Pemuda Tersesat

6 1 0
                                    

Usut punya usut, siapa sih yang ngga langsung ke trigger dengan sosok Fudhail bin Iyadh bin Mas'ud bin Basyar at- Tamimi. Yupz, otomatis kalian akan bilang, beliau adalah seorang pemuda tersesat yang jadi ulama besar terkemuka dari generasi tabi'ut tabi'in. Salah satu kelebihannya yang dianugerahkan oleh Allah 'Azza wa Jalla adalah munculkan banyak hikmah melalui lisannya.

Murid-muridnya ada Imam Syafi'i, Ibnu Mubarok, Al Ja'fi, Ishaq bin Mansur As Sauli, al-Humaidy, Yahya bin al Qaththan, Abdrurrahman bin Mahdi, Qutaybah bin Sa'id, Marwan bin Muhammad, Abdurrazaq, dan juga Bisyr al Hafy.

Alkisah daerah kekuasaannya pada saat itu adalah Abiwarda (sekarang kota di Turkistan). Dulunya ia berprofesi sebagai bandit atau perampok atau penyamun yang ganas dan kebengisannya tersebar seantero negeri. Konon, tak ada yang bisa lolos dari aksi rampoknya. Dalam kitab As Siyar A'lam an-Nubala', Jilid VII, halaman 393, menjelaskan rekam jejak Fudhail bin Iyadh dalam dunia kelam. Namun, dalam catatan kali ini, kita tidak akan membahas tentang teori unik masuk islamnya beliau. Tapi kita akan konversikan pada dunia ilmu.

Fudhail memang dulunya melakukan kemaksiatan, ia merampok, tapi kata Imam Adz Dzahabi bahwa, "bukankah generasi terbaik banyak diantara mereka melakukan kesyirikan? Lalu bertaubat, bertauhid, lalu menjadi sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Jadi apa yang mengherankan? Dan syirik lebih parah daripada merampok."

Dari Abdullah Ash-Shomad Mardawaih Ash-Sha'igh, dia berkata : "Ibnul Mubarok berkata kepadaku bahwa sesungguhnya Al-Fudhail adalah bukti kebenaran kekuasaan Allah 'Azza wa Jalla dengan dimunculkan hikmah melalui lisannya. Dia termasuk manusia yang dikaruniai manfaat dari amal-amalnya." (Siyar A'lam An Nubala 8/425). Dan kunci keberhasilan Fudhail bin Iyadh adalah kejujuran beliau pada Allah.

Siapa nihh yang merasa putus harapan, terpuruk, bergelimbang dosa, tercebur kesalahan, maka ingat kisah Fudhail bin Iyadh ini, seorang pemuda yang pernah tersesat namun berujung menjadi ulama besar. Ingat, pintu kebaikan itu masih terbuka lebar-lebar untuk kita dan syarat pertamanya adalah jujur sama Allah seperti apa yang pernah dikatakan Fudhail bin Iyadh. Setelah kita jujur pada Allah, maka Allah akan berikan hikmah dan ilmunya. Dan jujur atau engga, itu ngga butuh klaim. Jujur itu kesesuaian lisan dengan kenyataan, dzohir dengan batin. Kalau ngga ada upaya untuk merubah diksi, cara bicara, memilih bahasa lebih bijak dan santun, berarti kita ngga jujur berubah menjadi penuntut ilmu sejati. Mungkin datang kajian, tapi ada misi lain.

Dari Ibnu Mubaroq, Yahya Al Qaththan, Abdurrahman bin Mahdi, Ibnu Uyainyah, Al Asma'i, Abdur Rozaq, sebagaimana dinukilkan oleh Imam Adz Dzahabi, beliau memuji sosok Fudhail : "Fudhail bin Iyadh adalah hujjah bagi orang yang sejaman dengan beliau."

Dari perampok bisa jadi hujjah. Kuncinya adalah jujur dengan Allah. Sebagaimana sahabat yang mengatakan ingin mati syahid dengan gambaran senjata musuh menembus kulit lehernya sampai ke belakang dan terjadilah apa yang ia inginkan. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata : "Dia telah jujur pada Allah, maka Allah wujudkan cita-citanya."

Dari sini saja kita bisa petik hikmah, mengapa kita bertahun-tahun menuntut ilmu tapi tidak ada perubahan? Salah satunya ini.. "Ngga jujur sama Allah". Kalau jujur pasti ada progres, pasti ada perubahan.

Imam Ibnu Mubaroq berkata : Fudhail bin Iyadh itu luar biasa kata-katanya, diantara hikmah yang disampaikan beliau ketika mengomentari seseorang yang curhat pada temannya sampai pada titik mengeluh tentang nasibnya karena pailit, sengsara, lalu Fudhail bin Iyadh berkata : "Ehh bro, coba fikir deh, anda mengeluhkan Dzat yang sayang sama anda ke orang yang ngga sayang sama anda. Padahal yang mentakdirkan episode susahnya anda hari ini tuh siapa? Allah.. Dan Allah itu Ar Rahman Ar Rahim." Maksudnya, Ketika orang tersebut mengeluh pada temannya betapa sulit hidupnya pada hari itu, maka sejujurnya ia baru saja mengeluhkan Allah, mengeluhkan wilayahnya Allah, takdir Allah. Lucunya kita kadang seperti itu.. Dan mengeluhkan pada siapa? Pada Manusia. Sedangkan kita tahu, manusia itu yang suka dzolim, yang sayangnya ngga 100%, yang hubungi kita kalau butuh doang, dan mayoritas orang tidak berfikir ketika seseorang mengeluhkan masalah kehidupannya, dia baru saja mengeluhkan perbuatan Allah Yang Maha Sayang sama dia, Maha Baik sama dia, yang kalau pun dia ngerasa ngga nyaman harusnya dia baca tuh Al Baqarah ayat 216.
Jadi simple, kalau anda ingin punya konsep berfikir sebijak Fudhail bin Iyadh, ikut in tuh resepnya, "jujur sama Allah".

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ruang SemangatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang