Ganendra menjelaskan secara detail cara mengurus anak anjing. Ia mengatakan, toy poodle hanya perlu dibawa jalan-jalan sekitar 30 menit sehari. Dan Nadira berpikir, bisa sekalian dengan Himeka mencari matahari untuk berjemur. Taman di apartemennya bisa digunakan untuk itu karena tidak ada larangan untuk anjing.
Ganendra membuka carrier dan mengeluarkan tali anjing berwarna senada dengan kalung yang dikenakan oleh si anak anjing.
Sampai sekarang Nadira tidak percaya pada ucapan Ganendra mengenai anak anjing yang diadopsi itu. "Ini beneran adopsi? Ini anjing ras kan?"
Ganendra menganggukkan kepala, "Merawat anjing itu waktunya lama, bisa sampai 15 tahun. Dan terkadang orang hanya melihat lucunya saat masih puppy, lupa kalau anjing akan tumbuh besar juga. Perlu banyak waktu dan usaha serta uang untuk merawatnya. Ya, namanya juga makhluk hidup, bisa sakit. Ada yang dikasih ke penampungan saat sakit, ada yang ngerasa gak cukup waktu lagi, ada yang mau pindah dan lain sebagainya. Membeli anak anjing lebih murah dibanding memelihara seumur hidupnya. Seharusnya ini bisa dipikirkan sebelum membeli atau mengadopsi."
Nadira menggigit bibir bawahnya, yang ditakutkannya adalah bagian uang dan waktu. Yang paling utama adalah uang. Karena untuk sekarang saja ia kesusahan untuk mengatur keuangan mereka. Vaksinasi anjing dan biaya perawatannya tidak murah. Heck, vaksinasi Himeka saja sudah mahal.
"Saya bisa tarik ucapan saya kalau begitu? Keuangan saya tidak terlalu bagus untuk pelihara anak anjing."
Ganendra melihat sekeliling ruangan yang kecil itu. Matanya meneliti semua hal lalu mengucapkan, "Ah, maaf-maaf. Gimana kalau saya titipi di sini saja? Karena, Giant dan Boo bertubuh besar, saya takut dia akan tergilas oleh mereka saat bermain. Mereka gerombolan si berat." Ganendra tertawa dengan tangan terkepal menutup mulutnya.
"Titip?"
Lagi-lagi pria itu menganggukkan kepala, "Iya, saya akan bawa tiap jadwal vaksin. Untuk makanan dan keperluannya saya akan bawakan juga. Kalau dia sudah cukup besar, saya bisa bawa pulang. Like foster pawrent." Nadira terkekeh saat pria itu mengucapkan pawrent alih-alih parent. "You are the ultimutt dog mom." lanjut pria itu saat si anak anjing menjilati kakinya dan ia kembali tertawa.
"How many dog puns you know?"
"Oh, pawlease. I'm so pawsonate about them, tentu saja saya tahu banyak." pria itu mengibaskan tangannya dengan raut jenaka. "Hime loves him, and he likes both of you. Kalau perlu apa-apa atau sesuatu kamu bisa hubungi saya." ujarnya. "But he likes me best." imbuhnya dengan angkuh membuat Nadira memutar bola matanya.
"This foster pawrent things, kamu sering melakukannya?" Nadira sedikit tertarik mengenai hal itu. Ia pikir itu hanya ada di luar negri, karena di sana perlindungan hewan sangat ketat.
"Boo itu awalnya foster waktu masih puppy, cuma dia gak bisa lepas dari saya. Awal dibawa sama orang yang adopsi dia, Boo langsung gak mau makan dan berakhir sakit. Saat saya kunjungi dia tiba-tiba mau makan dan main. Jadi, atas persetujuan yang adopsi, saya bawa balik. Dan sampai sekarang saya sesekali masih terima foster, kalau lagi gak ada kerjaan keluar. Karena anjing juga perlu pack, dan para gentle giant di rumah bisa jadi contoh yang baik."
apdet chapter 15 1/2 & 2/2 saat chapter 11 1/2 -14 2/2 @200 komen.
Daaaan ini dia si Boo wkwkwkw
Gedak ya, bun.
Credit: canva
20/4/21
KAMU SEDANG MEMBACA
Sequential Love [FIN]
RomanceTrigger warning and may contain some mature convos. Bercerai tidak pernah ada di dalam kamus Nadira. Sebagai seorang yang hopelessly romantic, Nadira selalu berharap cinta pertamanya akan menjadi yang terakhir, yang berarti seperti janji pernikaha...