Rasa Takut

3 0 0
                                    

Allah Ta'ala berfirman :

( إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ )

"Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya hanyalah para Ulama, sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (Surah Fathir : 28)

Saking pentingnya ayat ini, Al Imam Ibnu Rajab punya risalah khusus dalam mendalami ayat ini. Buku beliau bernama Al Kalamu 'Ala Al Qaulihi Ta'ala Innamaa Yakhsyallaha min 'Ibadihil 'Ulama. Penjelasan tentang Firman Allah ta'ala sesungguhnya yang takut pada Allah hanyalah para ulama.

Dalam surah Fatir ayat 28, menjelaskan bahwa inti dari ilmu adalah rasa takut, bukan hafalan, bukan nilai, IPK tinggi, atau bukan hanya sekedar seseorang yang baru lulus fakultas syariah misal, dan atau bukan hanya yang mendapatkan gelar Lc.

Abdullah bin Abbas radhiallahu'anhu berkata : "Barangsiapa yang takut pada Allah, dia adalah seorang ulama." Ini juga penjelasan Al Imam Mujahid dan Al Imam Asy Sya'bi rahimakumullah berkata : "Ulama itu adalah orang yang takut pada Allah."

Abdullah bin Mas'ud radhiallahu'anhu berkata : "Cukuplah takut pada Allah sebagai bukti tentang sebuah ilmu. Dan cukuplah tertipu dari ayat-ayat Allah dengan ampunan-ampunan Allah sehingga dia maksiat bukti bahwa dia adalah orang yang bodoh."

Inti Ilmu itu adalah takut kepada Allah. Semakin kita berilmu, maka semakin takut pada Allah.

Suatu ketika disebutlah nama Al Imam Ma'ruf al-Karkhi rahimahullah, seorang zahid kenamaan, di majelis Imam Ahmad rahimahullah. Tiba-tiba salah seorang yang hadir menimpali : "Ma'ruf itu ilmunya sedikit".

Mendengar ocehannya ini, Imam Ahmad pun menegurnya dan berkata padanya : "Tahan lisanmu!". Ucapan ini keluar dari lisan Imam Ahmad lantaran betapa indahnya perjalanan hidup, sifat zuhud, wara', dan kedekatan seorang Ma'ruf al-Karkhi terhadap Allah ta'ala di mata beliau. Hal inilah yang menyebabkan beliau sangat benci bila seorang Ma'ruf al-Karkhi disindir kekurangan ilmunya di majelis ilmu beliau. Lalu Imam Ahmad melanjutkan kata-katanya dengan satu ucapan indah : "Bukankah tujuan ilmu itu adalah apa yang telah diraih oleh seorang Ma'ruf (dengan kezuhudan dan banyak amal salehnya)". (Siyar a'laam an-nubala', 9/340)

Di sini, Imam Ahmad tidak menyela orang tersebut dengan ucapan "Ma'ruf itu tidak memiliki sedikit ilmu" sebab faktanya memang benar bahwa Ma'ruf rahimahullah tidak memiliki keluasan ilmu seperti para ulama lainnya di zamannya, akan tetapi Imam Ahmad memberikan jawaban tak biasa tersebut bahwa kadar ilmu yang hakiki tidaklah dinilai dengan banyak sedikitnya wawasan dan tidak pula dengan luas sempitnya nalar, akan tetapi ia dinilai dengan kuat tidaknya iman dan keyakinan dalam hati.

Contoh sikap Al Imam Ma'ruf al-Karkhi rahimahullah.

Suatu hari ada seseorang yang memberinya uang sebanyak 10 dinar (1 dinar = 4,25 gr emas). Jika di rupiahkan sekitar 25 juta (jika harga emas Rp. 600.000,-). Ketika mendapatkan 10 dinar tersebut, beliau melewati orang yang sedang meminta-minta karena suatu kebutuhan. Tanpa berpikir panjang, Al Imam Ma'ruf al-Karkhi rahimahullah memberikan semua dinar yang beliau punya dan setelah itu beliau menangis. Beliau pun bergumam dalam hatinya : "Wahai jiwa.. sudah berapa kali kamu menangis? Wahai jiwa.. ikhlaskan niatmu ketika memberi pada seseorang, maka insya Allah kamu akan selamat." Yang beliau panjatkan adalah ketakutan beliau pada Allah jika dalam jiwanya ada sedikit celah tidak ikhlas, takut riya', takut sum'ah atau bahkan takut diceritakan kebaikannya.

Ruang SemangatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang