Part 9

223 45 5
                                    

Sore hari pun tiba. Tepat pukul 5 sore, Velove telah selesai membersihkan diri dan berganti baju yang telah dipilih sebelumnya.

Meski terbilang kesal setelah menerima tantangan dari Evelyn, Velove tetap memilih style berpakaian yang cocok. Untuk atasan, ia memadukan tank-top merah dengan jaket kulit retro. Sedangkan, untuk rok, ia memilih bawahan kotak-kotak dengan kombinasi warna toska dan ungu.

Setelahnya, ia pun duduk di depan cermin dan mulai merias wajahnya dengan perlahan namun teliti. Setiap polesan dari kuas rias menyentuh alis, kelopak mata himgga wajahnya yang putih tanpa noda. Selain itu, goresan lipstick merah mewarnai bibir tebalnya yang eksotis.

Usai merias diri, Velove pun menatap ke arah cermin dengan seksama. Ia tak ingin melewatkan detail yang mungkin saja dapat merusak penampilannya malam ini.

Kedua matanya mendapati pantulan diri di cermin, dan ia pun berkata dalam hati, "Ku rasa sudah cukup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedua matanya mendapati pantulan diri di cermin, dan ia pun berkata dalam hati, "Ku rasa sudah cukup. Saatnya menelpon Benita agar segera menjemput."

Lalu, ia meraih smartphone yang berada di tas. Jemarinya menari seraya mencari kontak Benita dan menekan tombol dial-up.

"TUT.." Nada tunggu terdengar dari balik speaker.

Beberapa saat kemudian, panggilan itu terhubung, "TLING.."

"Halo, Ve?" Benita menanggapi seraya berfokus pada jalan raya.

"Aku udah siap nih. Kamu sekarang di mana?" Velove mengenakan shoulder bag seraya mengapit ponsel dengan bahu kanannya.

"Di daerah Letjend Suprapto nih. Mau dekat ke Griya Agung Permai," ucap Benita santai.

"Oke, aku keluar ya. Aku tunggu." Velove menanggapi seraya keluar dari kamar dan mengunci pintu.

"Yoi, see you.." Benita menutup pembicaraan.

Velove hanya tersenyum dan menyimpan ponsel di tasnya. Di saat itu juga, ia mendapati Amelia sedang sibuk memasak di dapur.

Velove menghampiri wanita yang membesarkannya itu dan berkata, "Ma, aku mau pergi."

Amelia menatap putri semata wayangnya sekilas, "Ke mana?"

"Ke pub sama Benita. Biasa, mau makan-makan dan ngobrol," ujar Velove beralasan.

"Oh, nongkrong ya. Jangan pulang terlalu malam ya." Amelia berpesan seraya tersenyum menatap lekat Velove.

Velove membalas senyuman dan berkata, "Engga akan malam kok, ma."

Amelia mengangguk pelan dan berujar, "Oke, mama percaya sama kamu."

Di saat yang sama, deru mesin dan klakson mobil milik Benita terdengar.

"THIN THIINN.."

"Benita udah datang, ma. Aku berangkat dulu." Velove berpamitan seraya melangkah keluar dapur.

My First and Last [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang