Sekian waktu berlalu, bulan Desember pun tiba. Di minggu pertama dari bulan terakhir di tahun 2022 itu, Velove dan Alvin sibuk menyiapkan diri di tempat berbeda sebelum diantar ke gereja.
Di pukul 08.05, Velove yang sudah membersihkan diri sejak subuh hari sedang dirias oleh MUA di salah satu kamar hotel bintang lima. Di tempat yang sama, hair stylish juga mengerjakan rambutnya menggunakan babylist untuk menggulung.
Sembari dirias, MUA yang berusia di kisaran dua puluh tahunan itu memecah keheningan dengan beberapa obrolan dan candaan. Hal itu tentu membuat Velove mengulum senyum dan menanggapi dengan santai.
Di saat yang sama, Metta dan Benita datang menghampiri Velove dengan senyum merekah. Dua wanita berkulit putih itu turut bahagia di hari yang tak akan terlupakan dan sangat indah oleh sahabat tercintanya yang dalam hitungan jam akan berganti status.
"Cie, yang kemarin-kemarin bilang engga mau pacaran," goda Metta pada Velove.
"Kamu ini, ta. Masih aja diinget," omel Velove sembari mengulas senyum kecil.
Benita yang melihat hal tersebut juga tak mau kalah dengan Metta. Ia turut menggoda dengan berkata, "Lagaknya aja males pacaran. Sekalinya pacaran, langsung nikah kaya gini. Keren banget, Ve!"
"Lho, aku juga engga percaya sampe hari ini, Nit." Velove yang sedang dipoles dengan blush on menatap Benita dari pantulan cermin. Binar yang terpancar dari kedua netranya jelas menunjukkan jika dirinya sangat bahagia di hari yang spesial itu.
"Masa sih? Bukannya kamu udah yakin bakal diseriusin?" Benita merasa ragu dengan ucapan Velove yang baginya hanya sebatas basa-basi.
"Yah, kamu engga ngalamin, tapi kalau dari aku pribadi, aku sempat mikir Alvin itu engga serius sama aku. Apalagi waktu dia mutusin hubungan secara mendadak. Dari situ, aku udah mikir palingan cuman sebatas pacaran." Velove rupanya teringat kembali akan memori kelam sebelum hubungannya dengan calon suami kembali dan berada di titik terang.
Metta pun menanggapi ujaran Velove dan mengulas senyum penuh arti, "Tapi endingnya dramatis ya. Kamu jadi nikah atas restu dari Om Leonard yang katanya sekarang duduk di kursi roda itu ya."
"Yah, cukup melalui sekian rintangan. Mulai dari engga direstui, terus ditinggal. Habis gitu balikan," tukas Velove meneliti perjalanan cintanya dengan Alvin yang baru disadarinya seperti alur cerita dari novel bergenre romansa.
"But, We're so happy for you, Ve. Semoga lancar ya untuk acara hari ini dan seterusnya." Benita merangkul bahu Velove lembut dan merapalkan doa terbaik agar sahabatnya itu senantiasa bahagia dengan awal baru yang sebentar lagi akan dimulai dalam hidupnya.
"Thanks a lot ya, Met, Nit. Kalau engga ada kalian, Evelyn, dan Angel, aku engga mungkin sampai ke titik ini." Velove yang sudah selesai dengan riasan wajah dan rambut menghampiri dua sahabatnya dan memeluknya sepintas.
-**-
Tepat di pukul 09.15, Velove diantar menuju gereja tempat dirinya akan melakukan pemberkatan pernikahan dengan Alvin. Sementara, sang mempelai pria sudah tiba lebih dahulu dan sedang menanti di depan altar.Perjalanan tersebut memakan waktu sekitar tiga puluh lima menit, mengingat jarak di antara hotel dan gereja terbilang tidak terlalu jauh.
Ketika van hitam yang berhiaskan bunga-bunga itu tiba di depan pintu utama gereja, Velove pun turun dibantu oleh Evelyn dan Angel yang bertugas sebagai bridesmaid di pagi hari.
Ketika Velove sudah mengapit lengan kiri sang papa dan ekor dari gaun pengantin yang dikenakannya diangkat oleh Evelyn dan Angel, petugas gereja membuka pintu utama. Bersama dengan mempelai pengantin wanita melangkah, musik wedding entrance yang berjudul "Turning Page" terdengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My First and Last [COMPLETED]
RomanceVelove, wanita workaholic yang sulit percaya akan cinta, menikmati status singlenya tanpa terpikir akan melabuhkan hati pada seorang pria. Hal itu membuatnya disindir oleh keempat sahabatnya. Label pemilih dalam hal pasangan pun disandangnya. Hingga...