Aku yakin tidak semua orang sabar jika melihat persamaan yang amat memusingkan.
Bukankah sebagian kita melihat integral yang berderet-deret memilih langsung untuk menutup buku?? Bahkan segera menyerah dan mungkin berkata : "Ah, males ah, susah".
Tapi bagi yang bersabar dengan tantangan seperti itu, ia akan rela menghabiskan waktunya untuk menyelesaikan persamaan tersebut.
Begitupun para ulama terdahulu, "Bagaimana mereka belajar dan menuntut ilmu??"
Mereka Menuntut Ilmu Secara Bertahap
Sedikit demi sedikitSenada dengan perkataan Al Imam Ibnu Syihab :
"Barangsiapa yang mengambil ilmu sekaligus (langsung mengambil yang besar), maka akan hilang semuanya dalam waktu yang singkat juga, karena ilmu hanya bisa dipelajari dengan berjalannya siang dan malam." (Jami' bayanil 'ilmi wa fadhlih, 464)
Tidakkah kau tahu untuk mendapatkan satu hadits saja, para ulama perlu sedikit demi sedikit, berhari-hari sampai bahkan safar berbulan-bulan lamanya?
Dan sekarang kita dengan santainya menikmati ribuan hadits di tangan.
Maka benarlah, bahwa hal-hal besar yang kita dapatkan sekarang, sedikit demi sedikit, dibangun atas asas kesabaran. Baik perkara dunia, ataupun akhirat, semua orang butuh bersabar.
Kita sekarang berada di sebuah era dimana ilmu telah dibuka oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Mendapatkan hadits tinggal sejarak sentuhan jari di smartphone. Menyimak kajian hanya sejauh jari jempol menyentuh tombol 'play' di gadget. Sementara para ulama terdahulu tak ayal harus safar berhari-hari bahkan berbulan-bulan demi hanya mendapatkan satu buah hadits.
Sebagaimana kisah Jabir radhiallahu'anhu untuk bertemu Abdillah bin Unais untuk mendengar hadits Nabi Shallallahu'alaihi wa Sallam yang berbunyi :
"Allah akan bangkitkan manusia dalam kondisi telanjang bulat ... "
(HR. Bukhari).Jabir radhiallahu'anhu untuk mendapatkan hadits ini, berjalan kaki selama 1 bulan. (Arrihlah fi tholabil, 110-118)
Bandingkan dengan keadaan kita saat ini, untuk mendapatkan satu buku hadits yang berisikan ribuan hadits, hanya cukup mengunduhnya dengan modal dua jempol dan kerap pula mendapatkan internet yang gratis.
Ketahuilah hal-hal besar akan kita dapatkan dengan waktu yang tak sebentar, tidak bisa dengan instan.
Bersabarlah, nikmatilah!
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang orang yang belajar dan mengajar dengan sabar dan perlahan dalam surah Ali Imran ayat 79 :
"...Namun jadilah seorang rabbani ketika kalian belajar Al Qur'an dan mengajarkan Al Qur'an..."
Tugas kita bukan hanya belajar semata namun selaras dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala kehendaki, yakni belajar dengan metode 'Rabbaani'.
Pertanyaan besarnya, apa itu Rabbaani?
Abdullah bin Abbas menjelaskan makna Rabbaani kepada kita;
"Rabbaani adalah orang-orang yang mendidik manusia mulai dari hal-hal yang basic (dasar) sebelum perkara-perkara yang besar dan sulit."
(Shahih Al-Bukhari, bab al'ilmu qoblal qouli wal 'amal)Sebagian ulama mengatakan :
"Barangsiapa yang tidak memiliki pondasi, maka dia tidak akan sampai ke tujuan."
(Addurorus saniyyah, 5/352)Sebagai analogi, jika anak kecil yang baru memulai belajar telah menyukai mata pelajaran matematika namun jika oleh gurunya diberikan soal algoritma, maka besar kemungkinan kecintaan sang anak kecil pada matematika akan luruh sekejap.
Hal yang sama pun diterapkan pada ilmu bela diri, jika seseorang langsung mempelajari sekian banyak gerakan jurus mematikan namun ternyata kuda-kuda dasarnya lemah dan salah, maka sangatlah mudah bagi lawannya untuk menjatuhkan dirinya.
Inilah sebagai suatu kesimpulan, kalau mau sukses maka belajarlah dengan bertahap, sedikit demi sedikit, pelan-pelan dan pelajari satu per satu karena itu adalah metode para ulama kita.
Karena ini adalah konsep Allah Subhanhu wa Ta'ala. Sebagaimana apa yang telah Allah firmankan dalam menjawab metode turunnya Al Qur'an dari orang-orang kafir :
"Berkatalah orang-orang yang kafir : 'Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?'; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar)."
(Surah Al Furqan : 32)Demikiannya hati Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wa Sallam yang dikokohkan secara bertahap. Karena inilah konsep Allah Subhanahu wa Ta'ala. Konsep yang dapat diimplementasikan pada bidang keilmuan apapun; yakni menguasai secara bertahap. Dari perihal yang termudah dan terkecil hingga bertahap ke hal yang besar dan sulit. Inilah konsep sukses yang Allah tawarkan; kalau kita mau sukses, maka jadilah seorang Rabbaani.
Ini pun selaras dengan kisah nyata saya.
Suatu hari, saya berbicara dengan seorang guru dalam urusan pendidikan dan penelitian. Saya yang saat itu tidak sabar dalam menyelesaikannya, memilih untuk membaca sedikit refrensi kemudian mulai menulis apa yang harus saya selesaikan. Ya, itu sudah amat salah, yaitu niat yang sekadar "ingin selesai".Dulu, saya belum sadar kalau segala sesuatu yang kita jalani itu adalah proses-proses menuju kekokohan pikiran dan pendewasaan.
Lalu, guru saya saat itu berkata kira-kira seperti ini :
"Yaudah, baiknya jangan nulis dulu. Sebulan ini baca dulu ya! Baca, ringkas, dan pahami baik-baik materi-materinya. Jangan nulis dulu! Terus silakan bandingkan hasil yang kamu kerjakan sebelum banyak membaca dengan setelah membaca dan meringkas."
Maasyaa Allah, saya setidaknya jadi sedikit paham bahwa apa yang dikatakan benar dan saya merasa pondasi (ilmu-ilmu dasar) amat penting sebelum kita mulai melakukan sesuatu.
Ya, mungkin akan membutuhkan waktu yang cukup lama, tapi ketahuilah hal yang bagus itu tidak akan selesai dalam waktu sekejap. Yaps, Rome wasn't built in a day.
Maka saya semakin menikmati hal-hal dasar yang saya jalani, tidak perlu gegabah untuk meringkas waktu jika memang ingin menghasilkan sesuatu yang baik.
Kita perlu banyak bersabar dalam memahami pondasi-pondasi ilmu. Ia akan mengokohkan kita, ia akan membuat apa yang kita ucapkan lebih berbobot dan tidak terombang-ambing.
Sebagaimana Allah Subhaanahu wa ta'ala juga menurunkan Al Quran secara bertahap, dan dijelaskan oleh Allah dalam Surah Al Furqan ayat 32, yaitu agar mengokohkan hati Rasulullah perlahan namun menancap dengan kuat.
Maka, jadilah kita muslim yang rabbani, yaitu muslim yang mempelajari sesuatu dari basic (dasar) dan dengan sabar, sebelum menuju perkara-perkara yang tinggi dan pelik.
Sebagaimana suatu kaidah yang terkenal :
"Man Hurimal Ushul Hurimal Wushul"
(Siapa yang tidak kuat pondasinya, ia tidak akan sampai pada hal yang dituju).Semangatlah dalam berproses, segala sesuatu yang bagus itu tidaklah didapatkan kecuali dengan perlahan serta sabar, juga konsisten.
Wallahu’alam bishawab.
Fetty Aulia Sabatini
@sfettyaulia13
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Semangat
Short StoryTulisan ini adalah catatan kisah perjalanan dalam segelincir waktu yang saya pergunakan untuk menuntut ilmu dengan sebutan "Halaqoh". Semoga bermanfaat.. Mohon koreksi dan saling mengingatkan jika terdapat salah dan khilaf.