Allah ta'ala berfirman :
بَلْ هُوَ ءَايَٰتٌۢ بَيِّنَٰتٌ فِى صُدُورِ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ ۚ وَمَا يَجْحَدُ بِـَٔايَٰتِنَآ إِلَلامٱ إِلظَّٰلِم
"Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu (Dada Nabi/ulama). Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim." (Surah Al Ankabut : 49)
Tafsir Ibnu al-Abbas “huwa” artinya adalah Nabi, sebagaimana dikuatkan oleh At-Tirmidzi, demikian dalam tadzkir wa tanwir, al-baghowi, tafsir al-Qurthubi bahwa nabi adalah ayat-ayat yang jelas bagi para ulamanya ahlul kitab atau Nabi adalah ahli ilmunya ahli ilmu (gurunya para ahli ilmu).”
Adapun menurut tafsir imam ath-Thobrani dan Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Bisa bermakna para ulama, yaitu sahabat sampai ulama pada zaman ini atau dada maksudnya untuk mengagungkan nabi.”
Makna Global
1). Ayat ini adalah ayat yang menunjukan ilmu dan ahli ilmu.
Karena Allah ta'ala memasukkan Al Qur'anul karim ke dada-dada ahli ilmu bukan orang awam atau bodoh. Orang yang punya ilmu, tentu saja sesuai kadarnya masing-masing.Orang-orang besar tidak berbicara dengan semua orang, tidak berbincang dengan sembarang orang, dengan semua orang. Hanya orang-orang tertentu yang di acc. Apalagi berbincang dengan Allah Azza wa Jalla. Tidakkah kita terus belajar, belajar, dan belajar, agar dipertemukan dan dimasukkan ilmu-ilmu oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala??
2). Imam As-sa’di rohimahullah berkata : “Jika dada dan hatinya ahli ilmu yang Allah jadikan tempat berlabuh firman-Nya, maka ahli ilmu adalah hujjah bagi orang awam."
3). Imam Al-Qurthubi rohimahullah berkata : “Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa ilmu itu masuk ke dalam dada-dada ahli ilmu, maka ini adalah keutamaan tersendiri bagi ahli ilmu sehingga ia dapat bedakan mana yang firman Allah, mana yang wahyu, mana yang dalil, mana yang ucapan manusia dan mana yang ucapan setan."
Semakin tinggi ilmu mereka, maka semakin mudah membuat mapping. Dan semakin kuat mapping, maka semakin mudah membuat klasifikasi masalah, sehingga yang seperti ini tidak akan mudah ditipu iblis serta tidak repot dengan orang lain karena memiliki ilmu.
Suatu ketika, seseorang menegur Imam Ahmad bin Hambal, ''Anda telah sampai ke tingkat mujtahid dan pantas menjadi imam. Mengapa masih menuntut ilmu? Apakah Anda akan membawa tinta ke kuburan?''. Imam Ahmad bin Hambali menjawab : ''Saya akan menuntut ilmu sampai saya masuk ke liang kubur.''
Ada beberapa kejadian yang menguntungkan para ulama, terutama ketika proses kematiannya, setan akan terus berusaha untuk menggodanya. Seperti pada kisah diantaranya adalah Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah. Diceritakan oleh Abdullah putra Imam Ahmad, Aku menemani proses meninggalnya ayahku, Ahmad. Aku membawa selembar kain untuk mengikat jenggot beliau. Beliau kadang pingsan dan sadar lagi. Lalu beliau berisyarat dengan lantang, sambil berkata : “Tidak, menjauh…. Tidak, menjauh…”. Beliau melakukan hal itu berulang kali. Maka aku penasaran dan bertanya pada beliau : “Wahai ayahanda, apa yang lihat Anda?." Beliau menjawab,
إن الشيطان قائم بحذائي عاض على أنامله يقول: يا أحمد فُتَّنِي ، وَأَنـاَ أَقُولُ: لَا بُعْدٌ لَا بُع
“Sesungguhnya setan berdiri di sampingku sambil menggingit jarinya, dia mengatakan, 'Wahai Ahmad, aku kehilangan dirimu (tidak sanggup menyesatkanmu). Maka Aku katakan : “Tidak, masih jauh…. Tidak, masih jauh…” (Tadzkirah Al-Qurthubi, Hal. 186)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Semangat
Cerita PendekTulisan ini adalah catatan kisah perjalanan dalam segelincir waktu yang saya pergunakan untuk menuntut ilmu dengan sebutan "Halaqoh". Semoga bermanfaat.. Mohon koreksi dan saling mengingatkan jika terdapat salah dan khilaf.