Setelah menanti sekitar 15 menit lamanya, ponsel milik Alvin pun bergetar, menandakan bahwa adanya pesan chat yang masuk. Ia pun membuka pesan chat yang dikirimkan oleh Velove.
-Kalau pagi gini, kamu ngapain, Vin?-
Alvin mengulum senyum lembut pada bibir mungilnya. Ia pun mengetikkan balasan, -Nyantai di apart. Engga ada yang dikerjain-
Velove yang menerima pesan tersebut memicingkan kedua mata dan berujar dalam hatinya, "Serius? Kalau cuman kerjanya jadi Disc Jockey mana cukup buat bayar uang sewa apartement??"
Ia pun kembali bertanya melalui pesan chat, -Terus, sewa apartementmu gimana?-
Alvin dengan segera menjelaskan jawaban untuk pertanyaan tersebut. -Apartement ini udah aku beli dari 2 tahun lalu, tepatnya sebelum aku kerja jadi DJ-
Mendapat balasan tersebut, Velove mengerutkan keningnya dengan raup wajah penasaran. Ia pun berujar dalam hati, "Apartement dengan luas lumayan kaya gitu pasti engga murah. Terus, dia dapat uang dari mana sebelumnya?"
Dan raup wajah tersebut tak sengaja tertangkap mata oleh Evelyn yang baru saja masuk ke ruangan milik Velove dan Benita itu. "Lagi mikirin apa, Ve? Serius banget," tanya Evelyn dengan tatapan terpicing.
Suara lembut milik sahabatnya itu mengalihkan pandangan Velove dari ponsel. "Engga ada. Memang aku kenapa, Eve?" Velove balik bertanya pada Evelyn.
Evelyn merasa jika sahabatnya sedang menutupi rasa gengsi. Kali ini, senyum kecil tersemat pada bibirnya yang dipoles lipstick merah dengan sedikit warna pink. "Yakin? Kamu kelihatan kebingungan dan penasaran. Lagi chattingan sama siapa tuh?" Evelyn balik menggoda.
Raup wajah Velove pun berubah menjadi tegang dalam sekejap. Ponsel yang ditangkup oleh kedua tangannya mendadak diletakkan di atas meja kerja.
"Engga, aku cuman mikirin laporan SPT tahunan. Belum sempat rekap soalnya," sergah Velove, mencari alasan.
Kemudian, Evelyn berjalan mendekat ke meja kerja Velove dan berujar, "Kalau udah ada gebetan, jangan lupa traktirannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
My First and Last [COMPLETED]
RomanceVelove, wanita workaholic yang sulit percaya akan cinta, menikmati status singlenya tanpa terpikir akan melabuhkan hati pada seorang pria. Hal itu membuatnya disindir oleh keempat sahabatnya. Label pemilih dalam hal pasangan pun disandangnya. Hingga...