Dalam Kitab Al Hikam, Ali bin Abi Thalib disebutkan bahwa ada dua sosok yang rakus adanya, sehingga ia tidak mengenal rasa kenyang dalam hidupnya.
SIAPAKAH MEREKA???
Mereka adalah yang Senantiasa Rakus Akan Ilmu
Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam;
"Ada dua sosok rakus yang tak akan pernah merasa kenyang; pencari ilmu dan pencari dunia." (HR. Al Hakim dalam mustadrok, 1:92. Dishahihkan oleh Al Hakim dan disepakati oleh Imam Adz Dzahabi).
Demikian hadits ini adalah wahyu, mukjizat yang selanjutnya dibenarkan oleh para ulama kita di dalam catatan-catatan sejarah mereka.
(1) Dimana mereka sebagai penuntut ilmu tidak pernah lepas dahaga akan ilmu.
(2) Nabi Shallallahu'alaihi wa Sallam menyamakan dengan ahli dunia.Dan begitulah para ulama kita mempelajari firman-firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dan hadits-hadits Nabi Shallallahu'alaihi wa Sallam, hasrat mereka seperti ahli dunia mengejar dunianya.
Karena memang demikian, orang yang saking gandrungnya terhadap dunia, ia tidak akan pernah puas sehingga terus menerus mencari perkara-perkara dunia dan dunia.
Rasulallah pun pernah mengabarkan bahwa sifat rakus pada dunia, tidak mengenal kata puas sekalipun telah diberikan kepada satu sampai dua lembah emas.
Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Al-Zubair tatkala di atas mimbar di Mekah dalam khutbahnya, beliau berkata;
"Wahai manusia sekalian, Sesungguhnya Nabi Shallallahu'alaihi wa Sallam pernah bersabda, 'Seandainya seorang anak keturunan Adam diberi satu lembah penuh dengan emas niscaya dia masih akan menginginkan yang kedua. Jika diberi lembah emas yang kedua maka dia menginginkan lembah emas ketiga. Tidak akan pernah menyumbat memenuhi rongga anak Adam (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah mati), dan Allah menerima taubat bagi siapa pun yang mau bertaubat.' ”
(HR. Al-Bukhari)Abul 'Aaliyah mengatakan :
"Kami dahulu mendengar riwayat-riwayat yang disampaikan oleh sahabat-sahabat Nabi Shallallahu'alaihi wa Sallam dan pada saat itu kami berada di Iraq, kami tidak pernah puas sampai kami atur perjalanan pergi ke Madinah untuk mendengar langsung dari lisan mereka." (Alkifayah, 403)
Dan itu pula yang disampaikan oleh Imam Ahmad ketika ditanya, "Apakah penuntut ilmu perlu melakukan perjalanan jauh dalam rangka menuntut ilmu?" Beliau menjawab : "Ya, demi Allah sangat ditekankan." Lalu beliau mencontohkan 'alqomah dan al aswad saat mendengar hadits dari Umar bin Al Khatthab lalu mereka tidak puas sampai mereka safar ke Madinah dan mendengar langsung dari Umar. (Muqaddimah Ibnus Shaalah, 1/354)
Jadi, jika boleh kita qiyaskan, jikalau sekarang sudah ada kajian live streaming, radio serta media yang memudahkan lain sebagainya, bagi penuntut ilmu sejati mereka tidak akan puas dengan media itu.
Sang penuntut ilmu sejati akan berusaha datang, merasakan kebuncahan atmosfir kajian karena beda berkah dan pahalanya. (Kecuali jika kondisinya tidak memungkinkan).
Sebagaimana orang yang hobi duniawi, maka dia tidak akan pernah puas hanya dengan menonton pertandingan olahraga melalui siaran TV saja. Atau seorang penggemar fanatik F1, dirinya akan rela ke Singapura ketika perhelatan digelar di sana. Atau juga penggemar bola, maka dimanapun kesebelasan favoritnya bertanding, ia akan setia menonton langsung dan mendampinginya. Dan contoh lain sebagainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Semangat
PovídkyTulisan ini adalah catatan kisah perjalanan dalam segelincir waktu yang saya pergunakan untuk menuntut ilmu dengan sebutan "Halaqoh". Semoga bermanfaat.. Mohon koreksi dan saling mengingatkan jika terdapat salah dan khilaf.