Sequential Love - 27 - Modus Halus

4.3K 719 507
                                    

Farras misuh-misuh tetapi mengatupkan mulutnya rapat-rapat setelah suara Aksa terdengar mendekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Farras misuh-misuh tetapi mengatupkan mulutnya rapat-rapat setelah suara Aksa terdengar mendekat. Ia buru-buru menarik handuk yang tadi dilemparnya ke arah Farras, namun sahabatnya itu bergerak lebih cepat dengan berdiri dan menjauh sambil memeletkan lidah.

Nadira melihat sekelilingnya untuk mencari kain yang dapat digunakannya untuk menutupi tubuh, tetapi hanya dapat menemukan cover ups yang menurutnya percuma karena bahannya yang transparan.

"Hime sama Bubu sebentar ya? Om mau lap badan dulu." Ganendra menyerahkan Himeka yang sudah dibalut handuk tebal dan hanya memperlihatkan mukanya yang dibingkai rambut basah. Kepanikannya mencari penutup tubuh, membuatnya tidak sadar kapan Ganendra sudah mengeringkan putrinya dan kini berada di pangkuannya, menggeliatkan tubuh agar terbebas dari handuk.

Matanya melihat sekelilingnya, Rhea sibuk dengan Janu dan Aksa, Farras berusaha tampak sibuk dengan Kata dan menolak menatapnya sedangkan Damayanti sudah kembali mengubur wajahnya di buku yang dibawanya. Ia tidak punya pilihan lain selain berbicara dengan Ganendra.

"Ini sudah selesai berenang?"

Pria itu duduk di kursinya dengan handuk tersampir di bahu. Rambutnya masih basah dengan butiran-butiran air yang menetes. Tempat duduk pria itu tidak tertutup bayangan payung besar yang menaunginya, tetapi ia tidak terlihat kepanasan. Padahal matahari sedang menyengat hari ini. Ia sendiri sebisa mungkin tidak ingin berada di air yang akan langsung memanggang kulitnya. Namun, pria itu tidak tampak terganggu sama sekali, bibirnya melengkung ke atas dengan mata yang menatap Himeka.

"Belum, mau cari cemilan dulu. Katanya Aksa lapar, tapi mau berenang lagi." Ganendra membuka tangannya, menggoda Himeka yang masih tidak dapat lepas dari lilitan handuk, bocah itu terang-terangan ingin kembali ke Ganendra, tetapi tidak bisa. Gerakan tubuh balita itu semakin bar-bar dan Nadira bahkan dapat mendengar suara mirip mengedan Himeka. "Kamu mau apa? Biar dipesankan."

"Aku bawa cemilan sebenarnya, cuma biskuit-biskuit sih. Gak ada dapur jadi gak bisa masak juga." Nadira membuka tas kecil berisikan cemilan yang dibawa, mengeluarkan isinya yang dengan secepat kilat membuat Aksa mendatanginya dan meminta biskuit cokelat. "Kamu mau?" ia menawari Ganendra, pria itu menjawab dengan menarik kursinya hingga mendekati milik Nadira lalu mulai memakan biskuit. Tangan kirinya menyuapi ke mulutnya sendiri, sedangkan tangan kanannya menyuapi Himeka yang sudah pasrah dililit handuk.

"Kamu suka masak?" Ganendra memotong kecil biskuit sebelum memberikannya pada Himeka. Pria itu lalu memasukkan satu potong biskuit cokelat ke dalam mulutnya.

"Suka, itu mengisi kegiatan waktu senggang yang mau menyenangkan tetapi bikin gendut." Nadira tertawa, salah satu alasannya tidak sering memasak atau membuat kue adalah karena tidak ada yang akan menghabiskannya. Terakhir ia bereksperimen, Nadira harus menghabiskan dua loyang bolu sendirian untuk sarapan, makan siang dan makan malam selama empat hari agar tidak terbuang.

Senyuman pria itu kini berubah menjadi cengiran lebar, sesuatu menarik minat Ganendra dan itu tampak dari matanya yang berkilat senang. "Kebetulan saya suka makan! Boleh ya sesekali saya cobain masakannya?"

Dan sebagai orang yang lebih sering tidak menolak dan merasa tidak enak, Nadira mengangguk dengan kikuk. Tidak tahu bagaimana caranya menolak membuat Nadira segan untuk dekat dengan orang lain. Dia ia seringkali mendapat omelan dari Farras karena membantu si A mengerjakan tugas atau si B membersihkan ruang kelas padahal bukan jadwal piketnya.

Sampai sekarang pun ia tidak tahu caranya menolak. Ia mencoba memberikan afirmasi positif, dengan begini ia bisa memasak dan tidak perlu menghabiskannya seorang diri. Mungkin ia bisa mencoba beberapa resep yang sudah disimpannya, tetapi tidak memiliki kesempatan untuk dicoba.

Ganendra menahan tawa, binar usil kini mewarnai matanya. "Kamu kalau keberatan tinggal bilang lho, daripada wajahnya kecut gitu. Saya bilang gini gak bermaksud bikin kamu semakin gak enak, tapi kalau kamu mukanya kayak habis dikasih lemon, saya tarik lagi ucapannya."

Nadira mendadak menjadi gagu. Ia menggeleng kencang-kencang untuk menyuarakan ketidaksetujuannya hingga akhirnya lidahnya tidak kelu lagi. "Eh bukan gitu. Saya cuma gak enak kalau ternyata gak sesuai selera kamu." Elaknya.

"Beneran? Saya bakalan tagih lho, saya gak bisa dikasih janji palsu." pria itu berkelakar, mencairkan kekakuan yang dirasanya dengan kekehan ringan.

Tubuh anaknya itu kini bersender padanya, sehingga jarak Nadira dan Ganendra kian dekat.

"Laper ya, kamu? Makannya pelan-pelan aja, Princess." Tawa Ganendra yang berat terdengar di telinga dan memaksa otaknya untuk membuka memori suara itu yang sudah disimpannya entah kapan. Antara suara tawa pria itu yang unik, karena berat dan sedikit kasar di ujung tawanya atau ingatannya yang terlalu bagus. Untuk sekarang yang terakhir karena ia yakin ingatannya masih sesempurna dulu. "Kamu gak mau nyemil? Atau masih kenyang?"

Ia menggeleng, "Masih kenyang. Lagian sebentar lagi juga mau makan siang. Jadi, biar gak begah nanti."

"Okay, aku pesankan minum dulu." Ganendra berlari ke arah bar yang berada di sisi kolam renang setelah menanyakan apa yang Rhea dan kawan-kawan inginkan dan memastikan apa yang ia mau. "Kamu jus jeruk dan buat Princess susuk cokelat dingin kan?" tanyanya tadi.

"Itu tatonya memang mengundang banget buat dielus ya, Nadi. Gue lihat dari jarak dekat tadi, bikin tulang gue meleleh." Ocehan itu sudah pasti dari Farras yang tiba-tiba sudah duduk di kursinya dengan pandangan tidak lepas dari punggung Ganendra.

31/8/21

Aluuussss bener modusnya wkwkwkw

Akan update setelah:
Sequential Love part 27 500 komen
Lover's Dilemma part 27 500 komen
Cooperative Love part 17 500 komen

Oiya kalau ada tipo, boleh bantu aku dengan komen di paragrafnya ya. Terima kasih!

Ig @akudadodado
Twitter @akudadodado
FB akudadodado

Ig @akudadodado Twitter @akudadodadoFB akudadodado

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sequential Love [FIN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang