happy reading guys🤗
*cerita gaje* Sorry for typo;")***
Jam mata pelajaran kini telah usai. Semua murid berhamburan keluar kelas meninggalkan tempat yang mana menurut mereka adalah tempat yang paling membosankan. Tempat yang hanya bisa membuat mata ingin terpejam. Dan tempat yang hanya membuat kepala mereka meradang.Seperti saat ini Tasya dengan semangatnya berjalan menuju parkiran bersama Yeri. Setelah tadi berjam-jam memusingkan rumus fisika yang membuat kepala mereka hampir meledak. Akhirnya mereka terselamatkan oleh bell pulang sekolah. Sebuah keberuntungan bukan?.
Sampainya di parkiran, Tasya mencari keberadaan mobil Vano. Bukannya tadi pagi mobilnya terparkir di sini? Kok sekarang tidak ada?
"Abang lo mana sya?" Tanya Yeri ikut mencari keberadaan Vano.
"Nggak tahu"
'ehmm' Tasya dan Yeri tersentak mendengar deheman yang berasal dari belakang mereka. Lantas mereka membalikkan badannya.
"Ehh--" Tasya kaget setengah mati melihat keberadaan Gavin yang kini berada di depannya.
"Lo pulang sama gue!" mata Tasya membulat. Tidak salah dengar kah dia?? Gavin menyuruhnya pulang bersama?.
Sama halnya dengan Tasya. Yeri juga melakukan hal yang sama. Dia masih berusaha mencerna maksud kalimat itu, padahal sudah jelas bahwa itu sebuah perintah yang tidak bisa diganggu gugat.
Gavin menarik tangan Tasya menuju mobil yang terparkir tak jauh dari sana. Tasya sendiri yang masih setengah sadar hanya mengukuti langkah Gavin meninggalkan Yeri yang masih menatap mereka bingung.
"Eh kak--" ucapan Tasya terpotong lantaran Gavin sudah membukakan pintu mobil.
"Masuk"
"Tapi--"
"Ck!" Gavin mendorong Tasya masuk ke dalam mobil. Lalu menutup pintu kembali.
Tasya mematung! Dia menoleh sekilas ke samping saat Gavin memasuki mobil. Dia ingin bertanya tapi dari tadi tidak diberi kesempatan untuk berucap.
Gavin menjalankan mobilnya dengan kecepatan standar. Tidak ada yang membuka suara. Hingga dering handphone yang memecahkan keheningan mereka.
'drttt drtt drttt' Gavin mengambil handphone di dashboard lalu mengangkatnya.
'udah?' suara diseberang sana.
"Hmm"
'ck! Udah belom ham hem ham hem aja lo!' kesal Vano di seberang sana.
"Udah" balas Gavin.
'ohh oke!! Jangan lupa nanti nyusul ya'
"Ya" Gavin mematikan panggilannya dan fokus menyetir. Tadi Vano menyuruhnya mengantarkan Tasya pulang. Dengan senang hati dia menyetujuinya.
"Emm.. kak?" Dengan ragu Tasya membuka suara.
Gavin hanya melirik sekilas seraya menaikkan sebelah alisnya pertanda 'apa'.
"Kenapa kakak yang nganterin aku pulang?" Tasya masih berusaha mengontrol detak jantungnya.
"Vano yang minta"
"Emang bang Vano kemana?" Tanya Tasya.
"Kerja kelompok"
"Emang kak Gavin nggak kerja kelompok juga?" Jiwa kepo Tasya muncul sehingga tanpa sadar dia memborong pertanyaan dengan awalan 'emang'.
Dia memang begitu, tidak bisa diam jika sedang kepo tingkat akut.
"Habis ini"
"Ohh" kenapa tidak Vano saja yang nganterin pulang? Kan bisa nyempetin dulu. Kok malah nyuruh Gavin?? Tapi nggak papa lah! itung-itung ini sebagian dari upaya PDKT uhuy:v
KAMU SEDANG MEMBACA
Anastasya (Completed)
Ficção AdolescenteStart: 18 September 2020 Finish: 9 Februari 2021 *** Follow dulu baru baca!🙂 Cerita pertama mohon maklumi jika ada yang mengganjal di cerita ini. *** Jatuh cinta sama ketua osis?? Mungkin nggak sih?? Menurut Tasya ini bisa kok terjadi. Buktinya di...