Membatasi Diri

0 0 0
                                    

Lanjut kisah sebelumnya yaa...

Akhirnya Nabi Musa alaihis salam dan Nabi Khidir alaihis salam kembali melakukan perjalanan dan Nabi Musa alaihis salam tetap tidak mendapat jawaban dari tanda tanya besarnya, tapi Nabi Musa alaihis salam tidak terus-terusan mengejar pertanyaan yang bertubi-tubi menghantui pikirannya, beliau tetap menjaga adab pada Nabi Khidir alaihis salam.

Mereka melakukan perjalanan sampai bertemu dengan seorang anak yang sedang bermain dengan komunitas teman-teman seumurannya. Maka Nabi Khidir alaihis salam mendekati salah satu dari anak tersebut lalu membunuh anak tersebut. (Dalam riwayat Nabi Khidir alaihis salam menghampiri anak yang paling tampan, yang paling good looking, paling kece, paling keren). Kira-kira Kalau kita jadi Nabi Musa alaihis salam, Bagaimana reaksi kita?? Mungkin kita akan bereaksi, "Yaa Allah.. teman macam apa dia yang tega membunuh anak di depan mata kita sendiri."

Begitu pula reaksi dari Nabi Musa alaihis salam, melihat kejadian yang sangat mengejutkan itu, spontanitas beliau merespon dan berkomentar, "Engkau baru saja membunuh sebuah jiwa yang bersih, yang tak bersalah, tanpa ada alasan, tanpa hak. Engkau telah melakukan kemungkaran yang sangat amat parah." Nabi Musa alaihis salam langsung membabi buta memberikan statement pada Nabi Khidir alaihis salam.

Kalau kita di gitu in, kita jadi Nabi Khidir alaihis salam misal, gimana tuh?

Mungkin kita jawab gini, "Loe tenang dong, eum, eum, eum, yang tenang yaa, yang tenang, santai bro.. jangan emosi dulu."

Jawaban yang mungkin terbayang oleh kita adalah semisal itu. Tapi ternyata yang disampaikan Nabi Khidir alaihis salam, "Bukankah aku sudah bilang padamu, Kamu.. Tidak akan bisa sabar."

Komennya Nabi Musa alaihis salam itu keras tapi dijawab lagi oleh Nabi Khidir alaihis salam sendiri dengan keras.

Dan ini menunjukkan bahwa orang berilmu itu komitmen, patokannya adalah pada dalil perjanjian yang sudah ada, MoU, atau SOP, jadi tidak mudah terpancing, loncat sana sini, karena SOP Nabi Musa alaihis salam dan Nabi Khidir alaihis salam sudah tergambarkan dalam surah Al Kahfi ayat 70, "jangan tanya/komen sampai dijelaskan duduk permasalahannya".

Ahli ilmu itu selalu bermain dengan pola yang disepakati, bermain dengan pola dari Allah ta'ala dan risalah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, bermain dengan Ahlussunnah Wal jama'ah, bermain dengan kaidah yang ada, dengan dalil-dalil yang sudah ada, dicek lagi apakah ini menyelisihi SOP atau enggak?! Sama halnya seperti Nabi Khidir alaihis salam yang tidak mudah terpancing dengan komennya Nabi Musa alaihis salam dan ini berat loh bagi Nabi Musa alaihis salam. Dan begitu Nabi Khidir alaihis salam mengingatkan tentang syarat atau perjanjian sebelumnya, Nabi Musa alaihis salam pun terdiam.

Coba bedakan statement jawaban dari kisah sebelumnya di ayat 73 surah Al Kahfi yang telah diceritakan dalam catatan sebelumnya.

Reaksi jawaban Nabi Musa alaihis salam untuk case pertama saat Nabi Khidir alaihis salam merusak kapal, Nabi Musa alaihis salam bilang "lupa" saat diingatkan tentang MoU atau persyaratan yang diminta Nabi Khidir alaihis salam (Al Kahfi ayat 73), tapi untuk case yang kedua ini, beliau tidak berkata "lupa" seperti case sebelumnya karena yang Nabi Musa alaihis salam lihat pada case kedua itu sudah di atas batas, tidak bisa di tahan lagi, tapi beliau tetap teringat dan mematuhi perjanjiannya.

Bagaimana sih rasanya anda melihat teman sendiri begitu? Masa cuma diam saja? Cuma istigfar saja? "Astagfirullah.. laa hawla wa laa quwwata illa billah.. Innalillahi wa inna illaihi raji'un." Kan nggak mungkin nggak ngasih respon, nggak mungkin dzikir dengan sesantuy itu, pasti syok, pucat, marah-marah, kecewa, dan reaksi lainnya.

Ruang SemangatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang