Ilmu Itu Bukan Retorika

31 1 0
                                    

Dikatakan kepada Imam Asy Syafi'i radhiallahu 'anhu :
"Bagaimana hasratmu terhadap adab?"
Maka Beliau radhiallahu 'anhu menjawab :
"Aku mendengar satu huruf tentang adab yang belum pernah aku dengar sebelumnya, maka seluruh anggota tubuhku cemburu dan berharap memiliki pendengaran agar bisa menikmatinya."
Dikatakan lagi kepada Beliau radhiallahu 'anhu :
"Dan bagaimana caramu mendapatkannya atau mempelajarinya (belajar adab)?"

Beliau menjawab :
"Seperti seorang wanita atau ibu yang mencari anaknya yang hilang dan tidak ada yang dia miliki kecuali anaknya tersebut."

Syaikh Shalih 'Ushaimi rahimahullah menerangkan :
Imam Syafi'i radhiallahu 'anhu menggunakan analogi seorang wanita atau ibu yang kehilangan anak tunggalnya, hal ini memberikan pelajaran kepada kita bahwa penuntut ilmu senantiasa merasa diri lemah, bodoh dan tidak suci dari dosa sebagaima seorang wanita atau ibu yang sedang kehilangan anaknya merasa dirinya lemah dan tidak pintar menjaga anak.

Penuntut ilmu pun seyogyanya bersungguh-sungguh dan totalitas dalam menuntut ilmu dan adab sebagaimana seorang ibu akan mengorbankan semuanya dan mencurahkan semua tenaganya agar buah hatinya dapat kembali ke pangkuannya.

Testimoni dari perkataan Imam Asy Syafi'i ini menyatakan seolah-olah seluruh anggota tubuh beliau cemburu, ingin semua anggota tubuh bisa mendengar. Mendengar apa yang di dengar oleh telinga. Mata berharap bisa mendengar, hidung berharap bisa mendengar, mulut berharap bisa mendengar, dan anggota tubuh lainnya karena saking nikmatnya semua anggota tubuh yang berharap ingin mendengar, terutama mendengarkan sebuah ilmu.

Jika ilmu tidak senikmat itu, lantas tidak mungkin Jabir bin Abdillah rela melakukan perjalanan jauh dan berhari-hari demi sebuah ilmu atau Ibnu Jauzi yang harus melakukan skala prioritas dengan menjual rumahnya untuk modal menuntut ilmu.


Ulama pernah berkata : "

Ilmu itu bisa membuat orang yang lapar menjadi lupa atas rasa laparnya.

"

Kisah Syaikh Masyhur Hasan Salman. Suatu hari, ada pameran buku di Mesir, beliau bertemu Syaikh Abdurrahman At Tamimi untuk meminta saran padanya. Syaik Masyhur Hasan bertanya pada Syaikh Abdurrahman At Tamimi, dimana beliau meminta saran manakah di antara yang harus beliau pilih, merenovasi rumah dengan membeli buku pada pameran di Mesir. Maka atas saran yang diberikan dan beliau memutuskan untuk lebih mengutamakan membeli buku daripada merenovasi rumah.

Bisa kita bayangkan, harga buku di pameran itu seharga renovasi rumah.

Karena mereka yakin, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa Sallam :

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا ، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ جرِيقًا إِلَى الْجَرِيقًا إِلَى الْجَرَيق

"Barangsiapa yang meniti suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan akses jalan menuju Surga." (HR. Muslim)

Ilmu itu di dalam hati, bukan sekedar retorika, bukan apa yang sekedar ada di dalam catatan. Karena ilmu adalah bekal dan solusi atas setiap masalah adalah dengan ilmu.

Tapi, yang jadi masalah hari ini adalah percepatan masalah dengan percepatan ilmu itu tidak seimbang, sehingga ilmu yang tak seimbang itu tidak memberikan solusi atas masalah yang ada. Sedangkan masalah itu berstadium. Dan ilmu itu mencari kebenaran bukan pembenaran.

Ruang SemangatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang