Sequential Love - 10 - Kotak Perhiasan 2/2

3.8K 820 209
                                    

Selain loteng, Nadira hanya pernah menjejakkan kakinya di toilet, ruang tengah yang merangkap ruang tamu serta taman belakang rumah ini. Oh, ditambah dengan kamar tamu tempat Himeka tidur siang tadi. Meskipun kosong, ia tidak berani biarpun hanya sekedar melihat-lihat saja. Pertama kalinya ia memasuki dapur yang berada dekat dengan ruang tengah.

Dapurnya luas, sangat luas malah. Sepertinya dapur ini menjadi tempat utama bagi penghuninya untuk singgah. Lantai kayu berwarna cokelat muda yang hampir mirip dengan warna kitchen island sangat cocok dengan granit putih yang menghiasi bagian atasnya. Counter berwarna putih terlihat kontras dengan lantainya. Jika dilihat-lihat, semuanya berwarna putih, kecuali kitchen island, lantai dan peralatan elektronik yang berwarna silver.

Kursi kayu di bagian luar kitchen island membuat Nadira berpikir bahwa itu adalah tempat sarapan jika tidak sedang digunakan untuk menyiapkan bahan masakan. Ada dua jendela kecil di bagian sink berukuran besar yang juga bewarna putih. Jendela itu ditutupi tirai berwarna cokelat yang menutupi jendela yang, pastinya, berwarna putih, seperti temboknya.

Penerangan di ruangan itu adalah tiga lampu gantung yang tepat berada di atas kitchen island. Nadira mematri pemandangan ini agar nanti ia dapat membuatnya ketika sudah memiliki rumah.
"Kamu baru mau makan?" tanya suara dari belakangnya yang membuat Nadira terlonjak kemudian memegangi dadanya. Nadira melihat Ganendra berdiri di belakangnya tengah terkekeh, "Gampang banget kagetan." ucap pria itu.

Nadira menggigit bibir bawahnya untuk menahan sumpah serapah yang sudah berada di ujung lidah. "Iya, saya baru sempat turun buat makan, tapi kata Lisa dan Rina katanya makanan disiapin Bi Sum?" tanyanya dengan jengkel.

Ganendra memasuki dapurnya, membuka kulkas lalu mengeluarkan beberapa lauk pauk yang berada di Tupperware. "Iya, tapi seadanya. Bi Sum belum sempat ke pasar buat belanja soalnya." Dengan cekatan pria itu memasukkan satu persatu Tupperware Nya ke dalam microwave untuk dipanaskan lalu mengeluarkan dua piring beserta peralatan makan lainnya.

"Kamu belum makan?" tanya Nadira. Ganendra yang tengah memasukkan ayam lada hitam ke microwave menoleh lalu memberikan cengiran lebar, "Iya, belum sempat tadi. Keasyikan main sama Hime, Giant dan Boo terus lupa ada kerjaan."

"Ah, sorry ya Hime ganggu kamu." Ujarnya dengan ringisan.

"Enggak kok. Saya memang suka lupa waktu kalau main sama bocah-bocah itu. Refreshing, biasanya main depan komputer aja. Bosen." Bunyi dari microwave membuat pria itu kini kembali sibuk dengan kegiatannya, memanaskan lauk.

"E-sport athlete ya." Bisik Nadira pelan untuk dirinya sendiri. Tapi, ruangan yang terlalu hening dan jarak mereka yang tidak jauh membuat Ganendra menangkap ucapannya dengan jelas. "Iya, kok tahu?" Cengiran lebar kemudian tampak lagi di wajahnya, kali ini dengan kedua alisnya yang naik turun, "Kamu cari tahu soal saya ya?"

Mata Nadira membelalak dan kedua tangannya terangkat, bergoyang ke kanan dan ke kiri sebagai jawabannya. "Teman saya ada omongin kamu, baru aja selesai kerjasama dengan salah satu bank swasta kan? Kamu bintang tamunya."

"Daaaaaan, gimana pembicaraannya bisa sampai ke sana?" tanya pria itu lagi. Bunyi microwave kali ini tidak mengalihkan perhatiannya dari Nadira yang semakin panik. Tidak mungkin rasanya ia memberitahukan mengenai dirinya yang membicarakan klien ke teman-temannya.

"Hanya pembicaraan random. Saya lapar, bisa makan sekarang?"

9/3/21

yak, masing-masing chapter 1-9 target komen @100 dan chapter 10 @200 komen yaw baru ketemu di chapter 11. Kalau gak sampai gpp, tgl 8 April 2021 ketemu lagi. Jangan lupa cetak Juli 2021 yes :)

Sequential Love [FIN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang