Rambu Memasuki Taman Surga

5 1 0
                                    

Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin rahimahullahu ta'ala berkata, "Ilmu itu indah dan tidak ada yang bisa mendapatkan hakikat ilmu kecuali dengan cara yang indah."

Maka, dalam memasuki taman-taman surga Allah (majelis ilmu), kita harus memiliki rambu-rambunya atau adab-adabnya.

Al Imam Ibnu Mubaroq sebagaimana disebutkan oleh Al Imam Ibnu Abdil Baar rahimahullahu ta'ala dalam kitabnya Jami 'bayanil Ilmi wa Fadhlihi, Al-Imam Ibnul Mubarok berkata,

Langkah Pertama, NIAT

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

من تعلم علما مما يبتغى به وجه الله عز وجل لا يتعلمه إلا ليصيب به عرضا من الدنيا لم يجد عرف الجنة يوم القيامة

"Barangsiapa yang mempelajari suatu ilmu (belajar agama) yang seharusnya diharap adalah wajah Allah, tetapi ia mempelajarinya hanyalah untuk mencari harta benda dunia, maka dia tidak akan mendapatkan wangi surga di hari kiamat ." (HR. Abu Daud no. 3664, Ibnu Majah no. 252 dan Ahmad 2: 338. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Wanginya saja tidak bisa tercium, apalagi masuk surgaNya?

Al-Imam Ibrahim bin Adham rahimahullahu ta'ala yang disampaikan Al Imam Baihaqi dalam Su'ab Al Iman, membawakan profil atau ciri-ciri orang ikhlas yang dijadikan cerminan dalam menuntut ilmu, "Barangsiapa yang menuntut ilmu dengan ikhlas, niscaya ia akan memberikan manfaat untuk orang-orang dan dirinya sendiri, tidak suka popularitas (tidak suka cari panggung, tidak punya ambisi terkenal), merasa dirinya semakin hina (rendah, kecil, kerdil setelah belajar), semakin belajar ia semakin semangat ibadah dan semakin takut kepada Allah, semakin rindu kepada Allah, semakin tawadhu dihadapan manusia, serta dia tidak peduli dengan hiruk pikuk dunia (tidak peduli tentang apa yang terjadi di pagi atau sore harinya dunia), dunia tidak masuk kehatinya."

Seperti Khalid bin Walid yang pernah menjadi kepercayaan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Abu Bakar Ash Shidiq, lalu begitu masuk di zaman pemerintahan Umar bin Khatthab, beliau diganti, bukan lagi panglima, tapi beliau tetap berjiwa besar, ikhlas, karena beliau tidak mencari pamor, makanya beliau tetap biasa saja.

Para ulama-ulama kita tidak ada niat untuk mencatatkan diri mereka dalam sejarah, tapi mengapa nama-nama mereka  harum dalam sejarah?? Karena semua itu adalah bonus dan anugerah dari Allah Azza wa Jalla.

Abu Nu'aim mensitir ucapan para ulama : "Barangsiapa yang tidak suka popularitas, justru ia yang akan populer nantinya."

Kok bisa??
Bisa dongs...
Siapa coba orang yang paling tidak ingin populer di dunia ini?
Jawabannya, yaa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Tapi justru beliaulah orang yang sangat populer hingga hari ini. Masya Allah..

Atau seperti Abu Hurairah ketika belajar hadits bersama Rasulullah shallallahu' alaihi wa sallam, beliau tidak takut, tidak malu, walau beliau tidak punya apa-apa, karena miskinnya Abu Hurairah adalah pilihan, karena lebih memilih ingin fokus untuk meriwayatkan dan menghafal hadits-hadits dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan orang yang beriman bukan hanya berbicara tentang Maha Karya Dunia, tapi Maha Karya Akhirat. Maka dari itu, ia tidak terlalu memperdulikan, tetap fokus menjaga keikhlasan dengan terus beramal, beramal, dan beramal untuk menggapai ridha Allah.

Ruang SemangatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang