Imam Ibnu 'Asyur membawakan Qur'an Surah Fathir ayat 19-21,
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :وَمَا يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِير, وَلَا الظُّلُمَاتُ وَلَا النُّورُ, وَلَا الظِّلُّ وَلَا الْحَرُورُ
"Dan mengatasi orang yang buta dengan orang yang melihat. dan tidak (pula) sama gelap gulita dengan cahaya, dan tidak (pula) sama yang teduh dengan yang panas." (Surah Fathir : 19-21)
Imam Ibnu 'Asyur berkata : "Orang yang belajar dan berilmu hidupnya seperti indahnya atau nikmatnya orang yang berteduh disaat panas yang menerpa."
Begitulah perumpamaan orang yang berilmu. Dia akan menikmati keindahan serta manisnya suatu ilmu bahkan dimisalkan seperti nikmatnya orang yang berteduh disaat panas. Maka, bagi orang yang tidak berilmu, dimisalkan seperti orang yang selalu dibakar dan dipanaskan setiap harinya tanpa ilmu.
Abu 'Ubaid rohimahullah berkata : "Aku dalam menulis buku ini (Ghoribul Hadist), aku susun selama 40 tahun dan aku dapat ilmu dan faidah dari lisan-lisan ulama lalu aku masukan faidah itu berdasarkan bab-bab, malamnya aku tidak tidur karena saking senangnya mendapat faidah itu." (Kitab Thabaqat Hanabilah).
Al-Imam Adz-Dzahabi pun pernah berkata : Imam besar (Al-Imam Ali bin Hasan bin Syaqiq rohimahullah) bertemu Ibnul Mubarok rohimahullah. Beliau berkata, "Aku bertemu Ibnul Mubarok rohimahullah di malam yang dingin. Kita berdua berdiri hendak akan keluar dari masjid. Tiba-tiba saat sampai pintu keluar masjid, Ibnul Mubarok rohimahullah melemparkan sebuah hadits kepada diriku, lalu aku meresponnya dengan sangat semangat, kita berdua berbincang mengenai hadits itu. Saking serunya obrolan kami dipintu masjid, terkumandangkanlah adzan subuh." (Kitab Tadzkirotul Kuffar)
MasyaAllah.. Begitu sangat menikmatinya ilmu, sampai waktu, ucapan, dan tulisan mereka tak terasa bisa dinikmati berjam-jam bahkan bertahan-tahun. Seperti pula kisah Abu Ja'far Al-Qoshri.
Abu Ja'far Al-Qoshri rohimahullah, diriwayatkan beliau pernah pergi ke sebuah kota bernama As-Syusya. Beliau ingin bertemu Yahya bin Umar rohimahullah, ternyata Yahya bin Umar rohimahullah sedang menulis sebuah buku. Lalu Abu Ja'far Al-Qoshri mengecek dompetnya, ternyata beliau tidak memiliki uang untuk membeli buku atau kertas (untuk menulis apa yang ditulis Yahya bin Umar rahimahullah), lalu beliau rela membuka bajunya dan beliau jual bajunya untuk membeli kertas.
Begitulah sensasi dan esensi luar biasa dari nikmat dan manisnya ilmu. Dan ilmu adalah kegiatan yang juga selain pikiran, juga menyertakan hati. Kenikmatannya jauh lebih tinggi daripada nikmat fisik.
Syaikhhul Islam Ibnu Taimiyah rohimahullah berkata : "Kenikmatan ilmu lebih dari kenikmatan fisik (badan) dan fasilitas dunia bak bisa melupakan kenikmatan dunia."
Al-Imam Al-Baihaqi dalam kitabnya mengatakan : "Nikmat Ilmu pengetahuan bisa menghilangkan kenikmatan anggota badan."
Syekh Sholih As Sindi dan Syekh Muhammad bin Muhammad Al Mukhtar Asy Syinqithy berkata : "Kelezatan dunia itu hanya visit, sedangkan kenikmatan ilmu itu rangkaian dari jiwa, hati dan pikiran."
Kalimat dalam ilmu itu menyerang pikiran, jiwa, dan hati bagi orang-orang yang begitu menikmatinya ilmu. Orang yang berilmu tahu bahwa sekedar kenikmatan fisik itu, tidak bisa menyelamatkan nyawanya, hatinya, pikirannya, bahkan semuanya bisa buyar.
![](https://img.wattpad.com/cover/250795664-288-k152826.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Semangat
Short StoryTulisan ini adalah catatan kisah perjalanan dalam segelincir waktu yang saya pergunakan untuk menuntut ilmu dengan sebutan "Halaqoh". Semoga bermanfaat.. Mohon koreksi dan saling mengingatkan jika terdapat salah dan khilaf.