Support System

1 0 0
                                    

Dari Abu Darda radhiyallahu ‘anhu, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :

من سلك طريقاً يلتمِسُ فيه علماً سهّلَ الله له طريقاً إلى الجنّةِ، وإن الملائكةَ لتضَعُ أجنحتها لِطالبِ العلم رِضاً بما يصنع، وإن العالِمَ ليَسْتَغْفِرُ له من في السمواتِ ومَن في الأرضِ، حتى الحيتانُ في الماءِ، وفضلُ العالم على العابد كفضل القمرِ على سائر الكواكب، وإنّ العلماء ورثة الأنبياء، إنّ الأنبياء لم يُورِّثُوا ديناراً ولا درهماً، إنما ورَّثُوا العلمَ، فمن أخذه أخذ بحظٍ وافرٍ

Siapa yang meniti jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya menuju surga. Dan sesungguhnya para malaikat benar-benar meletakkan sayap-sayap mereka untuk para penuntut ilmu karena ridha terhadap apa yang mereka cari. Dan sesungguhnya seorang ulama dimohonkan ampunan untuknya oleh semua yang ada di langit dan di bumi, sampai-sampai ikan yang ada di dalam air...” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dalam shahihnya)

Imam Ibnu Jama'ah rahimahullah menjelaskan maksud dari kata "meletakkan sayap-sayap", diantara maknanya yaitu :

1). Para malaikat merendahkan diri atau menaruh rasa hormat terhadap para penuntut ilmu (simbol ketawadhuan).

Sebagaimana pula dalam Al Qur'an surah Asy Syu'ara' ayat 215. "Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman."

Karakter ini yang sering hilang di dunia ilmu, karakter ketawadhuan. Walaupun kita new comers atau pendatang baru di dunia ilmu, atau yang belum mengerti apa-apa, kalau Nabi saja diperintahkan demikian, harus tawadhu, apa lagi kita..?! Maka mengapa kita harus menyombongkan diri dihadapan para penuntut ilmu? Apakah hak kita sok-sokan belaga jadi senior, jadi yang paling mengerti, paling lama. Padahal adabnya adalah tawadhu.

Imam Ahmad rahimahullah saja ketika ditanya suatu perkara beliau berkata : "tanya ulama, saya nggak tahu." Tuh.. ini nih yang harus dibangkitkan. Sikap merendahkan diri, ketawadhuan. Padahal Imam Ahmad rahimahullah adalah salah satu ulama dari empat mazhab yang banyak kita ikuti. Maka sepatutnya kita harus malu, jika kita sombong di hadapan penuntut ilmu serendah apapun dia, nggak terkenal, masih awam, kalau kita sampai sombong di hadapan dia, berarti kita memposisikan di atas para malaikat atau para nabi. Atau jika ada yang baru datang, baru hijrah dan datang ke kajian, dia masih awam, jangan dipelototin dari ujung kepala sampai ujung kaki, dilihatin karena dia belum menutup aurat sempurna, kalau akhwat blm pakai kaos kaki misal, jangan. Orang yang kayak gitu tuh bukan penuntut ilmu namanya, karena penuntut ilmu itu tahu poin pentingnya yaitu jangan meremehkan atau merendahkan orang lain, harus tawadhu.

Coba, apa sih kesalahan fatal iblis? Kesalahannya kan karena meremehkan atau merendahkan Nabi Adam alaihis salam. Kalau kita masih meremehkan atau merendahkan orang lain, sebenarnya petunjuk siapa sih yang kita ikuti? Iblis atau Rasul?

2). Maknanya malaikat hadir dan bersama para penuntut ilmu.

Majelis ilmu itu dinaungi para malaikat jadi kita harus punya adab karena malaikat datang di majelis ilmu.

Menteri saja kalau datang, ya kita jaga sikap bukan?! Apalagi kalau malaikat yang datang.

3). Makna selanjutnya, Malaikat memuliakan penuntut ilmu

Bangunlah hubungan untuk saling memuliakan di antara kita, saling respect, saling menghargai, jangan sok pintar meski kita sejatinya sudah tahu ilmu itu dari 17 tahun yang lalu misal. Atau misalnya ada yang datang penampilannya belum syar'i tetap muliakanlah dia, dia juga penuntut ilmu loh.. Wong malaikat saja memuliakan dia, Siapa kita kalau masih nyinyir?! Apa kita merasa lebih suci dari malaikat?! Nggak boleh tahu penuntut ilmu kayak gitu..

Ruang SemangatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang