Senin adalah hari pertemuan mereka setelah Nadira menolak hari minggu. Alasan utamanya karena ia tidak ingin bekerja di hari liburnya dan lebih ingin bermain dengan Hime. Jadi, hari ini ia memboyong dua bayi. Satu bayi manusia satu lagi puppy. Sapri, nama resmi anak anjing itu, duduk dengan manis di dalam carrier-nya. Himeka duduk di carseat dengan cemilan di tangannya. Tidak berhenti mengunyah. Ia sangat menikmati berada di dalam mobil dan duduk di sana, untuk itu Nadira amat sangat bersyukur karena tidak perlu melalui drama carseat yang berjilid-jilid.
Mobilnya berhenti di rumah yang keempat kali disambanginya dalam beberapa minggu terakhir. Terlihat sangat sepi, namun ia tahu ada keramaian di halaman belakang karena ada Giant dan Boo. Dengan langkah ringan, Nadira turun dari mobilnya dan menurunkan Himeka serta Sapri. Anaknya itu memegang tali Sapri dan membawanya jalan dengan tertatih-tatih. Terkadang tertarik oleh anak anjing yang sangat aktif itu dan terjatuh di rumput.
Ia menekan bel satu kali, menunggu di sana hingga pintu dibukakan oleh seorang pria yang memberikan senyuman cerah padanya. "Hei, tepat waktu." katanya dengan suara seraknya. Ganendra melongok ke belakang tubuhnya, mencari sesuatu dan saat menemukannya ia berteriak dengan bersemangat. "Hime!"
Anaknya tidak berhenti bergerak pada panggilan pertama, ia baru berhenti dan menoleh saat Ganendra memanggilnya ketiga kali. Senyumannya sangat lebar hingga memperlihatkan gigi-giginya yang masih sangat sedikit.
"Saya gendong, ya?" tanya pria itu dan setelah mendapat anggukan kepalanya, Ganendra langsut melejit menuju putrinya itu. Menggendongnya di tangan kanan, lalu Sapri di tangan kiri. "Hei, puppy, ketemuan sama teman-teman, yuk?" katanya dengan suara kecil, suara seperti saat Nadira berbicara dengan anak-anak kecil.
Mata tajam pria itu tertuju pada kalung berwarna hitam dengan hiasan tulang bertuliskan nama di sana. "Sapri? Really?" Ganendra bertanya dengan alis naik dan tawa yang tidak disembunyikannya.
Sapri memang mengenakan kalung dengan nama yang dibelikan oleh Damayanti setelah ia sibuk dengan ponselnya, menelusuri marketplace agar dapat menemukan penjual yang bisa mengirim di hari yang sama. Dan omong-omong nama Sapri terpikirkan oleh Farras karena warna anak anjing itu yang aprikot, tinggal tambahkan S di depannya dan voilà nama Sapri pun muncul. Nadira mengesah, "Jangan tanya atau omongin bagian itu deh. Ingetnya bikin saya pusing."
Ganendra tertawa lalu memboyong kedua makhluk itu ke taman belakang, tempat Boo serta Giant menunggu. Melepaskan keduanya yang langsung membuat kedua anjing besar itu berlari ke arah mereka sebelum Ganendra menjadi penengah. "Hei, hei! Pelan-pelan, tubuh mereka kecil! Bisa-bisa mereka jadi peyek.
Himeka sudah tertawa sambil memeluk tubuh Boo yang malas-malasan berbaring di rumput. "Jadi, bagian mana yang harus saya kerjakan? Back stock? Dapur?" Nadira bertanya dengan berjongkok di sebelah Himeka. Pria yang tengah mengusap-usap perut Sapri menjawabnya tanpa menoleh, "Back stock, dapur, ruang kerja yang isinya berbagai macam dokumen dan sebagainya. Basically, semuanya. Supaya Bibi dan saya lebih mudah."
Mulut Nadira terbuka mendengar ucapan Ganendra. Itu berarti satu rumah ini? Pikirnya. Ia berdeham, "Seluruh rumah ini?"
"Yep, kakak saya punya walk in closet yang lebih mirip seperti walk in disaster. Itu juga kamu bisa kerjakan, buang yang tidak perlu. Yang penting mata saya tidak melihat hal yang berantakan."
Gimana rasanya ketemu Om Nen yang baik sama anak-anak setelah ketemu Om Anu yang supersinis? Wkwkw
3/5/21
KAMU SEDANG MEMBACA
Sequential Love [FIN]
RomanceTrigger warning and may contain some mature convos. Bercerai tidak pernah ada di dalam kamus Nadira. Sebagai seorang yang hopelessly romantic, Nadira selalu berharap cinta pertamanya akan menjadi yang terakhir, yang berarti seperti janji pernikaha...