"Bapaknya memang gak kasih tunjangan?" Rhea bertanya dengan polosnya yang membuat Damayanti mendengkus. Hormon kehamilannya yang menggila membuat Damayanti lebih responsif.
Dan omong-omong mengenai tunjangan, mantan suaminya itu sudah tidak mengirimkan uang dua bulan terakhir. Hal itu mempengaruhi keuangannya karena pemasukan yang belum stabil. Gelagatnya yang gusar dibaca dengan cepat oleh Damayanti. "Gak dikirim ya sama mantan suami lo itu?"
Nadira menggigit bibir bawahnya sambil memikirkan jawaban yang dapat diberikan dan rasional. Teman-temannya terlalu pintar untuk dikelabui. "Dia lagi sedikit seret." kata-kata itu keluar tanpa sanggup dicegahnya. Kebohongan paling bodoh yang pernah diucapkannya. Sahabat-sahabatnya langsung memberikan tampang mencemooh padanya.
"Kalau dengan seret, dia masih bisa jalan-jalan ke luar negri gue bingung, sih. Kok bisa-bisanya gak kasih uang makan anak." Farras mengulir ponselnya. Memperlihatkan akun media sosial mantan suaminya yang tengah berpelesir. Tatapan ketiga sahabatnya terfokus pada Nadira. Ia semakin gelagapan karena tidak tahu harus berkata apa.
"Lo tau kan kalau lo bisa datang ke kita kalau itu masalah uang? Lo gak perlu kok cerita mantan lo itu ngapain aja. Gue tau alasan lo masih sama, dia bokapnya Hime dan lo gak mau ngerudak bayangannya anak lo mengenai bapaknya. Tapi, sejujurnya, gak banyak yang tersisa dari mantan lo buat dibayangin sih, Nadi." Rhea berujar setelah ia tidak juga memberikan jawaban. "Kita gak pernah maksa lo buat cerita kalau itu bikin lo gak nyaman. Cuma bagi-bagi bebannya. Badan lo kekecilan buat mikul seluruh beban dunia, tau gak?" Rhea melanjutkan sambil mendorong bahunya.
Bukannya ia tidak mau berbagi. Menurutnya, sahabat-sahabatnya ini sudah memikul bebannya masing-masing. Rhea dengan masa lalunya, Farras dengan masa depannya yang kelabu dan Damayanti dengan kandungannya dan masalah keluarganya. Mana ia tega untuk menambah beban mereka dengan masalahnya?
Keuangannya memang agak sedikit goyang, tapi bisa ditanggulangi dengan menjual perhiasannya. Meskipun ia tidak tahu bisa sampai kapan, namun semoga usahanya bisa lebih lancar agar tidak perlu bergantung lagi dari uang kiriman mantan suaminya.
"I know. Tapi, gue ngerasa masih bisa kok, Rhe. Kalau nanti gue gak kuat lagi, gue bakalan kasih tau kalian. Kayak kemarin sebelum cerai." Nadira memberikan senyuman yang dibalas raut cemberut oleh ketiga sahabatnya. "Hitungan tahun dulu? Lama amat!" Protes Farras. "Daya tahan tubuh dan hati lo sama beban itu luar biasa. Lo vaksin di mana, deh? Gue mau coba." Farras melanjutkan kalimatnya dengan sindiran yang membuat Nadira tertawa.
"You know, Nadi. You are too good for your own good. You know what others do to good people? They will start taking you for granted." Damayanti mencomot cemilan yang disediakannya. Keripik kentang yang dibuat dengan airfryer milik Rhea yang ditaruh di she shed. Wanita itu iseng membelinya padahal tahu betul tidak akan pernah digunakan olehnya.
"Kalian enggak." bisiknya.
Farras mendengkus, "Lo pikir kita masuk ke piramida masyarakat pada umumnya? Kita adalah orang-orang pilihan yang brrrffgghh" ocehannya terhenti karena Rhea menjejali mulutnya dengan keripik kentang. "Bawel. Makan aja lo sono. Pusing gue denger suara cempreng lo." tukasnya.
Damayanti mengangkat tangannya, "Gue gak bisa nengahin mereka berdua. Kerjaan sebagai wasit yang gue pegang sementara ini, gue balikin lagi ke lo. Good luck sama mereka berdua."
Gak jadi jadwal deh, sesuai target aja.
target chapter 12 1/2 adalah 400 komen.Maapkan kegalauanku wkwkw
16/4/21
KAMU SEDANG MEMBACA
Sequential Love [FIN]
RomanceTrigger warning and may contain some mature convos. Bercerai tidak pernah ada di dalam kamus Nadira. Sebagai seorang yang hopelessly romantic, Nadira selalu berharap cinta pertamanya akan menjadi yang terakhir, yang berarti seperti janji pernikaha...