"Hime hari ini sama Ompung lagi, ya? Bubu kerja dulu, diusahakan balik cepat jadi bisa main sama Hime." Nadira menopang anak semata wayangnya di pinggang dan menahannya dengan tangan kanan sementara tangan kirinya membawa tas kerja sedangkan bahu kiri membawa tas yang berisikan perlatan serta kebutuhan Hime saat dititipkan.
Nadira selalu mengusahakan berbicara dengan anaknya, memberitahukan apa yang sedang dia lakukan meskipun ia tidak tahu Hime paham atau tidak. Pekerjaannya sebagai Profesional Organizer membuatnya tidak mungkin membawa Hime yang notabene akan lebih sering menghancurkan barang ketimbang membereskannya.
Lagi pula tidak mungkin ia datang ke rumah kliennya dengan membawa bayi, bukan? Ia harus profesional mengingat ia sangat membutuhkan pekerjaan ini setelah berhasil menyelesaikan online course-nya. Ia ingat betul bagaimana pekerjaan ini bermula.
Dari Farras yang membutuhkan bantuan untuk membereskan barang-barang di rumahnya sebagai upaya untuk mengalihkan perhatian Nadira pasca permintaan cerainya ke mantan suami.
Rumah Farras berantakan dan tidak teratur sama sekali. Meskipun rumah, seharusnya ada sistem yang diterapkan untuk menata barang-barang agar mudah ditemukan atau sistem yang mudah agar dapat diterapkan jangka panjang. Nadira yang sudah terbiasa mengorganisir barang-barang pribadi maupun pekerjaannya menjadi gemas sendiri melihat walk-in closet Farras yang tidak berbentuk. Semua pakaian menumpuk dan berdesak-desakan bahkan pakaian kotor berada di lantai.
"Gue mana sempet beresin ginian sih, Nadi? Kerjaan gue numpuk." kilah Farras saat ditanya kekacauan apa yang dilakukannya hingga seberantakan ini yang langsung ditimpali Damayanti dengan nyinyiran, "Lo gak sempat beresin lemari tapi sempat minta belaian."
"Itu kebunuhan jasmani dan rohani." balasnya tak mau kalah dan sisanya hanya pertengkaran di antara mereka.
Nadira mengeluarkan seluruh isi lemari dan menyortir pakaian Farras, mana yang akan digunakan, kedepannya mungkin akan digunakan meskipun ukurannya sudah kekecilan dengan kilah Farras sedang diet, dan sisanya masuk boks yang akan disumbangkan. Hal yang sama juga untuk tas dan sepatu serta perintilan lainnya.
Setelah selesai, ia mulai memilah hanger yang akan digunakan. Harus yang sama dan menggantung pakaian berdasarkan warna dan kegunaan agar terlihat lebih menarik. Dan memuaskan OCD-nya. Menyimpan sepatu-sepatu di boks akrilik yang dapat ditumpuk sehingga menghemat ruang dan memudahkan Farras saat ingin menyocokkan pakaian. Perhiasan pun mendapatkan perlakuan serupa, ditempatkan di boks akrilik.
Ia melakukan hal yang sama persis dengan yang biasa dilakukannya di rumah dulu. Menempatkan semua sesuai kebiasaan sehari-hari agar lebih mudah dijangkau dan tidak membuat berantakan.
Butuh satu hari penuh untuk membuat walk-in closet Farras tampak manusiawi dan memang digunakan oleh manusia dengan bantuan tiga orang. Dengan Farras yang terkadang sibuk merekam dengan ponselnya yang kemudian dilempar sepatu oleh Rhea. Ia sangat menyukai hal ini. Mengorganisir hal-hal di sekitarnya.
"Nadi, temen gue nanyain nih. Lo mau gak kerjain walk-in closet-nya dia." Farras tiba-tiba saja menunjukkan layar ponselnya, pesan dari salah seorang di media sosial.
"Beresin lemarinya?" tanyanya bingung.
"Yep." dan wajah Farras berubah cerah seketika saat menyadari sesuatu. "Lo bisa kerja ini, Nadi!"
Dan dengan begitu bersemangatnya mereka karena menemukan sesuatu yang ia sukai dan dapat dikerjakan. Mulai mencari online course dari lembaga di luar negeri yang baru pertama kali didengarnya lalu mulai merencanakan bagaimana bisa masuk ke ke salah satu organisasi internasional untuk organizer profesional. Ini tidak mudah karena ada standar jam minimum yang harus terpenuhi dan biaya yang tidak sedikit untuk mengikuti tes sehingga Nadira harus mulai secepatnya.
Setidaknya ia menemukan secercah cahaya, selain anaknya, di tengah kelabu hidupnya kan?
6/1/21
Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw.
Thank you :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sequential Love [FIN]
RomanceTrigger warning and may contain some mature convos. Bercerai tidak pernah ada di dalam kamus Nadira. Sebagai seorang yang hopelessly romantic, Nadira selalu berharap cinta pertamanya akan menjadi yang terakhir, yang berarti seperti janji pernikaha...