suara Barga langsung melemah, "Dari awal gue gak pernah pengen menghabisi kalian, gue cuma pengen bebas dari kalian. Tolong maafin gue, gue sama sekali gak ada niatan untuk mengakhiri hidup kalian, gue amat menyesal."

Barga terus duduk disana, hampir satu jam lamanya. Langit yang semula cerah perlahan berubah menjadi kelabu pekat dan mulai menitikkan air hujan. Semakin lama hujannya semakin lebat, meskipun demikian Barga masih bertahan ditempat karena rasanya tak ada lagi yang harus ia lakukan.

Suasana hati Barga tambah kalut, pikirannya amat buntu saat itu.

Disaat kebingungan begini tiba-tiba Barga terkejut karena tidak merasakan hujan menimpanya. Ia melihat keatas dan ada payung Hitam yang melindunginya.

"Kak, hujannya cukup lebat, ayo berteduh dulu." Suaranya sangat lembut dan sopan, Barga melirik pemilik suara itu.

Barga langsung terpelongo, ia berdiri dan menatap gadis itu. "Calya?" Lirihnya.

Entah kenapa Barga hanya memikirkan gadis itu saja, bahkan disaat begini, siapapun yang Barga lihat bisa ia anggap sebagai Calya.

"Saya bukan Calya, nama saya Abygail. Kakak kenapa hujan-hujanan disini?" Gadis itu memperkenalkan diri, membuat Barga yang sebelumnya menghayal jadi sadar kembali.

"Ah maaf, pikiran gue lagi kacau." Ujar Barga.

Sementara Abygail disana merasa ada yang tidak beres dengan Barga. Sepertinya cowok ini sedang dirundung masalah.

"Kakak pakailah payung ini, biar saya langsung pulang saja. Sepertinya hujan lebat kali ini menahan saya untuk bertemu kak Abiyu." Gadis itu tersenyum sangat ramah kepada Barga.

"Abiyu? Lo.. adiknya?" Tanya Barga langsung kaget.

Abygail mengangguk, "itu kak Abiyu disana," gadis itu lalu menunjuk makam Abiyu.

MELLIFLOUS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang