Mu'adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu berkata :
تَعَلَّمْ الْعِلْمَ فَإِنَّ تَعَلُّمَهُ لَكَ حَسَنَةٌ ، وَطَلَبَهُ عِبَادَةٌ ، وَمُذَاكَرَتَهُ تَسْبِيحٌ ، وَالْبَحْثَ عَنْهُ جِهَادٌ ، وَتَعْلِيمَهُ مَنْ لَا يَعْلَمُهُ صَدَقَةٌ ، وَبَذْلَهُ لِأَهْلِهِ قُرْبَةٌ .
"Tuntutlah ilmu (belajarlah Islam) karena mempelajarinya adalah suatu kebaikan untukmu. Mencari ilmu adalah suatu ibadah. Saling mengingatkan akan ilmu adalah tasbih. Membahas suatu ilmu adalah jihad. Mengajarkan ilmu pada orang yang tidak mengetahuinya adalah sedekah. Mencurahkan tenaga untuk belajar dari ahlinya adalah suatu qurbah (mendekatkan diri pada Allah)." (Mughnil Muhtaj ila Ma'rifati Ma'ani Alfaazhil Minhaaj, Syamsuddin Muhammad bin Al Khotib Asy Syarbini, 1/31, terbitan Darul Ma'rifah, cetakan pertama, 1418 H.)
Perkataan Mu'adz bin Jabal ini jelas menampar kita. Bahwa belajar agama adalah bagian dari ibadah sebagaimana telah kita bahas dicatatan sebelumnya. Ketika benar belajar kita adalah bagian dari ibadah, maka syarat diterimanya ibadah tersebut pun berlaku. Dan syarat diterimanya ibadah adalah ikhlas hanya mencari wajah Allah Subhanahu wa ta'ala dan mengikuti tuntunan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Bukan cari ridho manusia. Karena orang yang hanya sekedar ingin dapat pujian manusia, ketika di omeli manusia atau misal gurunya, pasti baper, tersinggung. Karena kekecewaan kita ketika direspon negatif oleh manusia, itu menunjukkan bahwa feedback atau respon manusia yang kita cari. Maka carilah pujian Allah bukan pujian manusia. Karena teori kecewa adalah berbanding terbalik dengan ekspektasi. Jadi, ayo rasakan benar-benar kita ibadah. Mau dilihat atau tidak, di puji atau tidak, di sinisin atau tidak oleh manusia, ngga peduli. Karena ada sebagian orang apabila di jutek in temannya, ngga mau datang kajian lagi, berarti yang seperti ini coba cek. Sudah ikhlas belajar karena Allah atau belum?!
Lanjutan perkataan Mu'adz bin Jabal adalah "وَمُذَاكَرَتَهُ تَسْبِيحٌ". Kita di nasehati untuk mudzakaroh atau muroja'ah atau mengulang-ulang kembali ilmu. Mengapa ini penting? Ini selaras dengan perkataan Imam Az Zuhri bahwa, "Penghancur atau penyebab hilangnya ilmu itu karena lupa dan tidak diulang-ulang (muraja'ah)."
Kita tahu bahwa ulama-ulama kita sangat semangat mudzakaroh atau muroja'ah. Dalam sebuah riwayat Imam Ahmad sebagaimana disampaikan oleh Al Imam Al Khotib Al Baghdadi dalam Kitabnya Al Faqih Wal Mutfaqqih. Imam Ahmad berkata : "Dari Al Imam Ibnu Subrumah, Al Imam Mughirah, Al Harits, Al 'Aqli, Al Qa'qa, Al Zaid, mereka itu adalah nama-nama besar yang suka begadang membahas tentang fiqih dan seringkali mereka tidak bangkit dari majelis mereka sampai mereka mendengar adzan subuh." Kita ada ngga tuh kaya gitu? Muroja'ah atau mengulang belajar sampai subuh? Dan muroja'ahnya pun ngga sendirian tapi bareng-bareng. Seperti perkataan Al Imam Muhammad bin Abdurrahman bin Abi Laila, "Muroja'ahlah bareng-bareng karena sesungguhnya menghidupkan hadits dengan cara muroja'ah akan menjaga eksistensi hadits ditengah-tengah umat". Inipun senada dengan perkataan Ali bin Abi Thalib radhyiallahu 'anhu sebagaimana disampaikan pula oleh Al Imam Ad Darimi : "Muroja'ah bareng-bareng deh hadits atau ilmu dan saling mengunjungi diantara kalian." Jadi, kerja kelompok atau belajar bareng itu sudah ada contohnya dari dulu. Dan harusnya nih kita selaku penuntut ilmu mencontoh mereka, kita kumpul dengan teman atau komunitasnya untuk mengulang pembelajaran yang sudah didapat. Coba direnungkan, dibahas bersama, dikaji, jika ada yang kurang mengerti dibahas bersama dan ditanyakan ulang pada gurunya. Dan ini tuh konsep para salafus shalih. Bukan berarti kita yang awam ini membuat fatwa, kita hanya sekedar menyamakan persepsi barangkali ada catatan yang terlewat atau mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari kita dan kita amalkan. Sebagaimana lanjutan kata Ali bin Abi Thalib bahwa jika kita tidak melakukan itu, ilmu itu akan hilang baik secara ingatan maupun secara keberkahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Semangat
Short StoryTulisan ini adalah catatan kisah perjalanan dalam segelincir waktu yang saya pergunakan untuk menuntut ilmu dengan sebutan "Halaqoh". Semoga bermanfaat.. Mohon koreksi dan saling mengingatkan jika terdapat salah dan khilaf.