Sequential Love - 26 - Menelusuri

4.1K 719 511
                                    

Nadira seperti melihat adegan slow motion saat Ganendra meletakkan kedua  tangannya pada bagian keliman kaos yang dikenakannya sebelum menariknya ke atas dan memperlihatkan tubuh bagian atasnya yang kini tidak tertutupi kain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nadira seperti melihat adegan slow motion saat Ganendra meletakkan kedua tangannya pada bagian keliman kaos yang dikenakannya sebelum menariknya ke atas dan memperlihatkan tubuh bagian atasnya yang kini tidak tertutupi kain. Pria itu lalu berbaring, mempertontonkan pundaknya dengan tato awan dan salib yang berukuran besar di bagian tengah punggungnya.

"Tolong olesin sunblock-nya ke punggung saya." ulang pria itu lagi. Mata Nadira yang tadinya fokus ke punggung pria itu, sedikit demi sedikit bergeser ke bagian kepalanya hingga mata mereka bertemu. Lagi-lagi ia dapat mendengar tawa centil dari para sahabatnya.

"Eh, kok saya?" Ia bersuara seperti cicitan karena ada sesuatu yang menyumpal tenggorokannya. "Anu aja Anu." imbuhnya, melihat ke arah Janu yang berada di pinggir kolam renang menatap balik padanya hanya sesaat lalu melengos.

"Jangan bawa-bawa gue. Urus sendiri." tukas pria itu tanpa ampun seraya menggeret Aksa yang takut tenggelam ke bagian ujung kolam renang lainnya. Sementara itu, ketiga sahabatnya justru tampak menunggunya melakukan permintaan Ganendra. Damayanti sudah menutup bukunya, Farras duduk di kursinya, tengah menggunakan teropong, begitu pula dengan Rhea yang menatap penuh minat.

Ia mengerang dengan pelan, mau menolak tidak enak. Nadira menuangkan sunblock di tangannya kemudian mendekati pria itu, mengolesi punggungnya dengan cepat. Namun, sunblock yang dituangnya tadi hanya cukup untuk setengah punggungnya. "Punggungnya gede banget, sih." gerutuannya membuat Ganendra tertawa pelan. "Tangan kamu yang kekecilan." balas pria itu.

"Saya gak bawa Sapri hari ini, karena Farras bilang setelah berenang mau keliling cari makan. Tapi, saya bawa mobil kamu dan nyicil bawa peralatannya Sapri sedikit-sedikit. Kecuali mainannya, dia gak bisa tidur ya tanpa itu." pria iru tertawa di akhir kalimatnya, membuat Nadira juga ikut tertawa dan mengangguk, "Maaf ya ngerepotin."

"Gak lah, kan saya yang nitip dia duluan sama kamu."

"Tadi minta late check out sampai jam satu, tapi kayaknya mau makan siang dulu deh. Kamu mau ikut sekalian?" tawarnya, ia tidak enak hati jika pria ini langsung pulang tanpa mengisi perutnya lebih dulu. Toh, pria itu datang atas permintaan Farras agar Janu tidak sendiri.

Ganendra tertawa, "Akhirnya kamu tawarin juga, saya udah bilang ke Bibi supaya gak masak makan siang soalnya." akunya. "Bibi kalau beli makan siang, mayoritas sayur-sayuran dan minim daging. Omong-omong saya nambah kostum robot di ruang tengah. Kamu jangan kejengkang lagi ya nanti kalau lihat." goda Ganendra.

"Saya gak takut sama kostum kamu, ya! Itu karena kamu yang nakut-nakutin."

"Itu epic dan masih bikin saya ketawa kalau lihat kostumnya. Ah, sayang banget di ruang tengah gak ada CCTV."

Nadira tidak menanggapi ucapan Ganendra, karena kejadian itu pun sampai sekarang masih membuatnya malu. Ia kembali melanjutkan mengolesi punggung pria itu dengan sunblock setelah tadi berhenti karena mengobrol.

"Udah puas lihat tatonya?" Tanya pria itu di tengah usaha keduanya untuk mengolesi sunblock.

"Si-siapa yang lihatin tato kamu?"

"Oh, sorry. You just traced the outline with your finger, my bad." ucapan pria itu berbalut nada geli dan seketika membuatnya tersadar kalau memang ia sedang melakukan apa yang pria itu katakan. Telunjuknya mengikuti garis tato salib dibtengah-tengah punggungnya. Buru-buru Nadira menarik tangannya, juga tubuhnya, menjauh dari Ganendra.

Panasnya cuaca sama sekali tidak berkontribusi pada rasa panas yang menjalar di kedua pipi hingga ke seluruh wajah, leher, hingga telinganya.

Sedangkan pria itu hanya tertawa sambil mengolesi bagian tubuhnya yang lain dengan sunblock. Sesudahnya, ia memasuki kolam renang tempat Himeka bermain bersama Kata. Ia bersyukur Ganendra tidak membahas apa yang dilakukannya tadi.

Ia sangat ingin mengurung dirinya di dalam kamar sekarang juga. Belum lagi tatapan menggoda yang dilemparkan ketiga sahabatnya padanya, ia sama sekali tidak mau berbicara atau berada di dekat mereka, jika tidak mau mati berdiri karena malu.

Namun, seakan tidak menangkap sinyal-sinyal penolakan yang dikirimkannya, ketiga sahabatnya itu mendekat dengan senyum menggoda dan alis yang dinaik turunkan. "Gimana rasanya dapet front row seat untuk melihat tatonya si Nen?"

"Apaan sih, Ras?" kilahnya. Ia tidak mau menjawab, karena apa pun yang diucapkannya pasti akan berbalik menjadi bumerang yang mereka gunakan untuk mengejek.

"Sayang banget pake tangan doang, Nadi. Pakai lidah sekalian!" lanjut Farras dan ia berhenti mendengarkan wanita itu setelahnya. Begitu pula dengan dua sahabatnya yang lain. "Dia kelihatan suka sama Hime. Tapi, gue gak bisa hilangin pemikiran laki-laki yang baik sama anak kita supaya bisa have sex doang." Rhea berujar.

"Tapi, dia gak tertarik sama gue kok, Rhe."

Mereka bertiga mendengkus bersamaan, mengabaikan apa yang diucapkannya dna memilih topik pembicaraan lain. "Ini bocah-bocah gak kita tumplekin satu kamar terus minta Anu buat jagain sebentar? Supaya kita bisa ke resto." selesai mengucapkan itu, satu toyoran mendarat di belakang kepala Damayanti dari Rhea. "Lo pikir Anu gak punya kerjaan lain apa?"

Damayanti menggerutu, "Dia kan paling pengangguran di antara kita."

"Lo mesti lihat layar komputer di kamarnya ada empat biji, isinya angka yang bikin lo pusing tujuh turunan." Rhea bergidik, namun Farras justru menemukan bahan untuk menggodanya. "Ciieeee mainannya kamar." dan sekali lagi ia mendapatkan toyoran di jidat dari orang yang berbeda.

"Kepala lo emang gak jauh-jauh dari selangkangan, Ras."

"Lumayan sih jarak kepala gue dari selangkangan. Lain cerita kalau lagi blo--"

Dan kali ini wajahnya tertutup handuk yang dilemparkan oleh Nadira. "Mulutnya, anak-anak mau ke sini, Ras!" Hardiknya, sedangkan Farras mendengkus karena handuk lepek yang dilemparkan padanya.

12/8/21

Wkwkw kalau lagi gitu emang gak bisa jauh jaraknya, Ras 🤣

Jangan lupa tinggalin jejak dan pencet bintang supaya cepat apdet ya man teman.

Akan update setelah:
Sequential Love part 26 500 komen
Lover's Dilemma part 26 500 komen
Cooperative Love part 16 500 komen

Oiya kalau ada tipo, boleh bantu aku dengan komen di paragrafnya ya. Terima kasih!

Ig @akudadodado
Twitter @akudadodado
FB akudadodado

Ig @akudadodado Twitter @akudadodadoFB akudadodado

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sequential Love [FIN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang