Suara ketukan pintu terdengar tepat pukul sepuluh. Nadira mengintip dari pagar samping dan menemukan salah satu asistennya berdiri dan melihat-lihat taman. "Lisa!" Panggilnya dengan lantang. Gadis itu menoleh dan berjalan ke arahnya setelah memanggil perempuan muda yang berdiri di dekat pagar kecil ke arah luar.
"Mbak! Kenalin ini Sheilla, adikku yang akan bantu jaga Hime." ujarnya penuh dengan semangat. Tangan kanannya merangkul gadis yang tampak lebih muda dengan rambut panjang yang diikat ekor kuda. Ia melakukan scaning menyerluruh. Melihat dari atas hingga bawah, mencari bagian atau pertanda yang memberitahukan apakah gadis di depannya ini berbahaya untuk putrinya atau tidak.
Setelah yakin tidak ada yang membahayakkan, ia tersenyum dengan lebar. "Hai, saya Nadira. Hime lagi main dengan Boo dan Giant." ujarnya. Menunjuk pada Hime yang masih berada di atas Boo dan kini Giant ikut bergelung di sebelahnya. Tidak terlihat tanda-tanda keberadaan Ganendra, sang empunya.
Suara pintu terbuka membuat Nadira melongok dan melihat Ganendra sudah berdiri di taman dengan Rina di belakangnya. "Ayo, masuk!" ajaknya dengan cengiran lebar. Kedua tangannya berada di atas celana yang tergantung di pinggul. Rambut panjangnya diikat dengan beberapa helai yang terjuntai membingkai rahangnya yang tegas. Menimbulkan kesan lembut di antara kesan maskulin yang menguar dari tubuhnya.
Baru ini ia menyadari omongan Farras yang mengatakan pria ini menarik. Memang bukan tipe tampan yang akan membuatnya menoleh dua kali ketika berpapasan di jalan, atau tipe pria yang akan membuat para wanita mengejarnya, tapi pria itu punya kesan tersendiri. Lalu kelebatan menyebalkan saat pria itu mengusilinya datang dan ia menggelengkan kepala dengan kencang.
"Hime masih main dengan Boo dan Giant, kamu takut anjing gak?" Pria itu menyambangi Lisa dan Sheila yang kini tampak malu-malu.
"E-enggak, Pak." jawab Sheila dengan muka memerah. Nadira mengesah, jika bukan anaknya yang dijaga oleh gadis ini pasti ia akan menganggap reaksinya lucu. Sayangnya, Sheila akan menjaga Himeka dan ia tidak tahu apakah gadis ini bisa fokus menjaganya dengan Ganendra di sekitar mereka. Belum apa-apa saja sudah kelihatan tidak fokus.
"Bagus. Kalau gitu kamu bisa ke taman belakang. Ada Bi Minah kalau kamu perlu apa-apa, minta tolong aja sama beliau..." Ganendra memberikan perintah lain yang tidak dapat didengar oleh Nadira. Satu persatu potongan yang berusaha dikuburnya tiba-tiba tertanam di otaknya membuat ia berteriak dengan lantang secara tiba-tiba. "No!" Seluruh tubuhnya bergetar karena emosi yang tiba-tiba saja menerjangnya. Dadanya terasa sesak karena napas yang berkejaran.
"Mbak?" Panggil salah satu di antara asistennya, entah siapa. Tapi panggilan itu membuatnya tersentak dan matanya menatap sekitar. Melihat ekspresi kaget dari empat orang di hadapannya.
"Ma-maaf, Pak. Maksudnya nanti saya yang akan atur. Saya belum kasih tahu kebiasaan Hime."
Ganendra menggaruk lehernya yang tidak gatal, "Euh, saya yang seharusnya minta maaf. Kebiasaan kalau keponakan ke sini dengan nanny-nya. Kalau begitu saya masuk dulu, kalian bisa langsung ke atas kalau sudah siap." pria itu melambaikan tangan dan memasuki rumah kembali.
Nadira menutup wajah dengan kedua telapak tangan. Mengembuskan napas panjang berulang kali hingga rasa sesak itu hilang sekaligus menenangkan dirinya sendiri.
Next chapter 10 (1/2 & 2/2) akan update setelah chapter 1-9 masing2 komennya 100/chapter yaw karena aku ada kesibukan di dunia nyata ehe
See you saat sampai target.
Kecup manjah Om Nen yang sangat manly.
8/2/21
KAMU SEDANG MEMBACA
Sequential Love [FIN]
RomanceTrigger warning and may contain some mature convos. Bercerai tidak pernah ada di dalam kamus Nadira. Sebagai seorang yang hopelessly romantic, Nadira selalu berharap cinta pertamanya akan menjadi yang terakhir, yang berarti seperti janji pernikaha...