Nadira tidak dapat berhenti mengesah. Entah sudah keberapa kalinya, tapi ia tidak peduli. Sejauh mata memandang, yang dapat dilihatnya adalah makanan yang bertumpuk. Mending kalau masih bisa dimakan dengan tanggal kadaluwarsa yang jauh, beberapa dari bungkusan makanan di hadapannya ini sudah harus dibuang. Itu pun ia baru menyortir sedikit saja, belum keseluruhannya. Berkotak-kotak sereal beraneka warna dan jenisnya pun menumpuk di kitchen island. Belum lagi beraneka sprinkle dengan bentuk yang berbeda-beda, pembelaan Ganendra adalah itu karena para keponakannya sangat menyukai es krim dan selalu meminta toping.
Jangan biarkan Nadira memikirkan mengenai cokelat, dari yang lokal sampai yang impor juga tersedia di sini. Sungguh deh, Nadira benar-benar tak habis pikir. "Saya penasaran, kamu makanin ini semua gak sih?" Tanyanya di tengah tangan yang bekerja. Mencari suatu pengalihan dari tumpukan makanan agar ia dapat berhenti mengesah.
"Saya makanin lah. Kerjaan saya kalau lagi main, sambil nyemil. Cuma kadang terlalu malas buat ambil ke dapur karena lagi nanggung." pria itu menjawab, tangan dan matanya tidak berhenti bekerja memilah makanan yang sudah kadaluwarsa untuk ditempatkan terpisah.
Ia menganggukkan kepala sepintas sebelum matanya menangkap bungkus berwarna emas yang lebih dari satu, tangannya menggapai bungkusan itu lalu memangkatnya tinggi-tinggi. "Haribo?" bisiknya tanpa sadar namun masih dapat didengar oleh Ganendra. "Itu salah satu favorit saya."
"Salah satu?" beo Nadira yang membuat Ganendra tertawa. "Iya, salah satu dari sekian banyak." ucapnya mantap.
Otak Nadira berputar dengan cepat, "Mau dibuatkan snack corner di ruang kerjamu? Jadi, gak perlu ke dapur kalau tengah malam kelaparan. Gak perlu besar-besar, sih. Pakai lemari buku tinggal masukin container-container transparan atau toples kecil untuk setiap cemilan." usulnya.
Ganendra berhenti memilah makanan, perhatiannya kini terpusat pada Nadira dengan wajah semringah dan mata yang berbinar-binar. "Bisa?"
Nadira hampir tertawa melihat ekspresi pria itu seperti baru saja memenangkan lotre atau seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan es krim favoritnya. Yang kedua tampaknya lebih relevan. "Bisa aja. Asal kamu gak keberatan di biaya dan bisa jaga kebersihan agar tidak datang semut." jawabnya acuh tak acuh.
Ganendra menyerukan persetujuannya. "Gak masalah! Nanti proposalnya kasih ke saya aja." lalu pria itu mendengungkan satu lagu yang Nadira tidak tahu. "Kalau ada yang dimau, bilang aja. Biar nanti coba saya pikirkan dan coba masukkan di proposal." tawar Nadira. Jika bisa, ia tidak mau mengerjakan proposal dua kali.
Tangan Ganendra kembali terhenti. Matanya melirik ke kanan dengan serius. Mungkin ini gestur pria itu jika sedang berpikir keras.
"Sepertinya tidak ada. Di ruang kerja saya akan ada banyak peralatan gaming, mungkin harus berhati-hati saja untuk penyimpanannya."
Sesungguhnya Nadira tidak paham apa saja peralatan gaming. Peralatan yang ia tahu hanyalah yang dimiliki Aksa dan juga Kata. Aksa penggemar PS sedangkan Kata penggemar Nintendo. Selain itu, Nadira benar-benar buta.
Melihat kebingungannya membuat Ganendra tertawa, "Suami kamu pasti gak suka gim, ya?"
Otak dan tubuhnya terhenti seketika sesaat setelah Ganendra berucap. Ia mencoba berpikir balasan apa yang harus dikatakannya, "Mantan suami saya lebih suka golf dan sejenisnya, olahraga fisik." mulutnya langsung berucap tanpa dapat dicegah. Ia langsung menyesal membicarakannya karena hal-hal seperti itu tidak seharusnya ia bagi ke klien.
21/5/21
Tanggal cakep nih, gak ada yang jadian? Tunangan? Nikah?
Targetnya ku turunin deeh ke @400 komen dari chapter 15 1/2 - 18 2/2 nanti. Targetku kayaknya jauh lebih feasible deh, jadi usaha dulu ya man teman. Tinggalin jejak setiap baca. Kutungguin kok mau selama apa juga (Star Sign baru sampe target 5 bulan kemudian juga kutungguin), karena aku mau cetak duluan buatku dan yang ngelist. Masuk lontara setelah versi WP tamat. Ini berlaku buat semua cerita. Jadi, kalau mau cepet baca POV lakinya dan ekstra-ekstra lainnya, mau gak mau kalian harus tinggalin jejak. Gitchu.
Dan buku cetaknya udah abis karena aku cuma cetak 30 eksemplar.
Thank you sudah baca!
KAMU SEDANG MEMBACA
Sequential Love [FIN]
RomantikTrigger warning and may contain some mature convos. Bercerai tidak pernah ada di dalam kamus Nadira. Sebagai seorang yang hopelessly romantic, Nadira selalu berharap cinta pertamanya akan menjadi yang terakhir, yang berarti seperti janji pernikaha...