Sadarkah kita, bahwa kita ini lemah dan Allah itu 'ala kulli syaiin qadiir (Allah punya hak untuk melakukan apapun yang menjadi kehendakNya). Dan karena kelemahan itu, maka dengan ilmulah membuat seseorang bisa begitu dekat walaupun jauh, ada keterpautan hati terutama dengan para ulama atau penuntut ilmu. Yang sudah pernah saya share di catatan sebelumnya. Back to Qur'an surah Fatir ayat 28. Ulama atau penuntut ilmu adalah yang rasa lemah, takut dan cintanya itu pada Allah.
Contohnya keterpautan dengan Imam Syafi'i, kita sedekat apa sih dengan beliau?? Padahal chattingan aja nggak kan.. atau contoh lain misal Imam Nawawi, kurang dekat apa coba sampe kita rela-rela in tetap doakan beliau, padahal saudara kandung bukan, tapi kita tetap mau mendoakan beliau, nggak mau kalau beliau itu di nyinyir in. Dan semua itu karena "ilmu".
Atau contoh lain yang akan kita bahas panjang lebar dan ambil hikmahnya adalah kisah sosok pemuda yang bukan orang sembarangan, bahkan sampai dapat pujian dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Dimana kita tahu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang yang selektif dalam memuji seseorang. Beliau memberi pujian bukan sekadar basa-basi, tapi pujian beliau adalah sebuah rekomendasi yang menunjukkan bahwa orang yang dipuji bisa dijadikan rujukan bagi umatnya. Di antara sahabat yang banyak dipuji oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah Mu'adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
أعلم أمتي بالحلال والحرام معاذ بن جبل
"Umatku yang paling tahu tentang halal dan haram adalah Mu'adz bin Jabal." (HR. Turmudzi 4159, Ibn Hibban 7137 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).
Mu'adz bin Jabal merupakan pemuda yang memiliki kedudukan besar di hati Nabi. Di antara hal yang menunjukkan hal itu adalah Nabi pernah memboncengnya. Mu'adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu berkata, "Suatu hari, Rasulullah menggamit tanganku. Beliau bersabda,
يا معاذ، والله إني لأحبك
"Hai Mu'adz, demi Allah sungguh aku benar-benar mencintaimu."
Aku menjawab,
بأبي أنت وأمي، والله إني لأحبك
"Ibu dan ayahku menjadi tebusan, demi Allah sungguh aku juga benar-benar mencintaimu."
Beliau bersabda,
يا معاذ، إني أوصيك، لا تدعَنَّ أن تقول دبر كل صلاة: اللهم أعنِّي على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك
"Hai Mu'adz, aku ingin memberi wasiat padamu. Jangan sampai kau lewatkan untuk membaca di setiap usai shalat, 'Allahumma A'inni 'ala dzikrika wa syukrika wa husni 'ibadatika (Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu)." (Hadits Shahih riwayat Abu Dawud).
Walaupun usia Mu'adz masih sangat muda, ia memiliki wawasan keislaman yang luas. Buktinya Nabi mengutusnya berdakwah ke Yaman setelah Perang Tabuk. Bahkan Nabi antar langsung Mu'adz ke ujung jalan sambil berjalan kaki, sementara Mu'adz berada ditunggangannya.
Dari Abu Bahriyah Yazid bin Qutaib as-Sakuni, ia berkata, "Aku memasuki Masjid Homs (salah satu kota di Suriah sekarang). Kulihat seorang pemuda keriting dikelilingi orang-orang. Kalau ia berbicara, seakan cahaya dan mutiara keluar dari lisannya. Aku bertanya, Siapa orang itu?" Orang-orang menjawab, "Mu'adz bin Jabal." (Hilyatul Auliya oleh Abu Nu'aim, No: 815)
Dari Abu Muslim al-Khaulani, ia berkata, "Aku memasuki Masjid Damaskus. Ternyata kulihat ada sebuah halaqah besar diampu oleh salah seorang sahabat Nabi Muhammad. Ternyata ia seorang pemuda. Ia bercelak mata. Gigi serinya putih bersih. Jika orang-orang berbeda pendapat tentang satu hal mereka tanyakan pada pemuda tersebut. Aku bertanya pada orang di sebelahku, 'Siapa dia?'" Mereka menjawab, "Itu adalah Mu'adz bin Jabal." (Hilyatul Auliya oleh Abu Nu'aim, No: 813).
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Semangat
Короткий рассказTulisan ini adalah catatan kisah perjalanan dalam segelincir waktu yang saya pergunakan untuk menuntut ilmu dengan sebutan "Halaqoh". Semoga bermanfaat.. Mohon koreksi dan saling mengingatkan jika terdapat salah dan khilaf.