Sembari berkata dalam hatinya, Velove melempar tatapan datar pada DJ yang kini menjadi buah bibir keempat sahabatnya.
Hal itu disadari oleh Angel yang tak sengaja melirik Velove. Ia pun menyikut lengan wanita di sebelahnya, "Ve, kok tatapanmu gitu? Ada yang aneh sama DJnya?"
Velove menatap Angel sekilas dan menanggapi, "Dia tukang cari perhatian. Aku rasa dia biasa aja deh."
Metta menanggapi dengan sedikit terkejut, "Wah, Ve beneran udah engga beres. DJnya tampan selangit kaya gitu dibilang biasa."
Velove melirik Metta dengan kesal, "Memang biasa aja, engga ada tampan yang gimana."
Evelyn menengahi percakapan ketiga sahabatnya, "Eh, udah yuk debatnya."
Velove terdiam saat Evelyn menengahi. Di saat yang sama, Benita berkata, "Mendingan kita cari tempat duduk dan pesan minum sama makan."
Angel tersenyum senang menatap Benita. Ia pun melingkarkan lengannya ke bahu salah satu sahabatnya itu, "You really read my mind, girl."
Benita menanggapi, "Santai aja, aku juga rada gerah liat Ve berdebat sama kamu dan Metta."
Mendengar hal itu, Velove berdecak kesal dan melirik Benita lekat. Ia berkata dalam hati, "Lagi-lagi aku yang salah. Padahal, mereka semua ini sahabatku. Kenapa mereka seolah mengasingkanku? Apa karena aku single fighter, tak memiliki pujaan hati?"
Kemudian kelima wanita itu mulai memilih tempat untuk duduk sambil berdiskusi. Beberapa menit kemudian, mereka berjalan ke arah meja dengan 5 kursi kosong di sampingnya. Mereka pun duduk dan kembali mengobrol.
"Nah di posisi ini 'kan lebih enak jatuhnya. Bisa liat DJnya jelas." Evelyn tersenyum sembari melirik sang DJ yang fokus meremix musik di mesin remixer.
Benita menepuk lengan Evelyn pelan, "Eve, jaga mata dan hatimu, okay? Ingat calon pacarmu."
Evelyn melirik Benita dan tersenyum, "Ayo lah, aku cuma cuci mata doang."
Angel ikut menanggapi, "Cuci mata atau cuci mata nih?"
Metta tersenyum menatap Angel, "Kayanya Evelyn mau nakal sedikit sebelum resmi, Ngel."
Angel tertawa ringan dan berkata, "Aku juga mikirnya gitu, ta."
Sementara itu, Velove menatap keempat sahabatnya secara bergantian. Lagi-lagi, ia tak tertarik untuk melibatkan diri dengan obrolan kasual dengan tema laki-laki dan cinta.
Ia lebih memilih membuyarkan obrolan itu dengaj berkata, "Ehm, bukannya kita mau pesan minuman dan sedikit camilan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My First and Last [COMPLETED]
Storie d'amoreVelove, wanita workaholic yang sulit percaya akan cinta, menikmati status singlenya tanpa terpikir akan melabuhkan hati pada seorang pria. Hal itu membuatnya disindir oleh keempat sahabatnya. Label pemilih dalam hal pasangan pun disandangnya. Hingga...