35. Menyesal

96 8 0
                                    

happy reading guys🤗
*cerita gaje* Sorry for typo;")

***
Sudah tiga hari ini Tasya berangkat dan pulang bersama Vano. Tidak bersama Gavin lagi. Entah di mana cowok itu, dia seakan-akan menghilangkan bak ditelan bumi.

Sejak saat di mana Tasya sakit, Gavin tidak menunjukkan batang hidungnya sama sekali. Sudah berkali-kali Tasya hubungi tapi tetap sama, tidak ada balasan. Rasanya Tasya ingin sekali bertemu dengannya untuk menanyakan alasan Gavin menghindarinya.

Yap! Tasya tahu sekali bahwa Gavin memang tengah menghindarinya. Beberapa hari yang lalu, bisa dilihat dari WhatsAppnya yang dalam keadaan online, tapi dia tidak sama sekali membalas ataupun mengangkat telponnya. Melihat bagaimana cara Gavin menghindarinya tersebut, membuat Tasya kesal, marah, sedih bercampur jadi satu.

Tapi tadi dia melihat WhatsAppnya lagi, Gavin terakhir online kemarin jam 17.39

Ada apa dengan Gavin??.

Mau bertanya pada Vano, nggak enak. Ntar dikira gimana-gimana. Sudah lah! Lebih baik diam saja. Siapa tahu Gavin memang tengah sibuk? Secara kelas 12 memang tengah padat-padatnya ujian. Tapi... Vano saja masih bisa berleha-leha di rumah. Gavin? Masa nggak ada waktu sedikit pun untuk sekedar membalas pesan Tasya?.

Tasya menggeleng-gelengkan kepalanya pelan berusaha menghapus pikiran itu. 'Cukup Tasya!! Hapus pikiran negatif seperti itu!!' batinnya.

"Gimana?" Tasya membuyarkan lamunannya. Dia menatap ke sumber suara.

"Udah ada kabar?" Tanya Yeri lagi setelah melihat wajah bingung Tasya.

Tasya menggeleng pelan sambil menundukkan kepalanya. Beberapa hari ini Yeri memang menjadi pendengar yang baik untuknya. Dia selalu bercerita tentang Gavin yang tiba-tiba menghindar begitu saja. Dan menurutnya, Yeri selain menjadi pendengar yang baik, dia juga pemberi wejangan yang menurutnya itu masuk akal.

"Mungkin sibuk kali. Sekarang ujian praktek kan?"

Tasya mengangkat kedua bahunya. Ingin sekali dia tidak peduli dengan sikap Gavin. Tapi mengingat Gavin yang menghindar membuat hatinya sesak. Mungkin benar bahwa dia terlalu berharap banyak pada Gavin.

"Jangan berpikir yang nggak-nggak dulu Sya. Positif thinking kan gue bilang?!. Atau biar lo nggak nebak-nebak, gimana kalo sekarang kita ke kelasnya? Kita cari tahu bareng-bareng. Bentar lagi istirahat kan?" Ujar Yeri menenangkan. Melihat Tasya yang sepertinya tidak berminat sekali dengan ajakannya, membuatnya tidak ada jalan lain selain memaksanya.

"Ayok sekarang aja!" Yeri menarik paksa tangan Tasya. Dia sepertinya lelah melihat Tasya yang lebih banyak diam akhir-akhir ini. Bukan seperti Tasya yang bar-bar jika bersamanya. Jika saja dia punya jurus yang bisa membuat Tasya bersikap seperti semula, sudah dia lakukan dari kemarin pastinya!.

Tasya pasrah dengan tarikan Yeri. Terserah mau dibawa kemana dia tidak peduli. Saat berjalan melewati koridor, mata Tasya tanpa sengaja menatap ke arah lapangan. Refleks dia menghentikan langkahnya membuat Yeri menatapnya heran.

"Kenapa?" Yeri menatap Tasya yang tengah menatap ke arah lapangan dengan pandangan yang sulit diartikan. Dia mengikuti arah pandang Tasya. Betapa terkejutnya dia melihat pemandangan yang entah sulit sekali di deskripsikan. Di sana seorang cowok tengah berpelukan dengan seseorang yang entah dia sendiri pun tidak tahu orangnya. Dari kejauhan Yeri sudah menebak bahwa itu adalah Gavin. Dari yang dia lihat, bukan Gavin yang memeluknya, lebih tepatnya cewek itu yang memeluk Gavin.

Perlahan Yeri melirik ke arah Tasya yang ternyata matanya sudah berkaca-kaca. Ingin sekali dia menghampiri mereka, melabrak mereka dengan kata-kata pedasnya, tapi melihat kondisi Tasya yang membuatnya iba dia mengurungkan diri.

Dia jadi menyesal membawa Tasya ke sini. Tapi kalo dia tidak memaksanya ke sini pasti Tasya tidak akan tahu tentang ini.

Tasya menatap pemandangan yang sungguh menyakitkan baginya. Di depan matanya sendiri, dia melihat Gavin berpelukan dengan cewek yang sangat asing baginya. Melihat bagaimana Gavin diam tanpa perlawanan, membuat Tasya yakin bahwa ini adalah alasan sesungguhnya kenapa Gavin tiba-tiba menghindarinya.

'Kok tega banget sih kak?' batin Tasya.

Perlahan tangan Tasya ditarik Yeri meninggalkan meninggalkan tempat itu.

Jika memang Gavin tidak suka padanya, mengapa dia bersikap seolah-olah Tasya adalah ratu?? Mengapa dia bersikap seolah-olah Tasya adalah satu-satunya?. Atau mungkin memang seperti itu cara Gavin memeperlakukan seorang perempuan?.

Tasya kira Gavin hanya dekat dengannya, Tasya kira Gavin hanya mendekatinya. Tasya kira dia adalah satu-satunya cewek yang dekat dengan Gavin. Namun ternyata, semuanya sudah jelas. Ternyata selama ini memang salah Tasya yang mengharapkan lebih dari Gavin. Harusnya dia tidak bersikap seolah-olah dia satu-satunya. Harusnya selama ini dia bersikap layaknya teman biasa. Tapi nyatanya hati sudah terlalu berharap.

Tasya kini tahu, dari awal memang hanya dia yang cinta. Dari awal memang hanya dia yang berharap. Mungkin benar cintanya bertepuk sebelah tangan.

Dia benci pada dirinya sendiri. Kalo saja dari awal dia tahu Gavin tidak suka padanya, dia tidak akan sampai pada titik ini. Kalo saja dari awal dia tahu, perlahan dia akan berusaha menghapus rasa itu. Perasaan yang ternyata hanya sepihak!

Selama ini dia yang salah. Salah karena terlalu berekspektasi tinggi.

Dia menyesal!!

Bersambung..
***
779kata

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA!

See you ✨

Post: 10 Januari 2021
Revisi: 25 Februari 2021

Anastasya (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang