Setahun kemudian, tepatnya di bulan Juli 2023, Velove dan Alvin sedang berada di rumah sakit swasta yang berlokasi di Jakarta Selatan. Alasan utama mengapa sepasang suami istri itu singgah di gedung yang padat akan pasien berseragam biru muda itu adalah untuk memeriksa kandungan Velove.
"Permisi ya, Bu." Dokter Chelsea yang berusia 23 tahun menyingkap dress hamil milik Velove yang berwarna merah marun.
Lalu, pada layar monitor usg, tampak lah sosok janin yang sedang bergerak-gerak. Hal tersebut diikuti dengan informasi yang diutarakan oleh Dokter Chelsea yang ahli dalam hal kandungan dan kehamilan.
"Bayinya berjenis kelamin laki-laki ya, Pak, Bu. Sehat dan aktif, bisa dilihat melalui monitor," ujar Dokter Chelsea dengan senyum lembut seraya menatap Alvin dan Velove bergantian.
Pasangan suami istri itu pun mengulas senyum bahagia. Keduanya bergenggaman tangan satu sama lain dan bertukar pandang. Lalu, Velove berujar dengan binar mata penuh harap, "Pasti wajahnya tampan sepertimu."
"Terus sabar dan pintarnya mirip kamu, Ve." Alvin mengecup tangan Velove lembut dan menatap Velove dengan senyum yang semakin mengembang.
Velove yang mendengar pujian tersebut mengembangkan senyum dengan tatapan mata berkaca-kaca. Moment interaksi dari keduanya juga turut disaksikan oleh Dokter Chelsea untuk beberapa saat.
Setelah memastikan bahwa janin di kandungan Velove baik-baik saja, Dokter Chelsea menuliskan sejumlah vitamin yang diperlukan dan berkata, "Vitaminnya diminum rutin ya, Bu, Pak. Terus, diusahakan untuk beristirahat teratur dan jaga asupan makanannya ya."
"Iya, Dok." Alvin menanggapi dan menerima kertas kecil yang bertuliskan resep vitamin untuk ditebus di apotek.
Beberapa menit kemudian, mereka berdua berlalu dari rumah sakit sembari bergandengan tangan dan saling mengulum senyum. Saat mereka telah berada di dalam mobil, Velove dan Alvin bertukar kata.
"Engga kerasa ya, tiga bulan lagi, anak kita lahir," ucap Alvin sembari meraih tangan istrinya dan menggenggamnya lembut.
"Iya. Rasanya cepat. Tahun lalu, kita nikah. Engga tahunya, ternyata, kita sudah mau jadi orang tua." Velove membalas genggaman tangan suaminya sembari melirik wajah tampan laki-laki yang disayanginya itu dari samping.
"Dan semuanya, masih terasa tiba-tiba dan mengalir gitu aja. Beda dengan saat kita terpisah karena kondisi." Alvin membalas seraya mengunci pandang pada jalan raya yang terbilang cukup padat.
Velove menatap Alvin lekat-lekat dan menanggapi, "Udah, jangan terlalu diinget. Yang penting, kita udah bareng sekarang, Vin."
Alvin pun mengecup punggung tangan Velove lembut, mengembangkan senyum, dan merespon, "My first and last love."
Velove semakin mengembangkan senyumnya dan mengeratkan genggaman tangannya pada telapak tangan sang suami lembut. "Love you, honey," sambungnya dengan nada lembut.
-**-
Ketika sepasang suami-istri itu telah tiba di rumah, mereka memutuskan untuk bersantai di ruang tengah. Dengan bermodalkan dua cangkir teh dan beberapa kue jajan pasar yang terhidang di atas piring berbentuk daun, mereka bertukar kata dan bersenda-gurau."Oh, kamu pernah mau resign sebelumnya waktu kita berjarak?" Alvin membulatkan kedua mata dan bertanya pada Velove yang mengutarakan niatnya untuk menyudahi kontrak kerja dengan Garryson Company.
"Iya, tapi ditahan terus sama Evan. Alasannya, susah cari pegawai yang skillnya kaya aku." Velove menjabarkan sebab mengapa dirinya tak kunjung mengundurkan diri dari perusahaan property yang bergengsi itu.
"Oh, kamu ditaksir sama anak bosmu itu. Terus, gimana? Kalian pernah jadian?" Reaksi wajah Alvin yang awalnya terlihat antusias berubah menjadi serius setelah mendengar nama Alvin disebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My First and Last [COMPLETED]
RomanceVelove, wanita workaholic yang sulit percaya akan cinta, menikmati status singlenya tanpa terpikir akan melabuhkan hati pada seorang pria. Hal itu membuatnya disindir oleh keempat sahabatnya. Label pemilih dalam hal pasangan pun disandangnya. Hingga...