Sequential Love - 23 - 'Daddy In Bed' 1/2

4.9K 770 411
                                    

"Dih, tatonya di tubuh bagian atas, gak perlu telanjang buat lihat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dih, tatonya di tubuh bagian atas, gak perlu telanjang buat lihat." Farras membalas dengan sengit, sejurus kemudian ekspresinya berubah menggoda, "Oh, Nadi kalau main gak pakai bertahap, maunya langsung telanjang."

Godaan Farras berhenti karena Rhea berdeham kencang, mengisyaratkan mereka agar berhenti berbicara. Ganendra masuk dengan pasukan kecilnya, termasuk Sapri. Himeka di gendongannya, Aksa serta Kata mengikuti di belakang.

"Aksa dan Kata, sudah kenalan sama Om Ganendra?" Rhea bertanya pada dua bocah tanggung itu. Keduanya serempak mengangguk. "Om Nen. Hime manggilnya Om Nen, Mi." ujar anaknya dengan berseri-seri.

Nadira berjalan ke arah mereka, mengulurkan tangannya untuk meminta Himeka dari gendongan Ganendra, tetapi bocah itu malah membuang muka, bersembunyi di ceruk leher Ganendra. Tawa geli terdengar dari mulut mungilnya saat rambut panjang pria itu menutupi wajahnya atau jambangnya yang biasa dicukur habis itu menggesek wajah Himeka. "Gak apa-apa, sama saya aja." Ganendra berucap saat ia masih berusaha untuk mengambil Himeka dari gendongannya.

"Hime, Omnya capek kalau gendong kamu terus-terusan."

"Beneran, saya gak apa-apa. Kangen sama Om, ya? Om juga kangen sama Hime." Pria itu kembali menggesekkan pipinya pada pipi Himeka hingga tawa bocah itu kembali terdengar.

"Ini yang dimodusin anaknya apa emaknya sih? Gue sepenuhnya percaya kalau dia kangen sama Hime dibanding sama Nadi." Rhea berbisik-bisik dengan Damayanti dan Farras di belakangnya, kini ketiga sahabatnya itu sudah berkumpul di satu sofa, melakukan asesmen.

"Daddy-able banget, ya sama Hime. Tapi gue prefer daddy in bed, sih. Kebayang gak bilang, 'yes, daddy.'" Kali ini Farras yang berbisik.

Nadira menendang kursi itu hingga mereka diam. Para sahabatnya itu memang tidak mengenal tempat dan kondisi jika sudah mulai merumpi. Tidak peduli seberapa dekat jaraknya dengan orang yang menjadi bahan pembicaraan, mereka akan langsung membicarakannya. Seakan mulut mereka tidak pakai rem atau otaknya akan lupa jika tidak dibicarakan saat itu juga. Ia cukup yakin Ganendra mendengarnya karena pria kini sudah menahan tawanya dengan berpura-pura menggelitik Himeka untuk menyembunyikan wajah dan juga tawanya.
"Gak usah dengerin mereka. Kadang otaknya suka korslet. Maaf, ya." Nadira berhedam, "Jadi, apa yang kamu mau tanyakan dari proposal?" Ia mengambil tabletnya dari dalam tas yang berada dekat para sahabatnya. Mata Nadira melotot dengan mulut yang mengucapkan kata 'diam' tanpa suara.

"Kalau tempat penyimpanan makanan dipebesar gimana? Jadi gak perlu space backstock yang besar di gudang." Ganendra menurunkan Himeka yang menggoyang-goyangkan tubuhnya, meminta untuk dilepaskan.

Nadira terperangah, "Kamu mau kasih makan berapa kompi memangnya?"
Ganendra tertawa, pria itu mengikat ikalnya dengan karet berwarna hitam yang berada di pergelangan kiri. Suara ribut-ribut kembali terdengar dari arah para sahabatnya duduk lengkap dengan bisikan, "Tatonya, tatonya!" Mata Nadira mau tidak mau mengikuti ucapan Farras. Dari jarak dekat ia dapat melihat tato petir dengan banyak salur yang bagian atasnya tersembunyi oleh awan-awan berwarna hitam, langitnya juga berwarna senada, tetapi tidak segelap awan-awan. Matanya tidak dapat melihat gambar lain yang tertutup lengan baju Ganendra dan juga karena pria itu sudah menurunkan tangannya.

Ganendra memberikan cengiran mengejek kala menangkap basah matanya melihat ke arah bagian bisep bagian dalam, tetapi ia tidak membahasnya. "Niatannya supaya gudang bisa buat barang-barang lain, sih. Atau memang dikosongkan, supaya keponaka-keponakan saya bisa main sepeda di dalam rumah kalau lagi hujan. Atau tempat buat saya taruh peralatan olahraga. Lagi kepikiran bikin rumah pohon juga buat di taman belakang. Sama Bibi lagi suka berkebun, mau bikin kebun-kebun kecil, jadi mau ada tempat simpan alat-alatnya yang gak jauh dari taman belakang."

1/7/21

1/7/21

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sequential Love [FIN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang