Bukan Untuk Main-Main

2 0 0
                                    

Al-Imam Rabi’ bin Khutsaim rahimahullahu ta’ala (beliau seorang fuqoha, ahli ibadah dan ahli zuhud). Ada yang bertanya kepada beliau, “Wahai Imam, jika ada yang bertanya kepada engkau tentang kondisi di pagi hari ini apa jawabanmu?” Maka beliau menjawab, “Pagi ini aku termasuk orang yang lemah dan banyak dosa, kita makan rizki yang Allah berikan kepada kita dan kita semua menunggu kematian kita.” (Kitab Mushonnaf Abu Syaibah)

Al-Imam Rabi' bin Khutsaim rahimahullahu ta'ala benar-benar menyadari makna kehambaannya kepada Allah, bahwa beliau diberi jatah hidup bukan untuk main-main, melainkan untuk mempersiapkan diri sebagai bekal di akhirat. Karena akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya.

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surah Al-'Ankabut (29) Ayat 64 :

وَمَا هَٰذِهِ ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ لَهِىَ ٱلْحَيَوَامو

"Dan tiadalah kehidupan dunia ini, melainkan senda gurau dan main-main. Dan sebenarnya akhirat yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka melihat."

Hilal bin Isaf pernah mendeskripsikan sosok Al Imam Rani' bin Khutsaim, "Andai kata engkau duduk bersama Rabi bin Khutsaim selama setahun lamanya, maka dia tidak akan bicara apapun kecuali jika engkau yang mulai berbicara dan akan terus diam bila tidak kau dahului dengan pertanyaan. Sebab dia menjadikan ucapannya sebagai dzikir dan diamnya untuk berpikir."

Suatu ketika Al-Imam Rabi’ bin Khutsaim pernah ditanya, “Wahai Abu Yazid, kenapa engkau tidak mencela manusia?” Beliau menjawab, “Demi Allah aku saja tidak ridho dengan perilaku tersebut, lantas bagaimana aku bisa mencela manusia?

Beliau pun pernah berkata :
"Apa yang akan kau katakan kepada Malaikat Munkar dan Nakir di kubur? Apakah kau yakin kau bisa mempertanggungjawabkan apa yang kau lakukan saat ini pada Allah di Padang Mahsyar kelak?"

Kalau kita ingin menjadi penuntut ilmu sejati, maka bangunlah ke-kerdilan, kerendahan diri kita dihadapan Allah, dan jadikan buttom line dari firman Allah, “Kalian adalah faqir dan merasa butuh kepada Allah.”

Al jazaa min jinsil ‘amal (balasan sejenis dengan perbuatan)!

Jika ia tidak menghargai maka ia tidak akan dihargai.

Pernah suatu ketika Syaikh Alu Syaikh rahimahullahu ta’ala meminta pendapat Syaikh Ahmad Syakir rahimahullahu ta’ala, “Apa yang hendak saya baca tentang bahasa arab?” Beliau menjawab, “Baca kamus besar yang menjadi rujukan orang mengerti seperti Lisanul Arab 20 Jilid.” Syaikh Alu Syaikh rohimahullahu ta’ala merespon, “Bagaimana saya bisa membaca?” Syaikh Ahmad Syakir menjawabnya, “Jika 20 jilid kamu tidak mampu maka carilah bidang lain.”

Dari Muawiyah bin Abi Sufyan rodhiyallahu ‘anhu, rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين

Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya, Allah akan faqihkan ia dalam masalah agama (ini).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Ruang SemangatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang