Dibutakan Maksiat

5 2 0
                                    

Ibnu Rajab rahimahullah berkata : "Sesungguhnya yang membuat seseorang berani mengerjakan sesuatu kepada hal yang haram, menyeburkan diri dalam kemaksiatan adalah maslahat (kelezatan) yang ada pada maksiat tersebut. Sehingga dia berpikir, berasumsi, mendapatkan kelezatan itu dan berharap terhindar dari mudhorotnya (side effectnya), sisi negatifnya, dan ini diantara kebodohan yang terparah di dunia. Karena fakta yang senantiasa terjadi itu kembalikan dari asumsi-asumsinya. Yang terjadi yaitu dosa itu selalu diikuti oleh kegalauan, rasa sakit, sempitnya dada dan gelapnya hati, serta kerasnya hati / sakitnya hati disebabkan dosa-dosa yang dilakukan dan itu lebih parah berkali-kali lipat dibanding kenikmatannya."

Allah Ta’ala berfirman :

كَلَّا ۖ بَلْ ۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (Surah Al-Muthoffiffin : 14)

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam menjelaskan,

إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ، وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ، وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ: {كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ}

Jika seorang hamba melakukan satu dosa, niscaya akan ditorehkan dihatinya satu noda hitam. Seandainya dia meninggalkan dosa itu, beristighfar dan bertaubat; niscaya noda itu akan dihapus. Tapi jika dia kembali berbuat dosa; niscaya noda-noda itu akan semakin bertambah hingga menghitamkan semua hatinya. Itulah penutup yang difirmankan Allah, “Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka lakukan itu telah menutup hati mereka” (QS. Al-Muthaffifin: 4). (HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu. Hadits ini dinilai hasan sahih oleh Tirmidzi).

Jadi, skenarionya tidak seindah apa yang dibayangkan, apa yang diasumsikan, karena begitu anda maksiat, kondisi berubah, hati berubah. Apalagi jika maksiat yang dilakukan mengundang dosa besar, maka otomatis tuh, tidak ada kontrol lagi. Dan itu (hati yang berubah) adalah hukuman yang sangat parah.

Malik bin Dinar rahimahullahu ta’ala berkata : “Tidak ada hukuman yang lebih tragis bagi seorang hamba yang lebih besar dibandingkan dengan Allah buat hatinya keras, kotor, galau, tidak nyaman, gelisah, paranoid."

Padahal kita tahu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam saja dikatakan gila selama 13 tahun, tapi santai aja tuh. Karena kuncinya apa?? Hati. Jika hatinya sempit, galau, berantakan, itu bisa memicu masalah, bisa bunuh diri tuh meski dikasih cobaan sedikitpun. Dan itu tidak bisa ditutupi oleh kekayaan sebanyak apapun. Karena Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah berkata, “Kekayaan itu bukanlah banyaknya aset / harta benda, akan tetapi inti kekayaan itu adalah kekayaan hati.” (Hadis Riwayat Bukhari Muslim)


Kekayaan itu perihal rasa, bukan angka.

Dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Ruang SemangatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang