Siapa sihh di zaman ini yang ngga bangga bisa jadi orang yang cerdas, tajam analisanya, bagus pemahamannya, kuat daya hafal serta ingatannya?? Bahkan mungkin diri berharap seperti itu. Hehe. Terlepas dari itu semua, dalam sejarah islam ternyata ada lhoo sosok seperti itu.
Siapakah dia??
Beliau adalah Amir bin Syurahbil atau yang lebih dikenal dengan nama Asy-Sya’bi rahimahullah. Beliau lahir selang 6 tahun setelah masa Amirul Mu’minin Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu dengan perawaka tubuh yang kurus dan mungil, karena saudara kembarnya lebih banyak mendapatkan jatah di rahim ibunya sehingga beliau tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan tubuhnya. Namun, kelak tak ada yang mampu menyamainya baik saudara kembarnya maupun orang lain dalam hal ilmu.
Imam Asy-Sya’bi rahimahullah berkata,
إني زوحمت في الرحم
“Sesungguhnya aku mendapat jatah sempit dalam rahim (ibuku)”.
Beliau gemar berkutat dengan ilmu dan mencurahkan berbagai upaya untuk mendapatkannya sejak masa belia. Menurut beliau, perjalanan menuntut ilmu yang bermanfaat itu tidak sia-sia meskipun harus melalui berbagai kesulitan. Hal itu bisa dilihat dari perkataan beliau :
لو أن رجلا سافر من أقصى الشام إلى أقصى اليمن فحفظ كلمة تنفعه فيما يستقبل من عمره، رأيت أن سفره لم يضع
“Seandainya ada seseorang yang pergi dari ujung Syam sampai ke ujung Yaman, lalu ia menghafalkan satu kata yang bermanfaat untuknya di kemudian hari, maka sungguh perjalanannya tidak sia-sia”.
Selama hidupnya, Imam Asy-Sya’bi rahimahullah telah bertemu dengan tidak kurang dari 500 shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau telah menjadi ulama pada zamannya ketika masih banyak sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang hidup dan berada di tengah-tengah umat; seorang ulama yang lembut hatinya dan tawadhu’.
Keilmuan beliau termasuk yang paling unggul dizamannya. Untuk mengetahui tingkatan ilmu beliau, cukuplah kita mendengar penuturan beliau :
ما أروي شيئا أقل من الشعر، ولو شئت، لأنشدتكم شهرا لا أعيد
“Aku tidak pernah meriwayatkan suatu disiplin ilmu yang lebih sedikit dari pada bait-bait syair, namun seandainya aku mau, aku bisa mengucapkan bait-bait syair tersebut selama satu bulan penuh tanpa ada pengulangan”.
Dari sini dapat kita ukur betapa cerdasnya beliau. Jika kemampuan beliau dalam disiplin ilmu yang paling tidak beliau kuasai saja sudah sehebat itu, maka bagaimana dengan banyaknya disiplin ilmu yang telah beliau kuasai? Syair saja bisa non stop beliau ucapkan tanpa pengulangan, apalagi hadits dan ilmu lainnya?? Beliau itu ilmunya di dalam kepala semua. Kalau kita, diluar kepala. Hehe. Kira-kira berapa yaa IQ nya?
Hal ini menimbulkan pertanyaan :
Apakah rahasia beliau dalam kesuksesannya menuntut ilmu?قيل للشعبي: من أين لك كل هذا العلم؟ قال: بنفي الاغتمام، والسير في البلاد، وصبر كصبر الحمام، وبكور كبكور الغراب
![](https://img.wattpad.com/cover/250795664-288-k152826.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Semangat
ContoTulisan ini adalah catatan kisah perjalanan dalam segelincir waktu yang saya pergunakan untuk menuntut ilmu dengan sebutan "Halaqoh". Semoga bermanfaat.. Mohon koreksi dan saling mengingatkan jika terdapat salah dan khilaf.