Saat ini kita membutuhkan teladan dalam proses belajar. Telah kita ketahui bersama bahwa tujuan kita bukan hanya sekedar mencari ilmu untuk sebuah konten tapi sesungguhnya adalah mencari ilmu yang bermanfaat. Dan kisah panjang tentang pertemuan Nabi Musa alaihis salam dengan Nabi Khidir alaihis salam yang pada saat itu Allah buat Nabi Musa alaihis salam merasa lelah, cape, agar beliau teringat mengenai ikan yang dibawanya. Ini menjadi pelajaran untuk kita, dimana bisa jadi ketika kita sudah bertakwa atau sedang berusaha semaksimal mungkin melaksanakan perintah Allah tapi qodarullah fisik kita sakit-sakitan, cepat lelah, mudah cape, maka jangan su'udzon pada Allah karena bisa jadi lelahnya kita, sakitnya kita, cape nya kita, ditakdirkan oleh Allah untuk suatu maslahat yang lebih besar. Ingatlah kaidah ini, "Yang terbaik itu adalah pilihan Allah subhanahu wa ta'ala, bukan asumsi kita, bukan analisa kita, bukan perhitungan kita, dan bukan pula cara kita memandang masa depan, tapi yang terbaik adalah apa yang Allah pilihkan untuk kita." Sebagaimana kisah Nabi Musa alaihis salam yang sudah sedikit diceritakan dalam catatan sebelumnya dengan judul "Membranding Diri, Jemput Bola, dan Motor Perubahan."
Saking indahnya permohonan Nabi Musa alaihis salam pada Nabi Khidir alaihis salam, Allah abadikan dalam Al Quranul Karim surah Al Kahfi ayat 66. Menurut Al-Imam Fakhruddin Ar-Razi, dalam kitabnya Tafsir Al-Fakhru Ar-Razi atau yang lumrah dikenal dengan Mafth Al-Ghaib ada kalimat luar biasa yang terkandung dalam ayat tersebut, beliau menyebutkan ada 12 adab dalam menuntut ilmu dari ayat tersebut, diantara 9 adabnya, yaitu :
1. Mengabdi dan bersikap tawadhu' (rendah hati) terhadap guru.
2. Menyatakan diri sebagai murid yang tak tahu apa-apa.
3. Ketidakbolehan memiliki banyak permintaan kepada guru.
4. Mengakui bahwa semua ilmu datangnya dari Allah.
5. Meminta petunjuk dan bimbingan dari guru.
6. Ketidakbolehan menentang dan membantah apa yang dilakukan guru.
7. Mencari ilmu pengetahuan tanpa memperhitungkan status sosial.
8. Belajar/Mondok untuk mengabdi dan kemudian mengaji.
9. Belajar harus untuk ilmu bukan yang lain.Nasihat terbaik Al Imam Ar-Razi kepada para penuntut ilmu yang tersirat dalam Mafatih Al-Ghaib-nya yaitu agar jangan sampai aktifitas mulia kita ternodai dengan niat dan tujuan hanya untuk diri sendiri. Menuntut ilmu itu jangan sekali-kali diniatkan sebagai ladang mencari harta dan tahta di masa mendatang. Dan yang belajar itu mengikuti orang yang akan mengajarinya. Parameternya bukan waktu kita, tapi waktu sang guru. Seperti pada kisah Nabi Musa alaihis salam, padahal beliau bisa saja menggunakan bargaining position-nya sebagai ulul 'azmi pada Nabi Khidir alaihis salam, tapi itu tidak beliau lakukan. Karena beliau mengajarkan pada kita tentang adab. Kalau kita yang mengatur, berarti sama saja kita telah memposisikan diri lebih tinggi dari Nabi Musa alaihis salam, beliau saja tidak demikian.
Kita lanjutkan dialog antara Nabi Musa alaihis salam dan Nabi Khidir alaihis salam. Dimana Nabi Musa alaihis salam meminta izin pada Nabi Khidir alaihis salam untuk mengikuti beliau sehingga Nabi Musa alaihis salam bisa belajar dari sebagian ilmu yang Allah berikan pada Nabi Khidir alaihis salam. Sebagian lohh... Ngga minta semua ilmu. Seakan-akan Nabi Khidir alaihis salam itu lebih diatas beliau.
Kata Al Imam Ar Razi, kata-kata tersebut bagaikan orang miskin meminta sebagian harta orang kaya. Dan kita tahu, orang miskin kalau meminta sesuatu pasti cuma minta sebagian bukan?! Maka seharusnya kita ingat, "Kita tuh miskin dihadapan Allah"! Sedangkan Ilmu Allah itu banyak, maka yang prioritas adalah yang benar-benar menjadi guides atau petunjuk dalam hidup kita. Maka, Semua ini adalah tentang skala prioritas. Kalau untuk hal sederhana saja kita tidak mau kalah, tidak mau berkorban, maka coba telisik, sebenarnya apa benar kita berjuang untuk surga yang tidak gratis jika alasannya tentang waktu, tentang kesibukan?? Karena substansinya adalah bukan tidak punya waktu, tapi tidak bisa memprioritaskan Allah. Padahal dunia kalau di kejar-kejar tuh tidak ada habis-habisnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Semangat
Short StoryTulisan ini adalah catatan kisah perjalanan dalam segelincir waktu yang saya pergunakan untuk menuntut ilmu dengan sebutan "Halaqoh". Semoga bermanfaat.. Mohon koreksi dan saling mengingatkan jika terdapat salah dan khilaf.