Di lain tempat, mobil mercedez berwarna silver berhenti tepat di depan rumah Velove. Dalam hitungan menit, gadis yang mendiami rumah itu keluar dari mobil dengan uraian senyum sembari menatap laki-laki yang rutin mengantar-jemput dirinya setiap hari.
"Thanks ya, Van, buat tumpangannya," ucap Velove singkat.
Evan yang menggenggam kemudi dengan tangan kanannya menanggapi seraya tersenyum puas, "Jangan sungkan, Ve. Kapan pun kamu mau pergi, aku temenin kok."
"Yah, tapi engga enak aja lah. Kamu 'kan boss, mana ada waktu senggang buat nemenin jalan-jalan." Velove menggaruk tengkuknya yang tak gatal, merasa canggung meski dirinya sudah cukup dekat dengan Evan.
"Anytime kamu butuh ditemenin, aku sempatin," jelas Evan dengan senyuman yang belum juga luntur dari wajah tampannya itu.
"Hmm. Aku masuk dulu ya, Van. Kamu hati-hati di jalan." Velove menyudahi obrolan dan pertemuannya dengan sang boss. Ia tak ingin menunda kepulangan laki-laki dengan jabatan tinggi itu lebih lama.
Setelah wanita berambut panjang dengan tinggi badan di atas seratus enam puluh lima itu memasuki rumah, seorang laki-laki berkaca mata hitam dengan hoodie berwarna senada mengintai dan mengirimkan pesan pada boss yang menyewa jasanya.
Xxx:
Target sudah memasuki rumah..
Sepertinya, dia baru saja diantar oleh seorang laki-laki..Namun, pesan tersebut tak langsung mendapat balasan. Pria dengan hoodie hitam itu berlalu meninggalkan kompleks tempat rumah Velove bernaung. Ia tak ingin tertangkap basah oleh pihak yang mengenali identitas yang sebenarnya.
***
Sementara itu, Alvin yang sedang berada di balkon menatap keramaian Kota Jakarta yang berhiaskan gemerlap lampu gedung-gedung pencakar langit dengan aneka warna. Sorot matanya memancarkan kehampaan sembari pikirannya melayang dan membayangkan Velove bersama Evan.Bayangan tersebut diperolehnya dari video dan pesan yang beberapa menit lalu dikirimkan oleh orang suruhannya. Awalnya, ia sudah mencoba untuk mengontrol perasaan dan emosinya. Namun, pria dengan sejuta pesona itu gagal untuk mengatur rasa cemburunya. Perasaan cintanya terhadap sang mantan kekasih masih singgah dan bersarang.
"Kenapa harus ada orang lain yang merebut posisiku di sampingnya? Lagipula, aku bukan benar-benar pergi dari hidupnya dengan sengaja. Arggh! Aku engga pengen egois kaya gini, tapi hati ini engga bisa bohong! Hatiku memanas meski mereka engga terlihat mesra layaknya sepasang kekasih." Alvin berujar dalan hati sembari mengeram tangan kanannya gemas.
Di saat dirinya sedang merenung, terdengar lah suara Jesslyn yang kini berdiri di sisi kanannya. "Jadi, gimana rasanya setelah kabur dari rumah, Vin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My First and Last [COMPLETED]
RomanceVelove, wanita workaholic yang sulit percaya akan cinta, menikmati status singlenya tanpa terpikir akan melabuhkan hati pada seorang pria. Hal itu membuatnya disindir oleh keempat sahabatnya. Label pemilih dalam hal pasangan pun disandangnya. Hingga...