Gerbong Kemuliaan

16 1 0
                                        

Memilih seorang guru yang relevan amatlah penting dikarenakan murid akan bercermin pada gurunya. Dan ketika murid bercermin pada gurunya, maka akan sangat berpengaruh dalam mewarnai keyakinan, gambaran akhlak dan tingkah laku murid tersebut.

Seorang murid, selayaknya menciptakan sikap takzim (hormat), ikram (memuliakan), dan khidmah (berusaha melayani) terutama dalam keperluan gurunya.

Diriwayatkan oleh Al Imam Baihaqi, Umar bin Khattab mengatakan,
تَوَاضَعُوْا لِمَنْ تَعَلَّمُوْنَ مِنْه

Tawadhulah kalian terhadap orang yang mengajari kalian”. (Al-Jami 'li Akhlaq ar-Rawi : 1/350)

Dan sikap tawadhu terbaik adalah kepada guru atau para ahli ilmu, terutama ahli ilmu agama.

Seorang ulama tabi'in Muhammad bin Sirin berkata :
إِنَّ هَذَا العِلْمَ دِيْنٌ فَانْظُرُوْا عَمَّنْ تَأْخُذُوْنَ دِيْنَكُمْ

Ilmu ini adalah agama, maka lihatlah dari siapa kamu mengambil agama kamu.” (HR. Muslim).

Artinya, janganlah kamu bersikap takzim dan mengambil ilmu agama dari sembarang orang, kecuali orang yang telah kamu yakini keahlian dan kepantasannya untuk menjadi tempat ilmu. (Imam al-Munawi, Faidhul Qadîr , 2/545).

Pada zaman sekarang ini, banyak sekali guru yang disulap seakan menjadi seorang penceramah, tetapi sangat sedikit sekali orang yang benar-benar berilmu atau ahli terhadap ilmu itu. Bahkan sahabat yang mulia bernama Abdullah bin Mas'ud pernah menyatakan dihadapan murid-muridnya para Tabi'in : “Sesungguhnya kalian (saat ini) berada di zaman yang banyak terdapat orang-orang yang (benar-benar) berilmu, tapi sedikit yang pandai berkhutbah atau berceramah, dan akan datang setelah kalian nanti suatu jaman yang (pada waktu itu) banyak orang yang pandai berceramah tapi sedikit orang yang (benar-benar) berilmu." (Imam al-Bukhari, al-Adabul Mufrad , 789).

Rasulullah ﷺ bersabda :
إِنَّ اللهَ تَعَالىَ يُبْغِضُ كُلَّ عَالِمٍ بِالدُّنْيَا جَاهِلٍ بِالْآخِرَة
"Sesungguhnya Allah ta'ala membenci orang yang pandai dalam urusan dunia namun bodoh dalam perkara akhirat". (HR. Al-Hakim, dishahihkan oleh al-Albani)

Dimana dalam urusan memuliakan atau menghormati pada ahli ilmu adalah seperti yang Allah firmankan dalam surah Al Mujadilah Ayat 11 :
"Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu : 'Berlapang-lapanglah dalam majlis', maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan : 'Berdirilah kamu', maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al Mujadilah : 11)

Diriwayatkan oleh Ibn Abi Hatim dari Muqatil bin Hibban, ia mengatakan bahwa pada suatu hari, yaitu hari Jum'at, Rasulullah ﷺ berada di Shuffah mengadakan pertemuan di suatu tempat yang sempit, dengan maksud menghormati pahlawan perang Badar yang terdiri dari kaum Muhajirin dan Anshar. Beberapa pahlawan perang Badar ini terlambat datang, diantaranya Tsabit bin Qais رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ, sehingga mereka berdiri diluar ruangan. Mereka mengucapkan salam "Assalamu'alaikum Ayyuhan Nabi Wabarakatuh", lalu Nabi menjawabnya. Mereka pun mengucapkan sama kepada orang-orang yang terlebih dahulu datang dan dijawab pula oleh mereka. Para pahlawan Badar itu tetap berdiri, menunggu tempat yang disediakan bagi mereka tetapi tak ada yang memperdulikannya. Melihat keadaan tersebut, Rasulullah ﷺ menjadi kecewa lalu menyuruh kepada orang-orang di sekitarnya untuk berdiri. Diantara mereka ada yang berdiri tetapi rasa keengganan nampak di wajah mereka. Maka orang-orang munafik memberikan reaksi dengan maksud mencela Nabi ﷺ, sambil mengatakan "Demi Allah, Muhammad tidak adil, ada orang yang lebih dahulu datang dengan maksud memperoleh tempat duduk di dekatnya, tetapi disuruh berdiri untuk diberikan kepada orang yang terlambat datang". Lalu turunlah ayat ini.

Ruang SemangatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang